Sampah Galungan Dijadikan Kompos
Sampah usai Hari Raya Galungan di Kota Denpasar sebanyak 900 ton, sementara hari biasa sekitar 800 ton per hari. Sampah tersebut diolah di 21 TPS3R.
DENPASAR, NusaBali
Seusai Hari Raya Galungan, sampah organik yang masuk tempat pengelolaan sampah reuse, reduce, dan recycle (TPS3R) meningkat. Sampah-sampah upakara yang terbuat dari bahan alami kemudian diolah menjadi pupuk kompos (organik).
Seperti di TPS3R Paku Sari, Kelurahan Panjer, Denpasar Selatan, sampah organik yang masuk di awal tahun ini meningkat sekitar 40 persen. Meski belum optimal, TPS3R yang diresmikan hampir setahun lalu, itu berhasil memasok pupuk kompos bagi masyarakat.
“Volume sampah saat ini memang cukup tinggi, salah satunya karena hari raya,” ujar Lurah Panjer I Putu Budi Ari Wibawa, Senin (9/1/2023).
Dikatakannya, pengolahan sampah organik terus berjalan sejak TPS3R Paku Sari berdiri. Gudang TPS3R penuh dengan tumpukan pupuk kompos. Sejauh ini baru masyarakat sekitar yang memanfaatkan produk pupuk kompos TPS3R Paku Sari. Sementara pembelian dalam skala besar biasanya berasal dari Pemerintah Kota Denpasar sendiri.
“DPD LPM Kota Denpasar ada program, jadi pihak mereka minta di-support pupuknya,” ungkap Budi Ari.
Dalam sehari TPS3R Paku Sari mampu menerima 5 ton sampah organik. Ada 3 alat pencacah dan 1 alat pemilah yang membantu proses pengolahannya.
Pengolahan sampah organik membutuhkan waktu yang cukup lama sebelum siap digunakan sebagai pupuk kompos. Setidaknya perlu waktu tiga bulan membolak-balik sampah agar proses pelapukan berjalan maksimal hingga siap dikemas.
Satu karung berisi 10 kilogram kompos dijual Rp 10 ribu, sementara karung 5 kilogram kompos dijual Rp 5.000.
Budi Ari mengungkapkan, dia sudah berkomunikasi dengan pihak Universitas Udayana untuk menguji kualitas pupuk kompos TPS3R Paku Sari. “Kami ingin membuktikan kualitasnya, biar bisa memenuhi standarnya,” tandas Budi Ari.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) Kota Denpasar Ida Bagus Putra Wirabawa yang akrab disapa Gustra, mengatakan upaya pengolahan sampah terus dilakukan, terutama dalam pemanfaatan TPS3R. Pengolahan sampah di TPS3R dilakukan untuk meringankan beban Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarbagita Suwung.
“Memang ada peningkatan sampah dari upakara. Tetapi, itu tidak signifikan, hanya 10 persen dan diolah di TPS3R,” kata Gustra.
Volume sampah pasca Hari Raya Galungan yang diangkut petugas sebanyak 900 ton, dari hari biasanya yang hanya 800 ton per hari. “Untuk itu, kami melibatkan 21 TPS3R yang ada di titik-titik tertentu untuk dapat segera mengelola sampah-sampah ini,” ujar Gustra.
Selain berkat kinerja para petugas Dinas LHK, Gustra mengatakan, penurunan sampah ini juga berkat peran serta warga Kota Denpasar dalam upaya pengolahan, pemilahan, serta penanggulangan sampah dari hulu. “Kami juga mengharapkan warga yang belum melakukan pemilahan di hulu agar mampu memilah sampah dari rumah tangga. Baik sampah organik maupun nonorganik. Mari berpartisipasi aktif dalam penanganan sampah ini,” tandasnya. *cr78, mis
Seperti di TPS3R Paku Sari, Kelurahan Panjer, Denpasar Selatan, sampah organik yang masuk di awal tahun ini meningkat sekitar 40 persen. Meski belum optimal, TPS3R yang diresmikan hampir setahun lalu, itu berhasil memasok pupuk kompos bagi masyarakat.
“Volume sampah saat ini memang cukup tinggi, salah satunya karena hari raya,” ujar Lurah Panjer I Putu Budi Ari Wibawa, Senin (9/1/2023).
Dikatakannya, pengolahan sampah organik terus berjalan sejak TPS3R Paku Sari berdiri. Gudang TPS3R penuh dengan tumpukan pupuk kompos. Sejauh ini baru masyarakat sekitar yang memanfaatkan produk pupuk kompos TPS3R Paku Sari. Sementara pembelian dalam skala besar biasanya berasal dari Pemerintah Kota Denpasar sendiri.
“DPD LPM Kota Denpasar ada program, jadi pihak mereka minta di-support pupuknya,” ungkap Budi Ari.
Dalam sehari TPS3R Paku Sari mampu menerima 5 ton sampah organik. Ada 3 alat pencacah dan 1 alat pemilah yang membantu proses pengolahannya.
Pengolahan sampah organik membutuhkan waktu yang cukup lama sebelum siap digunakan sebagai pupuk kompos. Setidaknya perlu waktu tiga bulan membolak-balik sampah agar proses pelapukan berjalan maksimal hingga siap dikemas.
Satu karung berisi 10 kilogram kompos dijual Rp 10 ribu, sementara karung 5 kilogram kompos dijual Rp 5.000.
Budi Ari mengungkapkan, dia sudah berkomunikasi dengan pihak Universitas Udayana untuk menguji kualitas pupuk kompos TPS3R Paku Sari. “Kami ingin membuktikan kualitasnya, biar bisa memenuhi standarnya,” tandas Budi Ari.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) Kota Denpasar Ida Bagus Putra Wirabawa yang akrab disapa Gustra, mengatakan upaya pengolahan sampah terus dilakukan, terutama dalam pemanfaatan TPS3R. Pengolahan sampah di TPS3R dilakukan untuk meringankan beban Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarbagita Suwung.
“Memang ada peningkatan sampah dari upakara. Tetapi, itu tidak signifikan, hanya 10 persen dan diolah di TPS3R,” kata Gustra.
Volume sampah pasca Hari Raya Galungan yang diangkut petugas sebanyak 900 ton, dari hari biasanya yang hanya 800 ton per hari. “Untuk itu, kami melibatkan 21 TPS3R yang ada di titik-titik tertentu untuk dapat segera mengelola sampah-sampah ini,” ujar Gustra.
Selain berkat kinerja para petugas Dinas LHK, Gustra mengatakan, penurunan sampah ini juga berkat peran serta warga Kota Denpasar dalam upaya pengolahan, pemilahan, serta penanggulangan sampah dari hulu. “Kami juga mengharapkan warga yang belum melakukan pemilahan di hulu agar mampu memilah sampah dari rumah tangga. Baik sampah organik maupun nonorganik. Mari berpartisipasi aktif dalam penanganan sampah ini,” tandasnya. *cr78, mis
Komentar