Penyakit Bali Belly Sering Terjadi pada Wisatawan, Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya
MANGUPURA, NusaBali.com – Penyakit Bali Belly mendadak viral hampir sepekan ini menyusul sakit yang dialami Verrell Bramasta. Putra pertama artis Venna Melinda ini mengaku mengalami Bali Belly setelah berlibur di Pulau Dewata. Apa sebenarnya Bali Belly?
Menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr Cokorda Agung Wahyu SpPD, penyakit Bali Belly bukan merupakan penyakit baru. Melainkan nama penyakit tersebut merupakan sebuah istilah yang biasa digunakan untuk para turis atau wisatawan saat mengalami sakit perut atau diare saat berlibur di Bali.
“Nama penyakitnya sebenarnya traveller diarrhea,” ujar pria yang akrab disapa dr Cok Wahyu di sela-sela kesibukannya pada Kamis (9/2/2023) malam.
Lebih lanjut, dr Cok Wahyu menjelaskan penyakit Bali Belly biasanya dapat disebabkan oleh konsumsi makanan atau minuman yang kurang higienis atau makanan tradisional seperti lawar yang tidak familiar dikonsumsi oleh para wisatawan sehingga dapat menyebabkan diare.
Bali Belly, kata dr Cok Wahyu, paling sering disebabkan oleh bakteri E.coli yang terdapat pada makanan atau minuman yang terkontaminasi, contohnya pada air keran.
Seringkali wisatawan terutama yang berasal dari mancanegara belum mengetahui bahwa air keran di Indonesia belum terstandar layak minum sehingga ketika mereka mengonsumsi air keran mereka bisa mengalami diare.
Disinggung soal apakah kondisi penyakit Bali Belly ini juga disebabkan oleh iklim di Indonesia yang tropis atau lembab, dr Cok Wahyu turut membeberkan jika hal tersebut tidaklah benar, melainkan penyakit itu sebenarnya disebabkan lebih ke arah kebersihan.
“Di Bali sendiri terkadang higienitas makanan belum terlalu diperhatikan dan terkadang wisatawan tidak terbiasa dengan bumbu-bumbu menyengat yang ada pada masakan Bali,” tutur pria yang juga sebagai Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (Unud).
Selanjutnya, kenapa warga lokal tidak mudah terserang penyakit Bali Belly ketimbang wisatawan asing? Dr Cok Wahyu juga menjelaskan orang yang sering terpapar dengan kuman secara natural tubuhnya akan lebih terlatih untuk bertahan dari serangan.
“Ibarat tentara yang sudah veteran. Orang asing rata-rata terbiasa dengan makanan yang sangat bersih dan tidak begitu berbumbu. Oleh karena itu mereka belum terlatih dan masih belum berpengalaman untuk mengatasi Bali Belly,” ucapnya.
Bali Belly sendiri biasanya menimbulkan berbagai gejala, seperti mengeluhkan sakit perut dengan intensitas buang air besar yang lebih sering dari biasanya, diare atau buang air besar cair, demam, hingga muntah dan lemas.
Sementara, jika gejala tersebut tidak ditangani dengan tepat, kata dr Cok Wahyu pasien Bali Belly bisa mengalami dehidrasi karena cairan tubuh yang terus terbuang lewat feses dan muntah. Sehingga kondisi dehidrasi berat tentu berbahaya bagi pasien, biasanya gejalanya adalah penurunan kesadaran, pucat, kehausan, mata cekung, nafas cepat, dan urin yang pekat.
Bila seseorang mengalami gejala tersebut apa lagi terdapat gejala dehidrasi berat, sebaiknya segera temui dokter atau ke rumah sakit untuk mendapatkan asupan cairan dan penanganan lebih lanjut.
“Untuk mengatasinya pasien dapat mengonsumsi obat-obatan antidiare yang dijual luas seperti misalnya tablet karbon aktif atau obat lain, serta memastikan mengonsumsi cairan yang cukup untuk menggantikan cairan yang hilang. Untuk menghindari Bali Belly, pasien dapat mengonsumsi makanan yang higienitasnya terjaga dan tidak mengonsumsi air keran,” pesannya. *ris
1
Komentar