Ekspor Pakaian Bali Raih Rp 76,58 M
Bali menghasilkan devisa sebesar 5,47 juta dollar AS ( sekitar Rp 76,58 miliar) dari pengapalan pakaian jadi bukan rajutan selama bulan Oktober 2015, meningkat 39,84 persen dibandingkan bulan sebelumnya (September 2015) tercatat 3,91 juta dolar AS (sekitar Rp 54,74 miliar).
Pakaian Bali yang diproduksi secara manual memiliki nilai seni lebih
DENPASAR, NusaBali
"Perolehan devisa itu jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya meningkat 8,78 persen, karena Oktober 2014 meraup 5,03 juta dolar AS," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Panasunan Siregar di Denpasar, Minggu dilansir antara.
Ia mengatakan, pakaian jadi bulan rajutan itu memberikan kontribusi sebesar 11,26 persen dari total ekspor Bali sebesar 48,64 juta dolar AS selama bulan Oktober 2015, meningkat 21,49 persen dibanding bulan sebelumnya tercatat 40,03 juta dolar AS.
Matadagangan tersebut paling banyak menembus pasaran Amerika Serikat yang menyerap 23,46 persen, menyusul Australia 17,22 persen, Singapura 7,89 persen, Jepang 2,63 persen, Hong Kong 5,09 persen dan Prancis 4,86 persen.
Selain itu juga menembus pasaran Taiwan 0,02 persen, Jerman 2,35 persen, Tiongkok 1,19 persen, Belanda 0,45 persen dan sisanya 34,84 persen menembus berbagai negara lainnya.
Seorang Pengusaha Eksportir Pakaian Ni Made Sumantri menjelaskan, pakaian jadi (garmen) yang diperdagangan ke luar negeri bukan produksi pabrik, namun dibuat secara manual sehingga memiliki nilai lebih di mata konsumen luar negeri, terutama dari Amerika Serikat, Australia dan Eropa.
Walau kondisi pertumbuhan ekonomi negara konsumen belum sebagaimana diharapkan, tetapi pakaian buatan masyarakat Pulau Dewata masih saja ada dikapalkan ke pasaran ekspor.
Jumlahnya memang tidak secerah tahun 1990-an saat itu perdagangan pakaian Bali ke mancanegara sangat ramai, tetapi sekarang jumlahnya sangat merosot, disamping mendapat persaingan yang begitu ketat dari produksi negara tetangga seperti Tiongkok.
Pakaian Bali terutama yang dibuat dan diisi dengan monte dan bordiran yang diproduksi secara manual memiliki nilai seni lebih apalagi rancangannya disesuaikan dengan perkembangan mode di negara konsumen dipadukan dengan muatan lokal, ujarnya.
Komentar