45 Siswa SMP di Bangli Putus Sekolah
Rata-rata karena tidak ada niat bersekolah dan ada pula karena sudah bekerja.
BANGLI, NusaBali
Tahun 2022, ada 45 anak di Bangli putus sekolah. Upaya pendekatan oleh pihak Dinas Pendidikan setempat kepada orangtua agar anak itu melanjutkan sekolah, tidak membuahkan hasil.
Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Dasar (Dikdas) Disdikpora Bangli I Wayan Gede Wirajaya, tidak menampik kondisi tersebut. Kabid asal Kintamani, Bangli ini menjelaskan, sesuai data tahun 2021, jumlah siswa putus sekolah jenjang SMP tercatat 19 anak. Dari jumlah ini, terdiri dari 6 laki-laki, dan 13 perempuan. "Tahun 2022, terjadi peningkatan angka siswa putus sekolah. Ada 45 orang yang putus sekolah," ungkapnya Jumat (3/2).
Wirajaya mengatakan sesuai hasil koordinasinya dengan beberapa sekolah, alasan siswa tidak melanjutkan Pendidikan, beragam. Rata-rata karena tidak ada niat bersekolah dan ada pula karena sudah bekerja. Dia mencontohkan, siswa putus sekolah dari SMPN 5 Kintamani. Siswa tersebut beralasan sudah tidak ada niat untuk bersekolah. Diketahui, tahun 2021 ada seorang siswa di SMPN 5 Kintamani putus sekolah, dan tahun 2022 ada dua siswa. Di SMPN 3 Kintamani ada seorang siswi tidak lanjut bersekolah karena sakit menahun. Seorang siswa juga putus sekolah karena bekerja di Denpasar. Di SMPN 2 Tembuku, dari tiga siswa yang putus sekolah, seorang berasalan tidak niat bersekolah, dan dua siswa sudah bekerja bersama orangtuanya.
"Siswa yang putus sekolah ini menyebar di tiga kecamatan yakni Kintamani, Tembuku, dan Bangli. Dari 45 siswa yang putu sekolah, 37 orang dari Kintamani," jelasnya.
Terkait kondisi ini, lanjut Wirajaya, Dinas Pendidikan telah berupaya menekan angka putus sekolah, dengan menyediakan beasiswa. Hanya saja siswa yang putus sekolah bukan karena faktor ekonomi. Pihak sekolah yang juga sudah melakukan berbagai upaya, untuk menekan angka putus sekolah. Mulai dari pemanggilan orangtua dan kunjungan ke rumah, sampai melibatkan komite sekolah dari lingkungan siswa tersebut. Namun masih ada siswa yang tetap memilih berhenti sekolah. "Kami tidak bisa memaksa, siswa memilih tetap tidak mau sekolah," tegasnya.*esa
Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Dasar (Dikdas) Disdikpora Bangli I Wayan Gede Wirajaya, tidak menampik kondisi tersebut. Kabid asal Kintamani, Bangli ini menjelaskan, sesuai data tahun 2021, jumlah siswa putus sekolah jenjang SMP tercatat 19 anak. Dari jumlah ini, terdiri dari 6 laki-laki, dan 13 perempuan. "Tahun 2022, terjadi peningkatan angka siswa putus sekolah. Ada 45 orang yang putus sekolah," ungkapnya Jumat (3/2).
Wirajaya mengatakan sesuai hasil koordinasinya dengan beberapa sekolah, alasan siswa tidak melanjutkan Pendidikan, beragam. Rata-rata karena tidak ada niat bersekolah dan ada pula karena sudah bekerja. Dia mencontohkan, siswa putus sekolah dari SMPN 5 Kintamani. Siswa tersebut beralasan sudah tidak ada niat untuk bersekolah. Diketahui, tahun 2021 ada seorang siswa di SMPN 5 Kintamani putus sekolah, dan tahun 2022 ada dua siswa. Di SMPN 3 Kintamani ada seorang siswi tidak lanjut bersekolah karena sakit menahun. Seorang siswa juga putus sekolah karena bekerja di Denpasar. Di SMPN 2 Tembuku, dari tiga siswa yang putus sekolah, seorang berasalan tidak niat bersekolah, dan dua siswa sudah bekerja bersama orangtuanya.
"Siswa yang putus sekolah ini menyebar di tiga kecamatan yakni Kintamani, Tembuku, dan Bangli. Dari 45 siswa yang putu sekolah, 37 orang dari Kintamani," jelasnya.
Terkait kondisi ini, lanjut Wirajaya, Dinas Pendidikan telah berupaya menekan angka putus sekolah, dengan menyediakan beasiswa. Hanya saja siswa yang putus sekolah bukan karena faktor ekonomi. Pihak sekolah yang juga sudah melakukan berbagai upaya, untuk menekan angka putus sekolah. Mulai dari pemanggilan orangtua dan kunjungan ke rumah, sampai melibatkan komite sekolah dari lingkungan siswa tersebut. Namun masih ada siswa yang tetap memilih berhenti sekolah. "Kami tidak bisa memaksa, siswa memilih tetap tidak mau sekolah," tegasnya.*esa
Komentar