Dinas Kesehatan Gelar Skrining, Temukan Perokok Anak-anak
Menurut Komisioner KPPAD Bali, tren di kalangan anak-anak adalah rokok elektrik
GIANYAR, NusaBali
Dinas Kesehatan Gianyar menggelar skrining kepada 44.716 orang. Hasilnya, sebanyak 1.739 orang merupakan perokok aktif. Terdiri dari 1.345 laki-laki dan 344 perempuan. Ironisnya, sebanyak 38 orang tergolong anak-anak. Mereka merokok karena pengaruh lingkungan. Apalagi melihat teman sebaya merokok, maka timbul rasa kesetiakawanan sehingga terjerumus untuk sama-sama merokok.
Plt Kadis Kesehatan Gianyar, Ni Made Ariyuni, akan menjalankan sejumlah program untuk mengurangi angka perokok di Gianyar. Di antaranya melakukan sidak Kawasan Tanpa Rokok (KTR), skrining faktor risiko merokok, dan pendampingan upaya berhenti merokok (UBM). Melaksanakan pelayanan UKM untuk meningkatkan Indeks Keluarga Sehat melalui PIS-PK (Program Indonesia Sehat Melalui Pendekatan Keluarga) dan pelayanan promosi kesehatan di sekolah. “Aksi-aksi ini rencananya kami laksanakan tahun ini,” jelas Ariyuni, Rabu (11/1).
Ariyuni mengatakan, merokok sangat berbahaya bagi tubuh manusia. Merokok merupakan salah satu faktor risiko penyakit tidak menular seperti jantung, HT, diabetes mellitus, dan lainnya. “Sampai saat ini memang tidak ada kematian akibat rokok, tetapi merokok dapat menjadi salah satu faktor risiko penyakit menular yang dapat mengakibatkan kematian,” jelas Ariyuni.
Komisioner KPPAD Bali I Made Ariasa mengatakan, berdasarkan pengamatan serta berita dari sejumlah media, jumlah perokok usia anak-anak (0-18 tahun) semakin meningkat. “Jenis rokok menjadi tren dan diminati anak-anak adalah rokok elektrik yang penuh gaya hidup,” ungkap Ariasa. Menurutnya, rokok elektrik ada unsur praktis, kesenangan, style, dan kenikmatan. Wacana presiden melarang atau mengurangi penjualan rokok batangan secara eceran tidak terlalu berpengaruh pada pengurangan minat anak-anak dalam merokok.
Menurut Ariasa, dari sudut perlindungan anak, apa pun bentuk rokok yang dikonsumsi anak-anak tetap membahayakan. Berpotensi menimbulkan kekerasan terhadap anak, pergaulan bebas, bullying, hingga kekerasan fisik seperti perkelahian. “Upaya yang mesti dilakukan adalah pencegahan bersama oleh orang tua, keluarga, dan masyarakat dalam bentuk pengawasan dan pembinaan langsung atau tidak langsung,” ungkap Ariasa. Tak cukup hanya dengan tulisan Kawasan Bebas Asap Rokok. Penting adanya pengawasan, penanggulangan, dan tindakan yang humanis mendidik. *nvi
Plt Kadis Kesehatan Gianyar, Ni Made Ariyuni, akan menjalankan sejumlah program untuk mengurangi angka perokok di Gianyar. Di antaranya melakukan sidak Kawasan Tanpa Rokok (KTR), skrining faktor risiko merokok, dan pendampingan upaya berhenti merokok (UBM). Melaksanakan pelayanan UKM untuk meningkatkan Indeks Keluarga Sehat melalui PIS-PK (Program Indonesia Sehat Melalui Pendekatan Keluarga) dan pelayanan promosi kesehatan di sekolah. “Aksi-aksi ini rencananya kami laksanakan tahun ini,” jelas Ariyuni, Rabu (11/1).
Ariyuni mengatakan, merokok sangat berbahaya bagi tubuh manusia. Merokok merupakan salah satu faktor risiko penyakit tidak menular seperti jantung, HT, diabetes mellitus, dan lainnya. “Sampai saat ini memang tidak ada kematian akibat rokok, tetapi merokok dapat menjadi salah satu faktor risiko penyakit menular yang dapat mengakibatkan kematian,” jelas Ariyuni.
Komisioner KPPAD Bali I Made Ariasa mengatakan, berdasarkan pengamatan serta berita dari sejumlah media, jumlah perokok usia anak-anak (0-18 tahun) semakin meningkat. “Jenis rokok menjadi tren dan diminati anak-anak adalah rokok elektrik yang penuh gaya hidup,” ungkap Ariasa. Menurutnya, rokok elektrik ada unsur praktis, kesenangan, style, dan kenikmatan. Wacana presiden melarang atau mengurangi penjualan rokok batangan secara eceran tidak terlalu berpengaruh pada pengurangan minat anak-anak dalam merokok.
Menurut Ariasa, dari sudut perlindungan anak, apa pun bentuk rokok yang dikonsumsi anak-anak tetap membahayakan. Berpotensi menimbulkan kekerasan terhadap anak, pergaulan bebas, bullying, hingga kekerasan fisik seperti perkelahian. “Upaya yang mesti dilakukan adalah pencegahan bersama oleh orang tua, keluarga, dan masyarakat dalam bentuk pengawasan dan pembinaan langsung atau tidak langsung,” ungkap Ariasa. Tak cukup hanya dengan tulisan Kawasan Bebas Asap Rokok. Penting adanya pengawasan, penanggulangan, dan tindakan yang humanis mendidik. *nvi
Komentar