30 Koperasi di Klungkung Tidak Aktif
SEMARAPURA, NusaBali
Dari total 156 koperasi di Kabupaten Klungkung, 30 di antaranya tidak aktif. Koperasi tidak aktif tersebut sudah tiga tahun berturut-turut tidak menggelar rapat anggota tahunan (RAT).
Kadis Koperasi, UKM, Perindustrian, dan Perdagangan Klungkung I Wayan Ardiasa mengatakan, koperasi yang tidak aktif tersebut tidak bisa menjalankan unit usahanya dan anggotanya banyak yang mundur. Menurut Ardiasa, ada beberapa masalah yang membuat koperasi tidak aktif, seperti akses permodalan yang terbatas, rendahnya daya saing produktivitas dan pemasaran koperasi. Belum optimalnya validasi data koperasi dan belum optimalnya jaringan kemitraan koperasi. “Rendahnya kompetensi SDM dan pengelola koperasi juga menjadi faktor penyebab koperasi tidak aktif,” ujar Ardiasa saat menghadiri RAT Koperasi Pasar (Koppas) Srinadi di Balai Budaya Ida Dewa Agung Istri Kanya, Klungkung, Senin (30/1).
Di Klungkung juga ada beberapa Koperasi yang berkembang pesat. Misalnya saja Koppas Srinadi. Sampai saat ini, Koppas Srinadi menjalankan 9 unit usaha dan memiliki aset mencapai Rp 262 miliar. Sementara anggota Koppas Srinadi lebih dari 12.000 orang dan menjadikannya salah satu koperasi terbesar di Bali. Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta mengatakan, tantangan koperasi ke depannya semakin berat. Koperasi harus bertahan dengan memanfaatkan setiap peluang yang ada di Kabupaten Klungkung dan berpihak kepada ekonomi kerakyatan.
Bupati Suwirta mengingatkan Koperasi juga sudah jadi pengusaha kena pajak, dampaknya ke persaingan lebih ketat. Koperasi simpan pinjam akan bersaing dengan lembaga keuangan sepeti bank yang berinovasi sampai akar rumput. Meskipun persaingan menjadi tantangan ke depan, setiap koperasi diminta menumbukan fanatisme anggotanya. Sehingga tumbuh rasa memiliki dan koperasi bisa tetap eksis untuk bersaing dengan lembaga ekonomi lainnya.
Ketua Koppas Srinadi Klungkung, Ngakan Made Nata mengaku sangat berat melalui 2 tahun belakangan ini akibat pandemi Covid-19. Pandemi memberikan dampak signifikan terhadap berbagai sektor, termasuk koperasi yang bergerak di sektor keuangan (simpan pinjam). Sebab sebagian besar anggota koperasi melakukan penarikan uang. Sebaliknya, pembayaran pinjaman justru seret.
Menjaga likuiditas menjadi salah satu kuncinya. Salah satu strategi yang dilakukan untuk menjaga likuiditas adalah dengan mengurangi pengeluaran pinjaman. Memberikan skala prioritas penarikan uang oleh anggota koperasi. “Sekali gagal bayar bisa jadi rush. Kalau terjadi rush bisa babak belur. Sehingga unit usaha lainnya kami batasi belanja barang atau efisiensi,” ujar Ngakan Nata. *wan
Komentar