Anak Disabilitas di Gianyar Terlibat di Event Internasional
World Inclusive Dance Association Digelar Agustus Nanti
GIANYAR, NusaBali
Anak-anak disabilitas Yayasan Anak Unik di Banjar Tengkulak Kaja, Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Gianyar menembus batas.
Anak tuna grahita atau anak keterbelakangan mental ini akan dilibatkan dalam event internasional World Inclusive Dance Association (WIDA) ke 10. Even ini akan diselenggarakan offline di Bali pada bulan Agustus 2023 mendatang. Bali dipilih sebagai tempat penyelenggaraan event karena terjamin keamanannya. Event ini pula sekaligus memperingati hari disabilitas internasional yang diperingati setiap tanggal 1 Desember.
Mengawali kegiatan, anak-anak tuna grahita dikunjungi secara khusus oleh Presiden Direktur WIDA Leonid Tarasov pada, Jumat (27/1) pagi. Leonid datang bersama keluarga, seorang koreografer dan videografer. Mereka disambut antusias oleh anak-anak tuna grahita yang mengenakan busana adat Bali. Anak-anak yang beranjak dewasa ini menampilkan tari penyambutan, permainan musik, tari janger dan joged.
Pendiri Yayasan Anak Unik, Ni Gusti Putu Parmiti SE, usai menerima kunjungan mengaku sangat beruntung bisa dilibatkan dalam event internasional yang memiliki anggota di 39 negara ini. "WIDA ini adalah kegiatan tahunan setara olimpiade atau paralimpic. Bedanya, peserta adalah penyandang disabilitas yang memiliki minat pada bidang seni seperti menari, dansa dan bermusik," jelasnya.
Yayasan Anak Unik sendiri sudah sejak tahun 2020 menjadi peserta aktif WIDA. Kala itu, anak-anak membawakan Tari Gopala dan Panyembrahma. "Kunjungan mereka kali ini menjelang event besar di bulan Agustus 2023 nanti," jelasnya.
Bisa terlibat dalam event internasional merupakan capaian luar biasa bagi yayasan yang berdiri sejak tahun 2014 ini. Terutama untuk menambah rasa percaya diri anak-anak disabilitas untuk tampil di depan umum. Dari anak-anak yang mulanya sangat tertutup menjadi anak-anak yang bahagia bisa tampil menari. "Kami sangat beruntung. Secara pribadi anak-anak, jelas nambah rasa percaya diri mereka daripada mereka disembunyikan di rumah tidak pernah bergaul. Dengan menari mereka tidak ada beban, mereka senang bisa berhias," ujar Gusti Parmiti.
Keberhasilan seorang anak tuna grahita dalam menari menjadi suatu hal luar biasa bagi Gusti Parmiti. Betapa tidak, perlu waktu relatif lama bagi guru untuk mengajar anak-anak ini bisa kompak menari. "Di awal, perlu waktu setahun agar mereka bisa menari gerak dasar Panyembrahma. Karena mereka ini alami kesulitan koordinasi. Jadi mereka tidak bisa melakukan 3 hal sekaligus di satu kesempatan. Seperti halnya menari, mereka harus belajar bertahap. Pertama belajar melihat gerak dulu, kemudian belajar mendengar musik. Baru kemudian belajar mengkolaborasikan gerak dan musik," jelasnya.
Dan kini, anak-anak disabilitas yang beranjak remaja ini sudah lebih mudah belajar menari. "Kita ajari menari janger, perlu waktu sekitar 2 bulan mereka sudah bisa," ungkapnya. Saat ini, Yayasan Anak Unik mengasuh sekitar 35 peserta didik. Usianya bervariasi mulai 6,5 tahun hingga 27 tahun. Dibagi dalam 3 kelompok, di antaranya grup bermain dan grup remaja. "Anak disabilitas tidak bisa begitu masuk langsung kita ajak belajar, terlebih dahulu kita akan ajak mereka bermain sambil belajar menerima teman, bersosialisasi dan berkomunikasi," jelas guru kelahiran 20 Maret 1975 ini. Sebab tak dipungkiri, anak tuna grahita masuk dengan beragam kondisi. Ada yang hiperaktif, lambat bicara dan emosi labil. Maka begitu anak-anak bisa duduk tenang, barulah diajak untuk menulis atau menggambar. "Prosesnya relatif lama dan harus ekstra sabar," ujarnya.
Untuk grup remaja, mereka dibina sejak tahun 2014. Saat ini, para remaja disabilitas sudah mulai belajar mandiri. "Mereka sudah lulus ujian paket B setara SMP. Jadi setelah bisa bersosialisasi, berkomunikasi, membaca, menulis dan berhitung, mereka juga mulai mandiri. Bisa menanak nasi sendiri, ada yang sampai rumah biasa bantu orangtua jaga warung. Ada yang bantu mejejaitan dan kegiatan lain," terangnya. Bisa hidup mandiri inilah merupakan salah satu tujuan yayasan.
Minimal, setelah mereka remaja atau dewasa mulai mengurangi ketergantungan pada orang lain. "Maka itu, ketika keluarga memiliki anak disabilitas kita harap agar tidak disembunyikan. Ajak mereka mengenal dunia luar, didik mereka agar kelak di kemudian hari mereka bisa mandiri. Lebih-lebih bisa membantu keluarga. Mereka punya kesempatan yang sama untuk tumbuh, bahagia dan produktif," ujarnya. Untuk menjadi produktif ini pula, Yayasan dalam waktu dekat akan membentuk kelompok usaha. Tujuannya anak-anak disabilitas yang melampaui batas ini bisa berbaur dengan lingkungan, terutama berusaha untuk mendapatkan penghasilan. *nvi
1
Komentar