Sampah Kiriman Berkah bagi Pemulung
Bisa Kumpulkan 20-30 Kilogram Setiap Hari
Mengumpulkan sampah plastik di gang-gang seputaran Kuta, biasanya pemulung hanya memperoleh 10-15 kilogram. Kalau di Pantai Kuta bisa 20-30 kilogram.
MANGUPURA, NusaBali
Sampah kiriman yang terus menepi di Pantai Kuta, membawa berkah tersendiri bagi para pemulung. Pasalnya banyak sampah plastik yang menepi di pantai diambil untuk dijual. Seperti yang terlihat di depan Cetra Asam Celagi, banyak pemulung mengumpulkan sampah plastik, bahkan dalam sehari bisa mencapai 20 kilogram.
Salah seorang pemulung pemuluh bernama Misa, 46, mengatakan mencari sampah di bibir pantai yang notabene sampah kiriman memberikan pemasukan lebih bagi dirinya dan beberapa rekan pemulung. Makanya saat kemunculan sampah kiriman, dia dan rekannya lebih fokus mencari sampah di pantai ketimbang di lokasi lain.
“Saya baru dua minggu cari sampah di Pantai Kuta. Selama ini selalu cari di sungai dan juga di gang-gang,” ucap Misa saat ditemui di sela-sela mengumpulkan sampah di sepanjang Pantai Kuta, Senin (6/2).
Dia membandingkan, mengumpulkan sampah plastik di gang-gang seputaran Kuta biasanya hanya sekitar 10-15 kilogram, seperti botol dan kardus. Kalau dijual laku Rp 15.000 hingga Rp 20.000. Namun, lanjutnya, kalau mengumpulkan sampah di Pantai Kuta, bisa mendapatkan sekitar 20-30 kilogram. Dari total tersebut, jika dijual bisa mencapai Rp 50.000. “Jadi, sekarang fokus di Pantai Kuta dulu,” kata wanita asal Lumajang, Jawa Timur ini.
Menurut Misa, mencari sampah di Pantai Kuta memiliki tantangan tersendiri. Sebab harus jeli melihat di sela-sela tumpukan sampah kayu dan ranting yang ikut terbawa oleh gelombang. “Sebetulnya banyak sampah plastik di sini (Pantai Kuta), tapi sudah bercampur dengan kayu, ranting, dan batok kelapa. Kita harus cari di celah-celah tumpukan sampah lainnya,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan seorang pemulung asal Jember, bernama Riko, 18. Sampah kiriman yang menepi di Pantai Kuta menjadi ladang penghidupan, khususnya sampah berupa plastik. Pria yang mengaku baru 7 bulan tinggal di Bali, sempat bekerja di sebuah proyek di wahana wisata taman rekreasi di Kuta, namun saat ini aktivitas proyek dihentikan sementara.
“Demi menyambung hidup, saya memulung sampah plastik sejak sebulan belakangan ini. Sampah yang sudah dikumpulkan saya jual ke pemasok, untuk kebutuhan sehari-hari. Daripada bengong, lebih baik cari ini (sampah plastik), kan bisa dijual. Lumayan untuk pemasukan,” kata Riko ditemui terpisah.
Riko mengatakan, dalam sehari biasanya mengumpulkan dua karung sampah plastik. Sampah kemudian dikumpulkan selama seminggu, untuk nantinya di jual kepada pengepul dengan hasil Rp 200.000 hingga 300.000. Dengan kondisi Pantai Kuta yang dipenuhi sampah kiriman, dia menyebut menjadi berkah tersendiri. “Tidak perlu jauh-jauh memulung. Sampah plasik (di Pantai Kuta) cukup banyak, sehingga berpengaruh pada penghasilan saya,” katanya. *dar
Salah seorang pemulung pemuluh bernama Misa, 46, mengatakan mencari sampah di bibir pantai yang notabene sampah kiriman memberikan pemasukan lebih bagi dirinya dan beberapa rekan pemulung. Makanya saat kemunculan sampah kiriman, dia dan rekannya lebih fokus mencari sampah di pantai ketimbang di lokasi lain.
“Saya baru dua minggu cari sampah di Pantai Kuta. Selama ini selalu cari di sungai dan juga di gang-gang,” ucap Misa saat ditemui di sela-sela mengumpulkan sampah di sepanjang Pantai Kuta, Senin (6/2).
Dia membandingkan, mengumpulkan sampah plastik di gang-gang seputaran Kuta biasanya hanya sekitar 10-15 kilogram, seperti botol dan kardus. Kalau dijual laku Rp 15.000 hingga Rp 20.000. Namun, lanjutnya, kalau mengumpulkan sampah di Pantai Kuta, bisa mendapatkan sekitar 20-30 kilogram. Dari total tersebut, jika dijual bisa mencapai Rp 50.000. “Jadi, sekarang fokus di Pantai Kuta dulu,” kata wanita asal Lumajang, Jawa Timur ini.
Menurut Misa, mencari sampah di Pantai Kuta memiliki tantangan tersendiri. Sebab harus jeli melihat di sela-sela tumpukan sampah kayu dan ranting yang ikut terbawa oleh gelombang. “Sebetulnya banyak sampah plastik di sini (Pantai Kuta), tapi sudah bercampur dengan kayu, ranting, dan batok kelapa. Kita harus cari di celah-celah tumpukan sampah lainnya,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan seorang pemulung asal Jember, bernama Riko, 18. Sampah kiriman yang menepi di Pantai Kuta menjadi ladang penghidupan, khususnya sampah berupa plastik. Pria yang mengaku baru 7 bulan tinggal di Bali, sempat bekerja di sebuah proyek di wahana wisata taman rekreasi di Kuta, namun saat ini aktivitas proyek dihentikan sementara.
“Demi menyambung hidup, saya memulung sampah plastik sejak sebulan belakangan ini. Sampah yang sudah dikumpulkan saya jual ke pemasok, untuk kebutuhan sehari-hari. Daripada bengong, lebih baik cari ini (sampah plastik), kan bisa dijual. Lumayan untuk pemasukan,” kata Riko ditemui terpisah.
Riko mengatakan, dalam sehari biasanya mengumpulkan dua karung sampah plastik. Sampah kemudian dikumpulkan selama seminggu, untuk nantinya di jual kepada pengepul dengan hasil Rp 200.000 hingga 300.000. Dengan kondisi Pantai Kuta yang dipenuhi sampah kiriman, dia menyebut menjadi berkah tersendiri. “Tidak perlu jauh-jauh memulung. Sampah plasik (di Pantai Kuta) cukup banyak, sehingga berpengaruh pada penghasilan saya,” katanya. *dar
1
Komentar