Harga Beras Makin Gila-Gilaan
Realisasi impor baru 62 ribu ton dari 500 ribu ton yang direncanakan
JAKARTA, NusaBali
Harga beras terpantau makin melonjak Selasa (10/1). Panel Harga Badan Pangan Nasional mencatat, harga beras premium dan medium kompak naik, melanjutkan tren sepekan terakhir.
Secara rata-rata nasional, harga beras premium naik Rp130 jadi Rp13.130 per kg di tingkat pengecer. Pekan lalu, 3 Januari 2023, harganya tercatat masih Rp13.070 per kg.
Harga tertinggi dilaporkan terjadi di Kalimantan Selatan, yaitu Rp17.630 per kg. Dan terendah di Sulawesi Selatan, yaitu Rp11.690 per kg. Sedangkan, beras medium naik Rp70 jadi Rp11.540 per kg rata-rata nasional di tingkat pengecer. Pekan lalu, harganya masih berada di level Rp11.490 per kg.
Harga tertinggi dilaporkan terjadi di Kalimantan Utara, mencapai Rp13.540 per kg, dan terendah di Sulawesi Selatan, yaitu Rp10.310 per kg.
Tren kenaikan harga beras terpantau terus terjadi meski pemerintah sudah membuka keran impor hingga 500 ribu ton. Memang, realisasi impor tersebut masih minim, hanya sekitar 62 ribu ton.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan, dari total izin impor 500 ribu ton beras yang diberikan kepada Perum Bulog, sebanyak 200 ribu ton diantaranya seharusnya masuk paling lambat 31 Desember 2022. Namun, terealisasi hanya 62 ribu ton.
"Akan masuk minggu pertama dan kedua (tahun 2023) untuk menggenapkan 200 ribu ton. Untuk tahun 2023, sebelum bulan Maret panen raya nanti, kita tugaskan Bulog untuk memasukkan 300 ribu ton," kata Arief seperti dilansir CNBCIndonesia.com, Selasa (10/1).
"Pertanyaannya, apakah dengan importasi ini harga sudah turun? Kita sekarang giatkan untuk melakukan Operasi Pasar (OP) atau KPSH (Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga) di seluruh Indonesia. Saya pastikan 100 ribu ton masuk Pasar Induk Beras Cipinang," tambahnya.
Selain itu, ujar Arief, pihaknya juga terus berkoordinasi dengan pelaku usaha penggilingan padi dan Bulog terkait distribusi beras.
Sementara, jelas Arief, survey Kerangka Sample Area (KSA) yang dilakukan BPS menunjukkan, produksi beras nasional pada Januari 2023 ini hanya sekitar 1,3 juta ton setara beras. Padahal kebutuhan mencapai 2,5 juta ton jika mengacu angka bulan lalu (Desember 2022).
Dua bulan sebelumnya, di Desember, produksi 1,4 juta ton dan November 1,9 juta ton (setara beras). Jika melihat data kebutuhan bulanan 2,5 juta ton, produksi sejak November 2022 memang lebih rendah dari permintaan. Kondisi ini, kata Arief, menyebabkan terjadinya perebutan gabah kering panen (GKP) di lapangan.
"Kenapa harganya tidak kunjung turun? Dari apa yang kami diskusikan dengan teman-teman Perpadi (Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia) dan pedagang pasar, memang sekarang waktunya untuk mendistribusikan dan stabilisasi," kata Arief.
"Stok Bulog terakhir per hari ini adalah 339 ribu ton. Angka ini sudah cukup untuk bisa melakukan OP kembali. Kemudian di Pasar Induk Cipinang stok sampai dengan pagi tadi 24 ribu ton. Artinya, sudah mulai bergerak naik kembali. Kita akan tetap dorong kembali OP lewat pedagang pasar maupun mitra strategis," pungkas Arief. *
Secara rata-rata nasional, harga beras premium naik Rp130 jadi Rp13.130 per kg di tingkat pengecer. Pekan lalu, 3 Januari 2023, harganya tercatat masih Rp13.070 per kg.
Harga tertinggi dilaporkan terjadi di Kalimantan Selatan, yaitu Rp17.630 per kg. Dan terendah di Sulawesi Selatan, yaitu Rp11.690 per kg. Sedangkan, beras medium naik Rp70 jadi Rp11.540 per kg rata-rata nasional di tingkat pengecer. Pekan lalu, harganya masih berada di level Rp11.490 per kg.
Harga tertinggi dilaporkan terjadi di Kalimantan Utara, mencapai Rp13.540 per kg, dan terendah di Sulawesi Selatan, yaitu Rp10.310 per kg.
Tren kenaikan harga beras terpantau terus terjadi meski pemerintah sudah membuka keran impor hingga 500 ribu ton. Memang, realisasi impor tersebut masih minim, hanya sekitar 62 ribu ton.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan, dari total izin impor 500 ribu ton beras yang diberikan kepada Perum Bulog, sebanyak 200 ribu ton diantaranya seharusnya masuk paling lambat 31 Desember 2022. Namun, terealisasi hanya 62 ribu ton.
"Akan masuk minggu pertama dan kedua (tahun 2023) untuk menggenapkan 200 ribu ton. Untuk tahun 2023, sebelum bulan Maret panen raya nanti, kita tugaskan Bulog untuk memasukkan 300 ribu ton," kata Arief seperti dilansir CNBCIndonesia.com, Selasa (10/1).
"Pertanyaannya, apakah dengan importasi ini harga sudah turun? Kita sekarang giatkan untuk melakukan Operasi Pasar (OP) atau KPSH (Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga) di seluruh Indonesia. Saya pastikan 100 ribu ton masuk Pasar Induk Beras Cipinang," tambahnya.
Selain itu, ujar Arief, pihaknya juga terus berkoordinasi dengan pelaku usaha penggilingan padi dan Bulog terkait distribusi beras.
Sementara, jelas Arief, survey Kerangka Sample Area (KSA) yang dilakukan BPS menunjukkan, produksi beras nasional pada Januari 2023 ini hanya sekitar 1,3 juta ton setara beras. Padahal kebutuhan mencapai 2,5 juta ton jika mengacu angka bulan lalu (Desember 2022).
Dua bulan sebelumnya, di Desember, produksi 1,4 juta ton dan November 1,9 juta ton (setara beras). Jika melihat data kebutuhan bulanan 2,5 juta ton, produksi sejak November 2022 memang lebih rendah dari permintaan. Kondisi ini, kata Arief, menyebabkan terjadinya perebutan gabah kering panen (GKP) di lapangan.
"Kenapa harganya tidak kunjung turun? Dari apa yang kami diskusikan dengan teman-teman Perpadi (Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia) dan pedagang pasar, memang sekarang waktunya untuk mendistribusikan dan stabilisasi," kata Arief.
"Stok Bulog terakhir per hari ini adalah 339 ribu ton. Angka ini sudah cukup untuk bisa melakukan OP kembali. Kemudian di Pasar Induk Cipinang stok sampai dengan pagi tadi 24 ribu ton. Artinya, sudah mulai bergerak naik kembali. Kita akan tetap dorong kembali OP lewat pedagang pasar maupun mitra strategis," pungkas Arief. *
Komentar