Petani Semangka Krisis Pupuk
Para petani semangka dan melon di kawasan pertanian Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Gianyar, kini tertimpa krisis pupuk. Padahal musim tanam sudah berlangsung sejak 16 hari.
GIANYAR, NusaBali
Kondisi tersebut, menurut para petani, karena pasokan pupuk memang sedikit dan pupuk subsidi hanya dikhususkan untuk petani lokal. Salah seorang petani semangka, Budiarto, 29, mengaku kesulitan mendapat pupuk bersubsidi atau non subsidi. Tak hanya petani luar seperti dirinya, petani lokal juga kesulitan mendaptakan pupuk. “Saya tahu, pupuk subsidi memang terbatas jumlahnya,” ujar pria asal Banyuwangi, Jatim ini.
Ia mengaku, pembelian pupuk yang makin mahal sangat memberatkan petani. Karena hasil pertanian juga tidak selalu baik. Budiarto menjelaskan, lahan semangka dan melon luas 1 hektare, membutuhkan pupuk hingga 1 ton. Pupuk dipakai sejak mulai tanam hingga jelang panen. Ia baru memperoleh 2,5 kwintal pupuk. Lahan itu juga masih sewa, Rp 70.000/are untuk sekali panen.
Kata dia, untuk menanam semangka atau melon luas 1 hektare membutuhkan modal Rp36 juta. Penghasilannya sekali panen sangat tergantung harga pasar, atau sekitar Rp 60 juta. Hasil ini belum dipotong biaya operasional dan lain-lain.
Budiarto menjelaskan, tanaman semangka dan melon belum bisa diberikan pupuk organik karena jangka waktu panen harus cepat. Berbeda dengan jeruk bisa memakai pupuk organic karena bisa dipanen berkali-kali. Rudi Purnomo, 23, petani buah semangka dan melon mengatakan, panen buah ini hanya bisa sekali. Namun perawatan tanaman harus maksimal terutama dengan memupuk agar hasil juga maksimal. “Tanaman semangka dan melon harus dipupuk 5 hari sekali,” ujarnya. 7 cr62
1
Komentar