Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Ling Gwan Kiong Kelenteng Berusia 150 Tahun
Stanakan Chen Fu Zhen Ren, Seorang Cendikiawan Maha Sakti
Saat pembangunan istana di Kerajaan Mengwi, cendekiawan Chen Fu Zhen Ren berkontribusi pada arsitektur Pura Taman Ayun di Mengwi, Kabupaten Badung.
SINGARAJA, NusaBali
Sebuah jubah berwarna merah dipadukan dengan warna keemasan dipasangkan umat Tri Dharma pada salah satu patung dewa di Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Ling Gwan Kiong, kawasan Pelabuhan Tua Buleleng, Minggu (15/10). Sebelumnya patung dan altarnya sudah dibersihkan terlebih dahulu oleh petugas. Patung dewa ini adalah stana dan wujud penghormatan umat Tri Dharma pada seorang Thionghoa maha sakti yang bernama Chen Fu Zhen Ren.
Chen Fu Zhen Ren atau yang disebut Tan Hu Cin Jin adalah patung istimewa di TITD Ling Gwan Kiong yang saat ini telah berusia 150 tahun. Chen Fu Zhen Ren seorang cendekiawan dan maha sakti ini dipuja dan dihormati karena berjasa membawa peradaban dan perkembangan umat Tri Dharma di Bali Utara.
Humas TITD Ling Gwan Kiong Gunadi Yetial ditemui di sela-sela bersih-bersih patung dewa mengawali rangkaian Tahun Baru Imlek 2574 mengatakan Chen Fu Zhen Ren adalah pujaan utama. Selain juga ada belasan patung dewa dewi yang distanakan di sana. Menurut Gunawan sesuai cerita turun temurun tetuanya, cendekiawan Tan Hu Cin Jin atau dalam mandarin dikenal dengan Chen Fu Zhen Ren datang dan berlabuh di Bali Utara sekitar tahun 1600.
Lalu pada tahun 1634, saat pembangunan istana di Kerajaan Mengwi, cendekiawan Chen Fu Zhen Ren berkontribusi pada arsitektur Pura Taman Ayun di Mengwi, Kabupaten Badung. “Menurut legenda tetua kami, arsitektur Taman Ayun itu dibuat Chen Fu Zhen Ren, karena beliau maha sakti mengerti masalah feng shui, bagaimana tata letak bangunan termasuk arah mata angin,” ucap Gunadi. Hanya saja setelah bangunan selesai ada kesalah pahaman yang mengakibatkan Chen Fu Zhen Ren kembali ke Bali Utara diikuti dua pengikut seekor harimau dan buaya.
Tidak berselang lama, karena terus dikepung tentara kerajaan, Chen Fu Zhen Ren melanjutkan perjalanannya menuju ke barat, yakni Pulau Jawa. Namun saat menyeberang di Selat Bali, dia dinyatakan moksa (meninggal tanpa jasad menyatu dengan Tuhan) di wilayah Watu Dodol, Banyuwangi.
Atas kiprah Chen Fu Zhen Ren di Bali Utara pada tahun 1873 silam, umat tri dharma di Buleleng secara swadaya mendirikan klenteng Ling Gwan Kiong. Tahun distanakannya Chen Fu Zhen Ren ini pun dipahatkan dalam tulisan nama di papan kayu yang juga berangka tahun 1873. Papan nama Chen Fu Zhen Ren itu digantung tepat di atas altarnya.
Selain penghormatan kepada Chen Fu Zhen Ren umat tri dharma di Buleleng juga menstanakan belasan dewa dewi. Altar dewa-dewi dipajang berjejer di dalam tempat ibadah. Termasuk dewa penjaga pintu di bagian depan serta tempat pemujaan dewa langit di depan pintu masuk TITD. Sejak dibangun tahun 1873 dan kini berusia 150 tahun, bangunan TITD Ling Gwan Kiong sudah menjalani renovasi berulang kali. Namun barang-barang kuno tetap dipertahankan seperti patung dewa-dewi termasuk papan nama Chen Fu Zhen Ren dan beberapa tiang kayu yang masih asli.
Sementara itu rangkaian perayaan tahun baru Imlek 2574 sudah dimulai sejak, Sabtu (14/1) tengah malam. Seluruh dewa-dewi sesuai kepercayaan umat tri dharma naik ke kahyangan untuk melaporkan kejadian-kejadian yang terjadi selama setahun di muka bumi.
Saat dewa naik, umat dan pengurus TITD mendapatkan kesempatan untuk bersih-bersih patung dewa dewi dan altar serta seluruh area tempat ibadah. Sehingga saat malam pergantian Tahun Imlek dewa-dewi kembali turun ke bumi tempat ibadah sudah dalam keadaan bersih. “Ini kegiatan rutin setiap tahun menjelang Tahun Baru Imlek, bersih-bersih patung dewa-dewi ini mengalami rangkaian. Saat malam puncak pergantian tahun baru, kami di panitia juga sudah menyiapkan sejumlah acara, seperti pertunjukan barongsai dan kembang api,” papar Gunadi. *k23
Chen Fu Zhen Ren atau yang disebut Tan Hu Cin Jin adalah patung istimewa di TITD Ling Gwan Kiong yang saat ini telah berusia 150 tahun. Chen Fu Zhen Ren seorang cendekiawan dan maha sakti ini dipuja dan dihormati karena berjasa membawa peradaban dan perkembangan umat Tri Dharma di Bali Utara.
Humas TITD Ling Gwan Kiong Gunadi Yetial ditemui di sela-sela bersih-bersih patung dewa mengawali rangkaian Tahun Baru Imlek 2574 mengatakan Chen Fu Zhen Ren adalah pujaan utama. Selain juga ada belasan patung dewa dewi yang distanakan di sana. Menurut Gunawan sesuai cerita turun temurun tetuanya, cendekiawan Tan Hu Cin Jin atau dalam mandarin dikenal dengan Chen Fu Zhen Ren datang dan berlabuh di Bali Utara sekitar tahun 1600.
Lalu pada tahun 1634, saat pembangunan istana di Kerajaan Mengwi, cendekiawan Chen Fu Zhen Ren berkontribusi pada arsitektur Pura Taman Ayun di Mengwi, Kabupaten Badung. “Menurut legenda tetua kami, arsitektur Taman Ayun itu dibuat Chen Fu Zhen Ren, karena beliau maha sakti mengerti masalah feng shui, bagaimana tata letak bangunan termasuk arah mata angin,” ucap Gunadi. Hanya saja setelah bangunan selesai ada kesalah pahaman yang mengakibatkan Chen Fu Zhen Ren kembali ke Bali Utara diikuti dua pengikut seekor harimau dan buaya.
Tidak berselang lama, karena terus dikepung tentara kerajaan, Chen Fu Zhen Ren melanjutkan perjalanannya menuju ke barat, yakni Pulau Jawa. Namun saat menyeberang di Selat Bali, dia dinyatakan moksa (meninggal tanpa jasad menyatu dengan Tuhan) di wilayah Watu Dodol, Banyuwangi.
Atas kiprah Chen Fu Zhen Ren di Bali Utara pada tahun 1873 silam, umat tri dharma di Buleleng secara swadaya mendirikan klenteng Ling Gwan Kiong. Tahun distanakannya Chen Fu Zhen Ren ini pun dipahatkan dalam tulisan nama di papan kayu yang juga berangka tahun 1873. Papan nama Chen Fu Zhen Ren itu digantung tepat di atas altarnya.
Selain penghormatan kepada Chen Fu Zhen Ren umat tri dharma di Buleleng juga menstanakan belasan dewa dewi. Altar dewa-dewi dipajang berjejer di dalam tempat ibadah. Termasuk dewa penjaga pintu di bagian depan serta tempat pemujaan dewa langit di depan pintu masuk TITD. Sejak dibangun tahun 1873 dan kini berusia 150 tahun, bangunan TITD Ling Gwan Kiong sudah menjalani renovasi berulang kali. Namun barang-barang kuno tetap dipertahankan seperti patung dewa-dewi termasuk papan nama Chen Fu Zhen Ren dan beberapa tiang kayu yang masih asli.
Sementara itu rangkaian perayaan tahun baru Imlek 2574 sudah dimulai sejak, Sabtu (14/1) tengah malam. Seluruh dewa-dewi sesuai kepercayaan umat tri dharma naik ke kahyangan untuk melaporkan kejadian-kejadian yang terjadi selama setahun di muka bumi.
Saat dewa naik, umat dan pengurus TITD mendapatkan kesempatan untuk bersih-bersih patung dewa dewi dan altar serta seluruh area tempat ibadah. Sehingga saat malam pergantian Tahun Imlek dewa-dewi kembali turun ke bumi tempat ibadah sudah dalam keadaan bersih. “Ini kegiatan rutin setiap tahun menjelang Tahun Baru Imlek, bersih-bersih patung dewa-dewi ini mengalami rangkaian. Saat malam puncak pergantian tahun baru, kami di panitia juga sudah menyiapkan sejumlah acara, seperti pertunjukan barongsai dan kembang api,” papar Gunadi. *k23
Komentar