Angka Stunting di Bali 8 %, Terbaik se-Indonesia
Jembrana Tertinggi, Buleleng dan Gianyar Angkanya Naik
DENPASAR, NusaBali
Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan tahun 2022 menunjukkan Bali berhasil menurunkan prevalensi stunting dari 10,9 persen (SSGI 2021) menjadi 8 persen sekaligus tetap mempertahankan posisi kasus stunting terendah se-Indonesia.
Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang.
Data SSGI 2022 tersebut juga mengungkapkan, dari sembilan kabupaten/kota di Bali, Kabupaten Jembrana tercatat paling tinggi angka stuntingnya sebesar 14,2 persen. Sementara Kabupaten Buleleng dan Gianyar justru mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali Dr dr I Nyoman Gede Anom MKes, menyampaikan terima kasih atas kerja keras seluruh lintas sektor terkait sehingga Bali bisa menurunkan angka stunting sebanyak 2,9 persen. Hal ini menunjukkan komitmen kuat dari seluruh Tim Percepatan Penurunan Stunting Provinsi Bali dalam menekan angka stunting di Bali.
“Kita patut bersyukur dan berterima kasih kepada seluruh tim yang terlibat dalam upaya percepatan penurunan stunting, tenaga kesehatan dari tingkat provinsi hingga desa termasuk seluruh kader yang terlibat,” ujar dr Anom, Jumat (27/1).
Di sisi lain dr Anom mengingatkan, walaupun hasil SSGI se-Provinsi Bali terendah se-Indonesia, namun terdapat kabupaten yang perlu menjadi perhatian, yaitu Kabupaten Jembrana (angka stunting 14,2 persen), Kabupaten Buleleng (11,0 persen), Kabupaten Karangasem (9,2 persen), Kabupaten Bangli (9,1 persen), dan Kabupaten Tabanan (8,2 persen) yang angka stuntingnya masih berada di atas rata-rata stunting Bali secara keseluruhan. Sementara empat Kabupaten/Kota masing-masing berada di bawah angka stunting rata-rata Bali, yakni Kabupaten Klungkung (7,7 persen), Kabupaten Badung (6,6 persen), Kabupaten Gianyar (6,3 persen), dan Kota Denpasar (5,5 persen).
"Kita tetap harus berupaya dengan mengoptimalkan berbagai program pendukung serta meningkatkan kolaborasi lintas sektor terkait,” pesan Kadis Anom. Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Diskes Bali dr Anak Agung Sagung Mas Dwipayani menambahkan SSGI 2022 dilakukan Kemenkes pada bulan Oktober-Desember 2022 di seluruh Indonesia mengacu data BPS.
Untuk di Bali jumlah sampel yang dinilai sebanyak 15.170 balita terdapat dalam 1.517 blok sensus (satu blok sensus terdiri dari 10 balita) yang tersebar secara tidak merata di sembilan kabupaten/kota. Blok sensus terbanyak ada di Kabupaten Bangli sebanyak 426 blok sensus. "Itu ditentukan oleh BPS berdasarkan perhitungan statistik dan sensus, dan juga atas hasil dari perhitungan statistik Balitbangkes Kemenkes dan BPS," ujar dr Sagung.
Adapun indikator yang dinilai, dikatakan dr Sagung, mencakup tinggi/panjang badan dan berat badan disesuaikan dengan umur balita. Selain itu juga dinilai faktor penentu lainnya seperti bagaimana proses persalinan ibu dari balita yang dinilai, apakah ibunya memiliki riwayat merokok, jumlah anaknya dan lainnya.
Terpisah, Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bali Ni Luh Gede Sukardiasih juga menekankan pentingnya mencermati lebih dalam data SSGI Bali 2022.
“Dengan hasil SSGI tahun 2022, kita patut bersyukur bahwasannya kerja keras kita semua termasuk masyarakat Bali sangat bagus, Bali sendiri mencapai di satu digit angka dan kembali menjadi terendah di Indonesia. Namun, kita tidak boleh terlena dan tetap terus berupaya lebih maksimal dalam pencegahan stunting di Bali," ujarnya.
Sukardiasih mengingatkan, kendati Bali berhasil menurunkan angka stunting 2,9 persen, namun masih ditemukan beberapa kabupaten yang angka stuntingnya justru meningkat. Kabupaten Buleleng yang angka stunting tahun sebelumnya 8,9 persen meningkat menjadi 11 persen dan Kabupaten Gianyar yang sebelumnya 5,1 persen juga meningkat menjadi 6,3 persen. Sukardiasih mengatakan, meningkatnya angka stunting di Kabupaten Buleleng dan Gianyar menjadi perhatian BKKBN Provinsi Bali dalam evaluasi kinerja percepatan penurunan stunting.
“Kita perlu lebih serius dan menganalisis dengan cermat terlebih dahulu apa saja yang menjadi faktor penyebab naiknya kenaikan tersebut sehingga kita bisa fokus memberikan intervensi dan meningkatkan kerjasama, konvergensi dan konsolidasi dengan tim internal dan lintas sektor lebih baik lagi," kata dia.
Lebih lanjut disampaikannya, strategi Perwakilan BKKBN Provinsi Bali akan mengintensifkan pencegahan dari hulu dengan sasaran remaja melalui kelompok remaja yang ada baik secara formal dan non formal seperti program Genre, PIK-R/M, Yowana di sekolah dan kampus. “Ke depannya kita fokus ke pencegahan stunting dari hulu, skrining catin (calon pengantin) akan kita gencarkan melalui advokasi kembali ke lintas sektor terkait seperti Kemenag, Majelis Desa Adat, Dinas PMA dan OPD terkait," ujarnya. Sosialisasi melalui media terutama media sosial juga dianggap sangat penting untuk menggencarkan Program Bangga Kencana khususnya penurunan stunting di Provinsi Bali.
“Kita juga akan lebih optimalkan aplikasi yang sudah ada kepada masyarakat serta Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dari tingkat provinsi sampai desa, Tim Pendamping Keluarga dan lini lapangan akan kita maksimalkan perannya,” sebut Sukardiasih.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bali berharap agar seluruh unsur baik BKKBN Provinsi Bali maupun lintas sektor terkait dapat meningkatkan potensi diri dan tupoksi masing-masing, meningkatkan koordinasi, komunikasi dan kerjasama sehingga harapan mencapai target penurunan stunting pada 2024 menjadi 6,15 persen tercapai. Untuk diketahui dalam Rakernas BKKBN, Rabu (25/1) di Jakarta, terungkap angka stunting di Indonesia mengalami penurunan dari 24,4 persen (SSGI 2021) menjadi 21,6 persen. Presiden Joko Widodo yang membuka Rakernas mengingatkan target penurunan angka stunting di Indonesia menjadi 14 persen pada tahun 2024. *cr78
1
Komentar