Ratusan SD Belum Miliki Jamban Layak
Tahun ini, Disdikpora Buleleng anggarkan pembangunan jamban dan kamar mandi yang layak di enam SD. Dengan pagu anggaran Rp 20 juta per unit yang dilaksanakan secara swakelola
SINGARAJA, NusaBali
Dari sebanyak 501 Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) negeri dan swasta di Buleleng, lima puluh persen diantaranya masih memerlukan perhatian khusus terkait keberadaan jamban yang layak. Kurang layaknya jamban selama ini dikarenakan jumlah anggaran yang terbatas untuk membangun fasilitas pendukung dalam proses pembelajaran di sekolah. Namun persoalan tersebut tahun ini mulai akan ditangani Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng dengan pengadaan yang bertahap.
Ratusan sekolah yang tidak memiliki jamban yang layak disebut Kepala Disdikpora Buleleng Gede Suyasa masih terbentur anggaran. Anggaran yang terdahulu menurut Suyasa, masih diorientasikan untuk perbaikan ruang kelas, agar seluruh siswa SD di Buleleng dapat belajar di dalam kelas. Selanjutnya juga digunakan untuk perbaikan sekolah yang mengalami kerusakan.
“Dulu orientasi kita bisa belajar di kelas, sehingga banyak pengadaan RKB (Ruang Kelas Baru,red). Kalau sekarang itu sudah aman, bahkan yang rusak berat hanya satu persen, anggaran sekarang dan kedepannya akan lebih banyak ke jamban, sanitasi dan perpustakaan,” ujar Suyasa, Kamis (25/5). Bahkan jika ada anggaran lebih, pembangunan infrastruktur keamanan sekolah juga akan diupayakan. Sebab seperti masalah jamban, ternyata SD di Buleleng banyak juga yang belum bertembok panyengker.
Tahun ini, Disdikpora Buleleng juga telah menganggarkan pembangunan jamban dan kamar mandi yang layak di enam SD. Dengan pagu anggaran Rp 20 juta per unit yang dilaksanakan secara swakelola. Saat ini dan kedepannya masing-masing SD juga diharapkan memiliki 4-5 unit jamban yang layak. Sehingga hal tersebut juga dapat menunjang kesehatan dan kebersihan siswa di sekolah. Sedangkan ratusan sekolah yang juga belum memiliki jamban yang layak akan dibantu melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) sesuai dengan kemampuan anggaran daerah secara bertahap.
Sementara itu, sejumlah sekolah yang tidak memiliki jamban yang layak menyiasatinya dengan memanfaatkan jamban dan kamar mandi yang ada di mes guru atau kepala sekolah yang terpakai maupun tidak terpakai. Seperti yang terjadi di SDN 4 Kayuputih, Kecamatan Banjar, Buleleng.
Sekolah yang berlokasi di Banjar Dinas Bolangan, Desa Kayuputih, dulunya memang sudah memiliki jamban. Hanya saja beberapa waktu yang lalu, jamban yang digunakan oleh siswa sudah dibongkar karena berada diatas lahan milik warga, sehingga kini siswa menggunakan jamban yang ada di mes guru.
Kepala SDN 4 Kayuputih, Sang Ayu Putu Wati, mengungkapkan pascapembongkaran, sekolahnya tidak lagi memiliki toilet khusus. “Cukup mengganggu, sementraa kami gunakan kamar mandi di mes guru, satu untuk siswa dan satu untuk guru,” katanya. Masalah tersebut pun dikatakannya akan berlanjut ke masalah berikutnya. Sebab kamar mandi di mes guru itu juga akan segera dibongkar karena terbentur masalah lahan. “Kami berharap ada perhatian, kami sudah laporkan ke pengawas. Mudah-mudahan cepat mendapat respons dari dinas,” harapnya. *k23
Ratusan sekolah yang tidak memiliki jamban yang layak disebut Kepala Disdikpora Buleleng Gede Suyasa masih terbentur anggaran. Anggaran yang terdahulu menurut Suyasa, masih diorientasikan untuk perbaikan ruang kelas, agar seluruh siswa SD di Buleleng dapat belajar di dalam kelas. Selanjutnya juga digunakan untuk perbaikan sekolah yang mengalami kerusakan.
“Dulu orientasi kita bisa belajar di kelas, sehingga banyak pengadaan RKB (Ruang Kelas Baru,red). Kalau sekarang itu sudah aman, bahkan yang rusak berat hanya satu persen, anggaran sekarang dan kedepannya akan lebih banyak ke jamban, sanitasi dan perpustakaan,” ujar Suyasa, Kamis (25/5). Bahkan jika ada anggaran lebih, pembangunan infrastruktur keamanan sekolah juga akan diupayakan. Sebab seperti masalah jamban, ternyata SD di Buleleng banyak juga yang belum bertembok panyengker.
Tahun ini, Disdikpora Buleleng juga telah menganggarkan pembangunan jamban dan kamar mandi yang layak di enam SD. Dengan pagu anggaran Rp 20 juta per unit yang dilaksanakan secara swakelola. Saat ini dan kedepannya masing-masing SD juga diharapkan memiliki 4-5 unit jamban yang layak. Sehingga hal tersebut juga dapat menunjang kesehatan dan kebersihan siswa di sekolah. Sedangkan ratusan sekolah yang juga belum memiliki jamban yang layak akan dibantu melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) sesuai dengan kemampuan anggaran daerah secara bertahap.
Sementara itu, sejumlah sekolah yang tidak memiliki jamban yang layak menyiasatinya dengan memanfaatkan jamban dan kamar mandi yang ada di mes guru atau kepala sekolah yang terpakai maupun tidak terpakai. Seperti yang terjadi di SDN 4 Kayuputih, Kecamatan Banjar, Buleleng.
Sekolah yang berlokasi di Banjar Dinas Bolangan, Desa Kayuputih, dulunya memang sudah memiliki jamban. Hanya saja beberapa waktu yang lalu, jamban yang digunakan oleh siswa sudah dibongkar karena berada diatas lahan milik warga, sehingga kini siswa menggunakan jamban yang ada di mes guru.
Kepala SDN 4 Kayuputih, Sang Ayu Putu Wati, mengungkapkan pascapembongkaran, sekolahnya tidak lagi memiliki toilet khusus. “Cukup mengganggu, sementraa kami gunakan kamar mandi di mes guru, satu untuk siswa dan satu untuk guru,” katanya. Masalah tersebut pun dikatakannya akan berlanjut ke masalah berikutnya. Sebab kamar mandi di mes guru itu juga akan segera dibongkar karena terbentur masalah lahan. “Kami berharap ada perhatian, kami sudah laporkan ke pengawas. Mudah-mudahan cepat mendapat respons dari dinas,” harapnya. *k23
1
Komentar