Rayakan Imlek, Warga Tionghoa Haturkan Canang Manisan
GIANYAR, NusaBali
Warga keturunan Tionghoa di Kabupaten Gianyar menggelar persembahyangan Imlek 2574 Kongzili di wihara dan sejumlah konco, Minggu (22/1).
Mereka menghaturkan canangsari dan manisan. Usai persembahyangan, warga keturunan Tionghoa melanjutkan dengan mengunjungi rumah sanak saudara untuk silaturahmi dan bagi-bagi angpao kepada anak-anak sebagai ucapan rasa syukur dan berbagi rezeki.
Salah seorang warga keturunan Tionghoa yang telah ‘magumi’ di Gianyar, Kadek Agus Arimbawa mengatakan, perayaan Imlek seperti Galungan di Bali. Ia bersama keluarga sembahyang di wihara atau konco dengan perlengkapan canangsari serta manisan. “Canangsari, canang manisan, bedanya kami isi teh,” ungkap Kadek Agus. Menurutnya, Imlek merupakan perayaan yang menandakan musim semi segera tiba. “Tahun baru Cina diambil dari bahasa Tionghoa yaitu Chunjie yang artinya Festival Musim Semi. Imlek menggambarkan suasana musim semi tiba yang berarti musim dingin telah usai,” jelasnya.
Persiapan Imlek di Gianyar diawali dengan membersihkan sarana persembahyangan, tempat ibadah, maupun rumah. Sehari sebelum Imlek, warga Tionghoa melakukan persembahyangan tutup tahun di rumah masing-masing maupun wihara. “Persembahyangan tutup tahun untuk mengucapkan rasa syukur karena telah diberikan kemudahan menjalani tahun sebelumnya,” ujar Kadek Agus yang sudah lima generasi menetap di Gianyar.
Saat Imlek, seluruh warga Tionghoa melakukan persembahyangan ke tempat ibadah dan rumah yang ditujukan kepada leluhur. Harapannya diberikan kemudahan dan kesejahteraan untuk menempuh tahun mendatang. “Setelah persembahyangan di rumah, biasanya mengunjungi rumah sanak saudara untuk silaturahmi dan bagi angpao kepada anak-anak sebagai ucapan rasa syukur dan berbagi rezeki,” terangnya. Selanjutnya, 15 hari setelah Imlek dikenal dengan Cap Go Meh. Ditutup dengan persembahyangan menggunakan sarana lontong sehingga dikenal sebutan lontong Cap Go Meh. *nvi
1
Komentar