Sanggar Kayonan Garap Fragmentari Puputan Kusamba
Komunitas Seni Sanggar Kayonan di Desa Adat Kemoning, Kelurahan Semarapura Klod, Klungkung, menggarap fragmentari Perang Puputan Kusamba.
SEMARAPURA, NusaBali
Garapan ini melibatkan 150 pemain terutama kalangan remaja. Mereka membawakan cuplikan kisah pertempuran Perang Kusamba, antara penduduk pribumi melawan penjajah Belanda.
Pentas dipusatkan di depan tugu Monumen Puputan Kusamba, areal Pasar Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung, Kamis (25/5) malam sekitar pukul 19.00 Wita. “Fragmen ini untuk memproyeksikan tragedi Perang Puputan Kusamba,” ujar Ketua Komunitas Seni Sanggar Kayonan I Dewa Gede Alit Saputra, kepada NusaBali, Senin (22/5).
Jadwal pementasan bertepatan dengan hari jadi Puputan Kusamba, 25 Mei 1849 silam. Kata dia sesuai catatan sejarah Hari Puputan itu pada 24 Mei 1949 pada pagi buta, atau lewat pukul 00.00 Wita jadi masuk ke tanggal 25. “Itu perlu kami luruskan,” katanya.
Fragmentari tersebut, diawali dengan menampilkan raja-raja Klungkung yang memimpin dulu. Hingga tiba pada waktunya Ida I Dewa Istri Kanya menjadi pemimpin. Tiba-tiba pasukan Belanda berlabuh di perairan Pantai Desa Kusamba, dengan sekoci yang dinahkodai orang Sasak. Hal ini langsung dilaporkan kepada Ida Istri Kanya.
Sesuai peraturan saat itu, jika mereka hanya sekadar lewat saja, itu tidak masalah. Namun jika melakukan perbuatan onar, maka dilakukan perlawanan atau menerapkan peraturan hak tawan karang. Ternyata penjajah Belanda melakukan pengrusakan termasuk di areal Pasar Kusamba. Sehingga masyarakat sekitar melakukan perlawanan.
Pada pertempuran itu masyarakat berhasil mengalahkan pasukan Belanda, mengingat jumlah pasukan Belanda masih sedikit. “Namun mereka mengancam akan datang mengajak bala pasukan yang lebih banyak,” katanya.
Ancaman itu langsung ditanggapi serius oleh Ida Istri Kanya. Dia langsung memerintahkan untuk mendirikan benteng pertahanan. Hingga akhirnya penjajah Belanda datang dengan kekuatan yang lebih banyak. Pasukan Belanda berhasil mengalahkan masyarakat sekitar. Hal ini dilaporkan kepada Ida Istri Kanya, maka pihaknya kembali melakukan serangan balasan pada pagi buta.
Setelah terjadi pertempuran yang sengit, di bawah pimpinan I Dewa Agung Istri Kanya, berhasil membunuh jenderal Belanda AV Michiels dengan menggunakan senjata meriam selisik. “Kisah itulah yang kami kemas dalam sebuah fragmentari,” katanya.
Untuk mempercantik cerita ini pihaknya juga menggelar syuting cuplikan Puputan Kusamba di Pantai Kusamba. “Kalau nanti pas hari H hanya mementaskan fragmentari saja,” katanya.
Disebutkan, fragmentari ini dikoordinasikan Pemkab Klungkung. Beberapa kendala yang dihadapi, di antaranya, para penari sebagian besar masih sekolah, sehingga waktu latihan terbentur jam sekolah. Terlebih mereka tengah menghadapi ujian di sekolah. “Kondisi ini harus tetap kami atur, agar mereka juga bisa tetap bersekolah. Dengan semangat tinggi sejauh ini, semua berjalan lancar,” katanya. *wa
Pentas dipusatkan di depan tugu Monumen Puputan Kusamba, areal Pasar Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung, Kamis (25/5) malam sekitar pukul 19.00 Wita. “Fragmen ini untuk memproyeksikan tragedi Perang Puputan Kusamba,” ujar Ketua Komunitas Seni Sanggar Kayonan I Dewa Gede Alit Saputra, kepada NusaBali, Senin (22/5).
Jadwal pementasan bertepatan dengan hari jadi Puputan Kusamba, 25 Mei 1849 silam. Kata dia sesuai catatan sejarah Hari Puputan itu pada 24 Mei 1949 pada pagi buta, atau lewat pukul 00.00 Wita jadi masuk ke tanggal 25. “Itu perlu kami luruskan,” katanya.
Fragmentari tersebut, diawali dengan menampilkan raja-raja Klungkung yang memimpin dulu. Hingga tiba pada waktunya Ida I Dewa Istri Kanya menjadi pemimpin. Tiba-tiba pasukan Belanda berlabuh di perairan Pantai Desa Kusamba, dengan sekoci yang dinahkodai orang Sasak. Hal ini langsung dilaporkan kepada Ida Istri Kanya.
Sesuai peraturan saat itu, jika mereka hanya sekadar lewat saja, itu tidak masalah. Namun jika melakukan perbuatan onar, maka dilakukan perlawanan atau menerapkan peraturan hak tawan karang. Ternyata penjajah Belanda melakukan pengrusakan termasuk di areal Pasar Kusamba. Sehingga masyarakat sekitar melakukan perlawanan.
Pada pertempuran itu masyarakat berhasil mengalahkan pasukan Belanda, mengingat jumlah pasukan Belanda masih sedikit. “Namun mereka mengancam akan datang mengajak bala pasukan yang lebih banyak,” katanya.
Ancaman itu langsung ditanggapi serius oleh Ida Istri Kanya. Dia langsung memerintahkan untuk mendirikan benteng pertahanan. Hingga akhirnya penjajah Belanda datang dengan kekuatan yang lebih banyak. Pasukan Belanda berhasil mengalahkan masyarakat sekitar. Hal ini dilaporkan kepada Ida Istri Kanya, maka pihaknya kembali melakukan serangan balasan pada pagi buta.
Setelah terjadi pertempuran yang sengit, di bawah pimpinan I Dewa Agung Istri Kanya, berhasil membunuh jenderal Belanda AV Michiels dengan menggunakan senjata meriam selisik. “Kisah itulah yang kami kemas dalam sebuah fragmentari,” katanya.
Untuk mempercantik cerita ini pihaknya juga menggelar syuting cuplikan Puputan Kusamba di Pantai Kusamba. “Kalau nanti pas hari H hanya mementaskan fragmentari saja,” katanya.
Disebutkan, fragmentari ini dikoordinasikan Pemkab Klungkung. Beberapa kendala yang dihadapi, di antaranya, para penari sebagian besar masih sekolah, sehingga waktu latihan terbentur jam sekolah. Terlebih mereka tengah menghadapi ujian di sekolah. “Kondisi ini harus tetap kami atur, agar mereka juga bisa tetap bersekolah. Dengan semangat tinggi sejauh ini, semua berjalan lancar,” katanya. *wa
Komentar