Ada Lontar Unik Berusia 100 Tahun Berisi Etika Penari Gambuh
Selama Tahun 2022 Sebanyak 454 Cakep Lontar Dikonservasi di Tabanan
Lontar Aji Pagagambuhan adalah lontar tentang etika penari gambuh yang ditemukan di Jero Samsam Kawan, Desa Samsam, Kecamatan Kerambitan, Tabanan.
TABANAN, NusaBali
Penyuluh Bahasa Bali di Kabupaten Tabanan berhasil lakukan konservasi lontar selama tahun 2022 sebanyak 454 cakep. Dari jumlah itu ada lontar unik yang ditemukan, yakni Lontar Aji Pagagambuhan yang sudah berumur 100 tahun.
Aji Pagagambuhan ini adalah lontar tentang etika penari gambuh. Lontar Aji Pagagambuhan ditemukan di Jero Samsam Kawan, Desa Samsam, Kecamatan Kerambitan, Tabanan, beberapa bulan lalu. Meskipun sudah berusia satu abad tulisannya masih bisa dibaca meskipun secara fisik telah dimakan rayap.
Rincian 454 cakep lontar ini ditemukan terbanyak di Kecamatan Tabanan sebanyak 194 cakep, lalu disusul di Kecamatan Kerambitan 148, kemudian di Kecamatan Selemadeg Barat 29 cakep, Kecamatan Selemadeg 24 cakep lontar, Kecamatan Kediri 20, Kecamatan Marga 13 dan Kecamatan Selemadeg Timur 13 cakep. Ada pula di Kecamatan Penebel 8, Kecamatan Pupuan 5 cakep, dan Kecamatan Baturiti masih nihil.
Koordinator Penyuluh Bahasa Bali di Tabanan, Aditya Wirawan mengatakan secara umum lontar yang berhasil dikonservasi Penyuluh di Tabanan banyak jenisnya. Mulai dari Wariga, Usada, Tutur, Kalpasutra, Puja Mantra, Kidung, hingga lontar Sesana. "Sebagian besar lontar yang kami temukan khususnya lontar usia tahun 90 ke atas termakan usia dan hama," ujar Aditya, Jumat (6/1).
Kata dia, selama konservasi di tahun 2022 tak ada kendala berarti yang ditemukan karena masih bisa ditangani. Terpenting dalam hal ini masyarakat harus ikut serta merawat serta menjaga lontar karena itu bagian dari pelestarian warisan budaya Bali. "Aksara Bali harus bisa berkembang di dalam media digital agar masyarakat Bali lebih mudah membaca dan belajar. Terlebih saat ini sudah ada banyak font aksara Bali yang karakter bentuknya mirip dengan yang ada pada lontar-lontar Bali," pesan Aditya.
Sementara terkait dengan ditemukan lontar berusia 100 tahun ini memang unik. Disebut unik karena ada etika bagi mereka yang akan menarikan gambuh. Lontar dikonservasi karena permintaan dari pemilik. "Keadaan naskah masih bisa dibaca, namun sebagian sudah rusak karena dimakan tikus," tegasnya.
Dia menambahkan konservasi lontar di tahun 2023 tetap akan dilakukan, terutama menyasar kecamatan yang belum dilakukan konservasi. "Program terus berlanjut karena saat ini masyarakat sudah mulai terbuka akan lontar yang dimiliki untuk dikonservasi," tandasnya. *des
Aji Pagagambuhan ini adalah lontar tentang etika penari gambuh. Lontar Aji Pagagambuhan ditemukan di Jero Samsam Kawan, Desa Samsam, Kecamatan Kerambitan, Tabanan, beberapa bulan lalu. Meskipun sudah berusia satu abad tulisannya masih bisa dibaca meskipun secara fisik telah dimakan rayap.
Rincian 454 cakep lontar ini ditemukan terbanyak di Kecamatan Tabanan sebanyak 194 cakep, lalu disusul di Kecamatan Kerambitan 148, kemudian di Kecamatan Selemadeg Barat 29 cakep, Kecamatan Selemadeg 24 cakep lontar, Kecamatan Kediri 20, Kecamatan Marga 13 dan Kecamatan Selemadeg Timur 13 cakep. Ada pula di Kecamatan Penebel 8, Kecamatan Pupuan 5 cakep, dan Kecamatan Baturiti masih nihil.
Koordinator Penyuluh Bahasa Bali di Tabanan, Aditya Wirawan mengatakan secara umum lontar yang berhasil dikonservasi Penyuluh di Tabanan banyak jenisnya. Mulai dari Wariga, Usada, Tutur, Kalpasutra, Puja Mantra, Kidung, hingga lontar Sesana. "Sebagian besar lontar yang kami temukan khususnya lontar usia tahun 90 ke atas termakan usia dan hama," ujar Aditya, Jumat (6/1).
Kata dia, selama konservasi di tahun 2022 tak ada kendala berarti yang ditemukan karena masih bisa ditangani. Terpenting dalam hal ini masyarakat harus ikut serta merawat serta menjaga lontar karena itu bagian dari pelestarian warisan budaya Bali. "Aksara Bali harus bisa berkembang di dalam media digital agar masyarakat Bali lebih mudah membaca dan belajar. Terlebih saat ini sudah ada banyak font aksara Bali yang karakter bentuknya mirip dengan yang ada pada lontar-lontar Bali," pesan Aditya.
Sementara terkait dengan ditemukan lontar berusia 100 tahun ini memang unik. Disebut unik karena ada etika bagi mereka yang akan menarikan gambuh. Lontar dikonservasi karena permintaan dari pemilik. "Keadaan naskah masih bisa dibaca, namun sebagian sudah rusak karena dimakan tikus," tegasnya.
Dia menambahkan konservasi lontar di tahun 2023 tetap akan dilakukan, terutama menyasar kecamatan yang belum dilakukan konservasi. "Program terus berlanjut karena saat ini masyarakat sudah mulai terbuka akan lontar yang dimiliki untuk dikonservasi," tandasnya. *des
1
Komentar