Kurang dari Setahun Kinerja Diskes Karangasem, Klaim Turunkan Stunting 13,7 Persen
Rekor stunting tertinggi di Bali kali ini disandang Jembrana 14,2 persen, Buleleng 11,0 persen, terendah Kota Denpasar 5,5 persen.
AMLAPURA, NusaBali
Dinas Kesehatan (Diskes) Karangasem mengklaim mampu menurunkan angka stunting secara drastis dalam kurun waktu kurang dari setahun, sebesar 13,7 persen. Sebelumnya pertengahan tahun 2022, angka stunting 22,9 persen atau tertinggi di Bali. Kali ini, menjadi 9,2 persen, di bawah rata-rata Provinsi Bali 8,0 persen.
"Berarti kami telah mampu menurunkan angka stunting 13,7 persen, sehingga angka stunting tinggal 9,2 persen merupakan tertinggi ketiga di Bali," jelas Kepala Diskes Karangasem I Gusti Bagus Putra Pertama di ruang kerjanya, Jalan Ahmad Yani, Amlapura, Selasa (31/1).
Rekor stunting tertinggi di Bali kali ini disandang Jembrana 14,2 persen, Buleleng 11,0 persen, terendah Kota Denpasar 5,5 persen. Cara mencegah stunting, jelas Bagus Putra, dengan menghindari empat hal. Yakni, jangan melahirkan di usia terlalu muda atau umur 21 tahun, jangan melahirkan di usia terlalu tua umur 35 tahun, jangan pula melahirkan terlalu sering, dan jangan melahirkan dengan jarak terlalu dekat.
Akibat stunting, lanjut dia, perkembangan otak dan fisik anak balita terganggu, balita akan lebih rentan terhadap penyakit. Saat dewasa anak stunting lebih rentan terserang penyakit jantung, diabetes dan yang lainnya.
Sesuai amanat Perpres Nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting yang Holistik, Integratif dan Berkualitas melalui Koordinasi dan Sinkronisasi di antara Pemangku Kepentingan.
Pencegahan stunting, lanjut Bagus Putra, yakni dengan meningkatkan kualitas penyiapan kehidupan berkeluarga, menjamin pemenuhan asupan gizi, meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan, meningkatkan akses air minum dan sanitasi dan dukungan lainnya. Selama mengimplementasikan di lapangan, sasarannya yakni kalangan remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui dan anak usia 0-59 bulan. Implementasi itu, mesti dapat dukungan dari TPPS (Tim Percepatan Penurunan Stunting) mulai dari tingkat kabupaten hingga tingkat desa. Sebagai contoh, katanya, anak laki-laki umur 24 bulan, dengan tinggi 78,7 cm-81,7 cm itu masuk kelompok merah, tinggi 84,8 cm masuk kelompok kuning dan 87,8 cm masuk hijau.
Kepala Bidang PPKB (Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana) Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Karangasem I Wayan Arsiawan Adi juga mengingatkan, balita umur 6 bulan - 2 tahun, masih perlu mendapatkan ASI. Anak juga tetap memerlukan makanan bergizi dan bernutrisi 3 kali sehari, secara teratur. Dalam melayani balita, mesti dapat dukungan perilaku hidup sehat orangtua wajib mencuci tangan sebelum memberikan sang balita makan, dan melaksanakan imunisasi lanjutan. "Cuci tangan penting, agar tangan ibu tidak bisa menularkan kuman penyakit kepada bayi," jelas I Wayan Arsiawan Adi. Untuk percepatan penurunan stunting, Arsiawan Adi mengaku telah membentuk tim pendamping desa dengan merekrut 1.063 kader.*k16
"Berarti kami telah mampu menurunkan angka stunting 13,7 persen, sehingga angka stunting tinggal 9,2 persen merupakan tertinggi ketiga di Bali," jelas Kepala Diskes Karangasem I Gusti Bagus Putra Pertama di ruang kerjanya, Jalan Ahmad Yani, Amlapura, Selasa (31/1).
Rekor stunting tertinggi di Bali kali ini disandang Jembrana 14,2 persen, Buleleng 11,0 persen, terendah Kota Denpasar 5,5 persen. Cara mencegah stunting, jelas Bagus Putra, dengan menghindari empat hal. Yakni, jangan melahirkan di usia terlalu muda atau umur 21 tahun, jangan melahirkan di usia terlalu tua umur 35 tahun, jangan pula melahirkan terlalu sering, dan jangan melahirkan dengan jarak terlalu dekat.
Akibat stunting, lanjut dia, perkembangan otak dan fisik anak balita terganggu, balita akan lebih rentan terhadap penyakit. Saat dewasa anak stunting lebih rentan terserang penyakit jantung, diabetes dan yang lainnya.
Sesuai amanat Perpres Nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting yang Holistik, Integratif dan Berkualitas melalui Koordinasi dan Sinkronisasi di antara Pemangku Kepentingan.
Pencegahan stunting, lanjut Bagus Putra, yakni dengan meningkatkan kualitas penyiapan kehidupan berkeluarga, menjamin pemenuhan asupan gizi, meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan, meningkatkan akses air minum dan sanitasi dan dukungan lainnya. Selama mengimplementasikan di lapangan, sasarannya yakni kalangan remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui dan anak usia 0-59 bulan. Implementasi itu, mesti dapat dukungan dari TPPS (Tim Percepatan Penurunan Stunting) mulai dari tingkat kabupaten hingga tingkat desa. Sebagai contoh, katanya, anak laki-laki umur 24 bulan, dengan tinggi 78,7 cm-81,7 cm itu masuk kelompok merah, tinggi 84,8 cm masuk kelompok kuning dan 87,8 cm masuk hijau.
Kepala Bidang PPKB (Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana) Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Karangasem I Wayan Arsiawan Adi juga mengingatkan, balita umur 6 bulan - 2 tahun, masih perlu mendapatkan ASI. Anak juga tetap memerlukan makanan bergizi dan bernutrisi 3 kali sehari, secara teratur. Dalam melayani balita, mesti dapat dukungan perilaku hidup sehat orangtua wajib mencuci tangan sebelum memberikan sang balita makan, dan melaksanakan imunisasi lanjutan. "Cuci tangan penting, agar tangan ibu tidak bisa menularkan kuman penyakit kepada bayi," jelas I Wayan Arsiawan Adi. Untuk percepatan penurunan stunting, Arsiawan Adi mengaku telah membentuk tim pendamping desa dengan merekrut 1.063 kader.*k16
Komentar