Wolbachia, Inovasi untuk Tekan Kasus DBD
Bakteri Wolbachia yang diambil dari serangga dan dimasukkan ke dalam nyamuk Aedes Aegypti, nantinya akan menghambat virus dengeu penyebab DBD.
DENPASAR, NusaBali
Pemkot Denpasar bersama World Mosquito Program (WMP), Monash University, dan Konsulat Jenderal Australia akan mengembangkan teknologi Wolbachia untuk menekan kasus demam berdarah dengue (DBD). Wolbachia merupakan salah satu bakteri alami yang hidup atau terdapat pada hampir 60 persen jenis serangga yang ada di sekitar kita, seperti kupu-kupu, lalat buah, capung, kumbang, dan sebagian nyamuk yang menggigit manusia. Wolbachia ini merupakan bakteri yang aman bagi manusia dan lingkungan.
Hal tersebut terungkap saat Sosialisasi Rencana Implementasi Inovasi Wolbachia yang dibuka Walikota I Gusti Ngurah Jaya Negara di Graha Sewakadarma, Denpasar, Rabu (1/2). Acara tersebut dihadiri Anggota Komisi IX DPR RI Ketut Kariasa Adnyana, Konjen Australia Anthea Griffin, Kajari Denpasar Rudy Hartono, Forkopimda Kota Denpasar, Sekda Ida Bagus Alit Wiradana, kepala puskesmas, bendesa adat, dan perbekel/lurah se-Kota Denpasar.
Walikota Jaya Negara mengatakan, setiap tahun Pemerintah Kota Denpasar telah mengeluarkan dana yang cukup besar untuk menanggulangi DBD. Hal ini dilaksanakan dengan pembinaan kader jumantik di masing-masing banjar, pelaksanaan fogging fokus, dan larvasidasi. Upaya fogging fokus di Kota Denpasar telah dilakukan dengan baik, setiap ada kasus DBD yang telah memenuhi syarat dari hasil penyelidikan epidemiologi (PE).
Dijelaskannya, upaya strategis yang telah terbukti efisien dan efektif dalam pemberantasan penyakit DBD yakni melalui pemberantasan jentik nyamuk Aedes Aegypti di tempat perkembangbiakannya. Hal ini dilaksanakan dengan pengaktifan jumantik mandiri ‘satu rumah satu jumantik’ dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M (menguras, menutup, mendaur ulang atau menyingkirkan) oleh seluruh komponen masyarakat secara terus menerus dan berkesinambungan.
Meski demikian, Walikota Jaya Negara mengakui segala upaya tersebut belum mampu menurunkan kasus DBD secara signifikan. Sehingga dibutuhkan suatu metode inovatif dalam penanggulangan kasus DBD di Kota Denpasar.
“Adanya teknologi inovasi Wolbachia yang sudah di lakukan di beberapa negara, dan salah satunya juga di Klaten, Jogjakarta, telah terbukti dapat menurunkan kasus DBD sampai dengan 77 persen. Kegiatan ini sangat mungkin diterapkan di Kota Denpasar sehingga secara progresif akan menurunkan kasus DBD,” ujarnya.
Kariyasa Adnyana menjelaskan, Provinsi Bali merupakan salah satu daerah yang bertumpu pada pariwisata. Kondisi ini sangat rentan dengan isu keamanan dan kesehatan. Karenanya, kesehatan merupakan hal yang penting yang harus diperhatikan.
“Ke depan tantangan akan semakin berat, kesehatan akan menjadi sesuatu yang sangat disorot, karena menjadi salah satu parameter penentu kunjungan wisatawan. Saat ini kita gelar sosialisasi awal, dan akan terus kita gelar sepenuhnya dengan menyasar semua kecamatan hingga desa/kelurahan untuk memberikan pemahaman bagi masyarakat, dan memberikan dampak signifikan dalam mengatasi penyebaran DBD,” kata Kariyasa Adnyana.
Perwakilan WMP Claudia Surjadjaja, menjelaskan inovasi Wolbachia merupakan salah satu bakteri alami yang hidup atau terdapat pada hampir 60 persen jenis serangga yang ada di sekitar kita, seperti kupu-kupu, lalat buah, capung, kumbang dan sebagian nyamuk yang menggigit manusia. Wolbachia ini merupakan bakteri yang aman bagi manusia dan lingkungan.
“Bakteri Wolbachia yang diambil dari serangga dan dimasukkan ke dalam nyamuk Aedes Aegypti nantinya akan menghambat virus dengeu penyebab DBD. Jadi ini merupakan aman untuk manusia,” kata Claudia.
Dikatakannya, nantinya nyamuk yang telah mengandung Wolbachia akan disebar untuk selanjutnya berkembang biak secara alami. Sehingga diharapkan nantinya seluruh nyamuk telah memiliki kandungan Wolbachia yang mampu menghambat virus dengeu penyebab DBD.
“Tentunya kami mohon dukungan masyarakat, selain PSN dan 3M plus yang telah berjalan, kami juga meminta peran serta aktif masyarakat untuk mensukseskan inovasi Wolbachia. Ini diharapkan dapat menjadi percontohan menuju Bali bebas DBD,” tandas Claudia.
Anthea Griffin mengatakan, Pemerintah Australia sangat senang dapat mendukung inovasi Wolbachia. Menjadi sebuah kebanggaan program ini berjalan di Bali, khususnya di Kota Denpasar.
“Kita belajar dari semua pekerjaan sebelumnya. Penerimaan dan dukungan masyarakat sangatlah penting. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Pemkot Denpasar, atas komitmen kuat dalam program ini. Semoga program ini berjalan lancar dan sukses dalam mencegah DBD,” ujarnya. *bin
Hal tersebut terungkap saat Sosialisasi Rencana Implementasi Inovasi Wolbachia yang dibuka Walikota I Gusti Ngurah Jaya Negara di Graha Sewakadarma, Denpasar, Rabu (1/2). Acara tersebut dihadiri Anggota Komisi IX DPR RI Ketut Kariasa Adnyana, Konjen Australia Anthea Griffin, Kajari Denpasar Rudy Hartono, Forkopimda Kota Denpasar, Sekda Ida Bagus Alit Wiradana, kepala puskesmas, bendesa adat, dan perbekel/lurah se-Kota Denpasar.
Walikota Jaya Negara mengatakan, setiap tahun Pemerintah Kota Denpasar telah mengeluarkan dana yang cukup besar untuk menanggulangi DBD. Hal ini dilaksanakan dengan pembinaan kader jumantik di masing-masing banjar, pelaksanaan fogging fokus, dan larvasidasi. Upaya fogging fokus di Kota Denpasar telah dilakukan dengan baik, setiap ada kasus DBD yang telah memenuhi syarat dari hasil penyelidikan epidemiologi (PE).
Dijelaskannya, upaya strategis yang telah terbukti efisien dan efektif dalam pemberantasan penyakit DBD yakni melalui pemberantasan jentik nyamuk Aedes Aegypti di tempat perkembangbiakannya. Hal ini dilaksanakan dengan pengaktifan jumantik mandiri ‘satu rumah satu jumantik’ dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M (menguras, menutup, mendaur ulang atau menyingkirkan) oleh seluruh komponen masyarakat secara terus menerus dan berkesinambungan.
Meski demikian, Walikota Jaya Negara mengakui segala upaya tersebut belum mampu menurunkan kasus DBD secara signifikan. Sehingga dibutuhkan suatu metode inovatif dalam penanggulangan kasus DBD di Kota Denpasar.
“Adanya teknologi inovasi Wolbachia yang sudah di lakukan di beberapa negara, dan salah satunya juga di Klaten, Jogjakarta, telah terbukti dapat menurunkan kasus DBD sampai dengan 77 persen. Kegiatan ini sangat mungkin diterapkan di Kota Denpasar sehingga secara progresif akan menurunkan kasus DBD,” ujarnya.
Kariyasa Adnyana menjelaskan, Provinsi Bali merupakan salah satu daerah yang bertumpu pada pariwisata. Kondisi ini sangat rentan dengan isu keamanan dan kesehatan. Karenanya, kesehatan merupakan hal yang penting yang harus diperhatikan.
“Ke depan tantangan akan semakin berat, kesehatan akan menjadi sesuatu yang sangat disorot, karena menjadi salah satu parameter penentu kunjungan wisatawan. Saat ini kita gelar sosialisasi awal, dan akan terus kita gelar sepenuhnya dengan menyasar semua kecamatan hingga desa/kelurahan untuk memberikan pemahaman bagi masyarakat, dan memberikan dampak signifikan dalam mengatasi penyebaran DBD,” kata Kariyasa Adnyana.
Perwakilan WMP Claudia Surjadjaja, menjelaskan inovasi Wolbachia merupakan salah satu bakteri alami yang hidup atau terdapat pada hampir 60 persen jenis serangga yang ada di sekitar kita, seperti kupu-kupu, lalat buah, capung, kumbang dan sebagian nyamuk yang menggigit manusia. Wolbachia ini merupakan bakteri yang aman bagi manusia dan lingkungan.
“Bakteri Wolbachia yang diambil dari serangga dan dimasukkan ke dalam nyamuk Aedes Aegypti nantinya akan menghambat virus dengeu penyebab DBD. Jadi ini merupakan aman untuk manusia,” kata Claudia.
Dikatakannya, nantinya nyamuk yang telah mengandung Wolbachia akan disebar untuk selanjutnya berkembang biak secara alami. Sehingga diharapkan nantinya seluruh nyamuk telah memiliki kandungan Wolbachia yang mampu menghambat virus dengeu penyebab DBD.
“Tentunya kami mohon dukungan masyarakat, selain PSN dan 3M plus yang telah berjalan, kami juga meminta peran serta aktif masyarakat untuk mensukseskan inovasi Wolbachia. Ini diharapkan dapat menjadi percontohan menuju Bali bebas DBD,” tandas Claudia.
Anthea Griffin mengatakan, Pemerintah Australia sangat senang dapat mendukung inovasi Wolbachia. Menjadi sebuah kebanggaan program ini berjalan di Bali, khususnya di Kota Denpasar.
“Kita belajar dari semua pekerjaan sebelumnya. Penerimaan dan dukungan masyarakat sangatlah penting. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Pemkot Denpasar, atas komitmen kuat dalam program ini. Semoga program ini berjalan lancar dan sukses dalam mencegah DBD,” ujarnya. *bin
Komentar