Musim Hujan, Sampah Menumpuk di Muara Tukad Mati
Bangkai Babi Hingga Sampah Plastik Memenuhi Trash Trap
MANGUPURA, NusaBali
Muara Tukad Mati di Patasari, Kelurahan/Kecamatan Kuta, selama beberapa pekan belakangan ini dipenuhi sampah.
Sampah yang terbawa arus air tersebut mulai dari plastik hingga bangkai binatang. Untungnya, sampah tersebut tersangkut di trash trap yang dipasang petugas, sehingga langsung dibersihkan dan dievakuasi ke tempat pembuangan sampah.
Salah seorang pekerja yang membersihkan sampah di muara Tukad Mati, Jarwo, tidak memungkiri kalau sampah yang menumpuk di muara tersebut berasal dari hulu. Sampah tersebut berbagai jenis, mulai dari batang pohon dari ukuran kecil hingga besar, kemudian sampah plastik berbagai jenis, bangkai binatang mulai dari kucing, anjing hingga babi serta sampah jenis lainnya. Semua sampah yang terbawa aliran Tukad Mati itu terjaring trash trap yang dipasang sebelum memasuki pintu air menuju laut. “
Segala jenis sampah hingga bangkai ada di sini. Untungnya semuanya tersangkut di trash trap yang kita pasang. Meski begitu, ada juga yang lolos, tapi tidak terlalu banyak,” kata Jarwo saat ditemui, Senin (13/2).
Dijelaskannya, semua sampah yang terjaring trash trap itu, langsung dibersihkan secara berkala oleh 8 orang petugas (yakni warga sekitar muara Tukad Mati yang dipekerjakan untuk menangani sampah, Red). Sehingga, para pekerja langsung mengangkat dan mengumpulkan sampah sesuai jenisnya. Untuk sampah kayu, diletakkan di tempat berbeda dengan sampah plastik. Hal ini dikarenakan sampah tersebut nantinya akan dimanfaatkan lagi oleh para pemulung untuk dijual.
“Kalau sampah plastik yang banyak itu berupa botol minuman, mainan anak-anak dari plastik, karet pelampung, dan lainnya. Semua itu bisa dijual lagi ke pengepul. Begitu juga dengan sampah kayu, juga dimanfaatkan lagi,” ucap Jarwo.
Untuk sampah yang terjaring di trash trap setiap harinya, pria asal Jember, Jawa Timur ini mengaku tidak menghitung berapa ton yang terkumpul. Namun menurutnya dalam sehari bisa terkumpul 1 truk sampah. Terkait proses pengangkutan oleh petugas Dinas LHK, bisa dilakukan 2 kali dalam seminggu. “Untuk proses pembersihan dari trash trap menuju daratan itu dilakukan manual. Jadi, 8 orang turun mengangkat menggunakan perahu/sampan. Proses pengangkatan sampah itu bisa dilakukan dua sampai tiga kali tergantung volume sampah yang terjaring,” imbuh Jarwo.
Hal senada juga disampaikan oleh pekerja lainnya bernama Jack. Menurut dia, beberapa pekan sebelumnya pernah terjadi kayu dengan ukuran besar lolos dari trash trap dan menuju bendung gerak. Nah, karena ukuran kayu cukup besar, membuat besi penutup di sana bengkok. Hal itu karena trash trap hanya berupa tali biasa, sehingga kayu ukuran besar bisa lolos.
“Kalau dulu pakai jaring, namun rusak karena banyak sampah. Jadi, saat ini kami menggunakan tali yang dipasang melintang dan dibantu oleh pelampung. Hal ini semata agar sampah itu tidak bisa lolos sampai ke laut,” imbuh Jack.
Masih banyaknya sampah plastik dan sampah jenis lainnya ke muara Tukad Mati, Jack yang sudah bekerja selama dua tahun di lokasi itu mengharapkan kesadaran dari masyarakat di hulu agar tidak lagi membuang sampah di sungai. “Masih banyak kita temukan sampah-sampah rumah tangga di sini. Ya, harapannya tidak ada lagi yang buang (sampah ke sungai, Red). Karena kalau lolos sampai ke laut, pasti akan merusak,” ucapnya. *dar
1
Komentar