Serap Pekerja Lokal, Topang Pembangunan-Upacara Pura Kahyangan Tiga
Dikelola Desa Adat, Toya Beji Guwang Kini Beromzet Rp 500 Juta Per Tahun
Diperkirakan saat ini, 80 persen krama Desa Adat Guwang sudah menjadi pelanggan tetap Toya Beji Guwang, kini kembali mengembangkan untuk kemasan botol.
GIANYAR, NusaBali
Desa Adat Guwang, Kecamatan Sukawati, Gianyar cukup produktif mengelola beragam usaha. Salah satunya unit usaha Toya Beji Guwang yang saat ini beromzet Rp 500 juta per tahun. Selain mampu menyerap tenaga kerja lokal, hasil usaha ini juga telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat setempat dalam hal pembangunan fisik maupun upacara di Pura Khayangan Tiga. Krama tidak lagi kena peturunan atau iuran.
Bendesa Adat Guwang I Ketut Karben Wardana, Selasa (10/1) menjelaskan Baga Utsaha Padruwen Desa Adat (BUPDA) yang dimiliki saat ini sebanyak 8 unit usaha. Diantaranya Pengelolaan Pasar Seni Guwang, Air minum dalam kemasan Toya Beji, Minimarket, TentenMart dan GuwangMart, Pasar Tradisional Tenten, Objek Wisata Hidden Canyon Beji Guwang, CBD Community Bassed Development (bantuan dari Bank Dunia), Penyewaan Warung Desa, dan Gelato Es Cream.
Toya Beji Guwang, dirintis sejak tahun 2017 bermula dari melihat potensi melimpahnya air Pancoran Solas Beji Guwang yang banyak terbuang. Oleh Prajuru sebelum Bendesa Karben Wardana difasilitasi Anggota DPR RI Nyoman Parta dimohonkan Bansos ke Dinas PUPR Provinsi Bali. "Dapat proyek senilai sekitar Rp 500 juta untuk Toya Beji bisa naik ke atas," jelasnya.
Barulah setelah itu, Karben ngayah selaku Bendesa Adat terpanggil untuk menyempurnakan Toya Beji Guwang ini dalam bentuk kemasan. "Setelah air sudah naik, di atas ada penampungan. Kami berpikir untuk kemanfaatannya bagi masyarakat," ujarnya. Melalui Paruman Desa, unit usaha ini disuntikkan dana sebesar Rp 100 juta untuk melanjutkan ke tahap pengemasan.
"Akhirnya 1 Juli 2018 secara keseluruhan unit usaha ini sudah siap beroperasi," jelasnya. Sebagai promosi awal, Desa Adat mengadakan ribuan galon ukuran 19 liter untuk dibagikan secara cuma-cuma kepada masyarakat. "Cukup bawa KTP, krama dapat galon gratis plus air isi ulang. Jadi secara tidak langsung, kami mengajak krama untuk mau konsumsi Toya Beji Guwang," terangnya.
Per galon saat ini dikenakan harga Rp 5.000. Warga mulai rasakan manfaat, karena harganya murah, berkualitas dan kesuciannya terjamin. "Mindset-nya sudah berubah. Daripada beli merk lain, lebih baik punya kita dimanfaatkan," jelasnya. Terlebih hasil usaha ini sudah bisa menopang biaya pembangunan fisik maupun upakara di Pura Kahyangan Tiga setempat. Diperkirakan saat ini, 80% krama Desa Adat Guwang sudah menjadi pelanggan tetap Toya Beji Guwang.
Setelah berjalan lancar, unit usaha ini kembali mengembangkan untuk membuat kemasan botol. "Kita nambah modal lagi beli mesin. Buat kemasan 330 ml," ujarnya. Kemasan mini dipilih karena disuguhkan setiap rapat di desa. "Awalnya kita selalu beli air minum kemasan botol mini merk tertentu. Kebutuhan sebulan lumayan 50 dus," ujar Karben. Setelah jadi, ternyata tidak hanya untuk rapat desa, permintaan cukup tinggi dari masyarakat yang menggelar hajatan pernikahan, potong gigi maupun kegiatan adat lainnya. Kemasan mini dijual seharga Rp 32.000 per dus. Meski distribusinya masih internal Desa Guwang, pihaknya tetap bersyukur unit usaha ini sudah menghasilkan.
"Dengan ini saja bisa kita nikmati. Hasil dapat, per tahun omzet Rp 500 juta-Rp 600 juta. Warga yang kita pekerjaan berpenghasilan lebih dari UMK Gianyar," tegasnya. Satu usaha lain yang menjanjikan adalah kerjasama pengelolaan Hidden Canyon dengan Bumdes Garuda Wisnu Prabawa Desa Guwang. Direktur Bumdes Kadek Aditya Surgangga mengatakan objek wisata ini tergolong khusus. Mengandalkan river tracking, yakni berjalan menapaki bebatuan sepanjang sungai sampai menemukan Ngarai atau Canyon tersembunyi yang eksotis.
"Rutenya sepanjang 2,5 kilometer ditempuh sekitar 2 jam oleh wisatawan. Selama perjalanan ada pemandu yang mengarahkan wisatawan," jelasnya. Pemandu yang dilibatkan sebanyak 33 orang. Seluruhnya warga lokal. "Keamanan pengunjung sudah kami siapkan, pemandu sudah paham mana pijakan kaki dan pegangan tangan. Siapkan asuransi jika terjadi kecelakaan. Tiket di tahun ini, domestik Rp 180.000 dapat welcome drink, handuk, loker, asuransi dan makan. Asing Rp 240.000," jelasnya.
Sebagai pengembangan, wisata ini memiliki restoran. Dulu, ngarai tersebut hanyalah semak belukar yang kemudian mulai dilirik dan ditata sejak tahun 2016. Sebelum pandemi Covid-19, kunjungan wisatawan asing per bulan bisa sampai 2.500 orang. Namun kini, kisaran 1.000 orang per bulan. "Tahun 2023 ini kita targetkan 2.500 kunjungan per bulan," ujarnya. *nvi
Bendesa Adat Guwang I Ketut Karben Wardana, Selasa (10/1) menjelaskan Baga Utsaha Padruwen Desa Adat (BUPDA) yang dimiliki saat ini sebanyak 8 unit usaha. Diantaranya Pengelolaan Pasar Seni Guwang, Air minum dalam kemasan Toya Beji, Minimarket, TentenMart dan GuwangMart, Pasar Tradisional Tenten, Objek Wisata Hidden Canyon Beji Guwang, CBD Community Bassed Development (bantuan dari Bank Dunia), Penyewaan Warung Desa, dan Gelato Es Cream.
Toya Beji Guwang, dirintis sejak tahun 2017 bermula dari melihat potensi melimpahnya air Pancoran Solas Beji Guwang yang banyak terbuang. Oleh Prajuru sebelum Bendesa Karben Wardana difasilitasi Anggota DPR RI Nyoman Parta dimohonkan Bansos ke Dinas PUPR Provinsi Bali. "Dapat proyek senilai sekitar Rp 500 juta untuk Toya Beji bisa naik ke atas," jelasnya.
Barulah setelah itu, Karben ngayah selaku Bendesa Adat terpanggil untuk menyempurnakan Toya Beji Guwang ini dalam bentuk kemasan. "Setelah air sudah naik, di atas ada penampungan. Kami berpikir untuk kemanfaatannya bagi masyarakat," ujarnya. Melalui Paruman Desa, unit usaha ini disuntikkan dana sebesar Rp 100 juta untuk melanjutkan ke tahap pengemasan.
"Akhirnya 1 Juli 2018 secara keseluruhan unit usaha ini sudah siap beroperasi," jelasnya. Sebagai promosi awal, Desa Adat mengadakan ribuan galon ukuran 19 liter untuk dibagikan secara cuma-cuma kepada masyarakat. "Cukup bawa KTP, krama dapat galon gratis plus air isi ulang. Jadi secara tidak langsung, kami mengajak krama untuk mau konsumsi Toya Beji Guwang," terangnya.
Per galon saat ini dikenakan harga Rp 5.000. Warga mulai rasakan manfaat, karena harganya murah, berkualitas dan kesuciannya terjamin. "Mindset-nya sudah berubah. Daripada beli merk lain, lebih baik punya kita dimanfaatkan," jelasnya. Terlebih hasil usaha ini sudah bisa menopang biaya pembangunan fisik maupun upakara di Pura Kahyangan Tiga setempat. Diperkirakan saat ini, 80% krama Desa Adat Guwang sudah menjadi pelanggan tetap Toya Beji Guwang.
Setelah berjalan lancar, unit usaha ini kembali mengembangkan untuk membuat kemasan botol. "Kita nambah modal lagi beli mesin. Buat kemasan 330 ml," ujarnya. Kemasan mini dipilih karena disuguhkan setiap rapat di desa. "Awalnya kita selalu beli air minum kemasan botol mini merk tertentu. Kebutuhan sebulan lumayan 50 dus," ujar Karben. Setelah jadi, ternyata tidak hanya untuk rapat desa, permintaan cukup tinggi dari masyarakat yang menggelar hajatan pernikahan, potong gigi maupun kegiatan adat lainnya. Kemasan mini dijual seharga Rp 32.000 per dus. Meski distribusinya masih internal Desa Guwang, pihaknya tetap bersyukur unit usaha ini sudah menghasilkan.
"Dengan ini saja bisa kita nikmati. Hasil dapat, per tahun omzet Rp 500 juta-Rp 600 juta. Warga yang kita pekerjaan berpenghasilan lebih dari UMK Gianyar," tegasnya. Satu usaha lain yang menjanjikan adalah kerjasama pengelolaan Hidden Canyon dengan Bumdes Garuda Wisnu Prabawa Desa Guwang. Direktur Bumdes Kadek Aditya Surgangga mengatakan objek wisata ini tergolong khusus. Mengandalkan river tracking, yakni berjalan menapaki bebatuan sepanjang sungai sampai menemukan Ngarai atau Canyon tersembunyi yang eksotis.
"Rutenya sepanjang 2,5 kilometer ditempuh sekitar 2 jam oleh wisatawan. Selama perjalanan ada pemandu yang mengarahkan wisatawan," jelasnya. Pemandu yang dilibatkan sebanyak 33 orang. Seluruhnya warga lokal. "Keamanan pengunjung sudah kami siapkan, pemandu sudah paham mana pijakan kaki dan pegangan tangan. Siapkan asuransi jika terjadi kecelakaan. Tiket di tahun ini, domestik Rp 180.000 dapat welcome drink, handuk, loker, asuransi dan makan. Asing Rp 240.000," jelasnya.
Sebagai pengembangan, wisata ini memiliki restoran. Dulu, ngarai tersebut hanyalah semak belukar yang kemudian mulai dilirik dan ditata sejak tahun 2016. Sebelum pandemi Covid-19, kunjungan wisatawan asing per bulan bisa sampai 2.500 orang. Namun kini, kisaran 1.000 orang per bulan. "Tahun 2023 ini kita targetkan 2.500 kunjungan per bulan," ujarnya. *nvi
1
Komentar