Parade Gebogan Meriahkan Festival Ngerobok 2023
MANGUPURA, NusaBali
Yowana Desa Adat Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara kembali menggelar Festival Ngerobok Tahun 2023.
Kegiatan diisi dengan sejumlah lomba bernuansa adat, agama, dan budaya Bali. Salah satunya parade gebogan dari 52 banjar se-Desa Adat Kerobokan yang dilangsungkan pada Redite Wage Kuningan, Minggu (8/1).
Jalan Raya Kerobokan terutama yang menuju Pura Desa lan Puseh Kerobokan ditutup sementara. Bahkan masyarakat sekitar pun sangat antusias dengan dilaksanakannya parade tersebut. Selain sekaa teruna dan PKK yang nyunggi gebogan, dalam parade ini juga dimeriahkan oleh pementasan Tari Pecut dan Barong yang dikreasikan dengan uang kepeng.
Bendesa Adat Kerobokan AA Putu Sutarja, mengatakan Festival Ngerobok Tahun 2023 ini mengambil tema ‘Wimuda, Winatha lan Wiwerdha’ yang bermakna dalam kehidupan ini tidak lepas dari adanya berbagai generasi, karena itu apabila semua generasi bersatu, maka apa yang ingin diwujudkan pasti bisa kita laksanakan.
“Desa Adat Kerobokan terdiri dari 52 banjar, dan 52 sekaa teruna. Ada juga Paiketan Krama Istri. Di Desa Adat Kerobokan, kami ada ada tahapan Petirtaan Ida Bhatara di Pura Desa dan Puseh besok (hari ini) yang masih merupakan rangkaian Galungan dan Kuningan di Desa Adat Kerobokan. Nah kami semua dari 52 banjar ini disatukan dalam bentuk lomba, sekalian menyambut petirtaan tersebut,” jelas Sutarja.
Dikatakan, dalam festival ngerobok ini beberapa lomba dilaksanakan. Seperti pada Sabtu (7/1), dilaksanakan lomba cili dan canangsari di Balai Budaya Giri Nata Mandala Puspem Badung. “Lomba seperti ini untuk memberikan edukasi baik untuk yang kecil, remaja, dan yang lingsir melalui metetuasan. Artinya dalam menjalankan yadnya, menyatukan hati pikiran dan tangan dalam wujud ekspresi cili dan canang sari itu,” kata Bendesa Madya Majelis Desa Adat (MDA) Kabupaten Badung ini.
Selain lomba membuat cili dan canangsari, juga dilaksanakan lomba gebogan. Kemudian gebogan-gebogan tersebut diparadekan oleh krama adat se-Desa Adat Kerobokan. Menurut Sutarja, lomba ini bukan sekedar lomba. Sebab gebogan yang diparadekan nantinya akan menjadi persembahan pada petirtaan yang berlangsung hari ini.
“Kami bukan hanya sekedar lomba, tapi ada tujuannya. 52 banjar ini jadi satu menghaturkan canang agung, menghaturkan prani kepada Ida Bhatara di Pura Desa dan Puseh. Ini sebagai wujud kami dari 52 banjar yang jadi satu. Walaupun pada saat petirtaan Ida Bhatara Pura Desa dan Puseh, juga dijalankan di masing-masing banjar dan masing-masing krama. Lewat ini kami ingin menunjukkan keberadaan Desa Adat Kerobokan. Walaupun berbanyak, tapi kita masih bisa bersatu,” tegasnya.
Sementara itu, Sekda Badung I Wayan Adi Arnawa mengapresiasi Yowana Desa Adat Kerobokan karena festival ngerobok ini dipersiapkan secara matang. Begitu juga dari sisi materi lomba, menunjukkan peran Yowana Desa Adat Kerobokan yang sudah bisa membuktikan bisa berbuat sesuatu untuk pelestarian adat, agama, dan budaya Bali khususnya di Badung.
“Kegiatan yang dilaksanakan saat ini sebagai bukti generasi muda kita khususnya Yowana Desa Adat Kerobokan sudah berbuat secara nyata dalam rangka mendorong bagaimana caranya menjaga dan melestarikan adat, agama, dan budaya di Bali,” katanya.
Birokrat asal Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan ini pun berharap seluruh yowana di Badung dapat menggelar kegitan yang serupa. Terlebih adat, tradisi, dan budaya yang dapat menarik kunjungan wisatawan. “Ini harus kita lestarikan, walaupun kita di daerah pariwisata akulturasi budaya harus dapat dijaga,” imbuhnya. *ind
Komentar