Pupuk Organik Bersubsidi Distop
Ancam Pengembangan Lahan Organik
SINGARAJA, NusaBali
Nasib pengembangan lahan organik di Buleleng saat ini terancam. Pasalnya sejak pertengahan tahun lalu pemerintah pusat menghentikan subsidi pupuk organik ke masing-masing daerah di Indonesia. Pupuk subsidi yang didistribusikan pemerintah saat ini hanya pupuk NPK dan Urea.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 10 Tahun 2022 tentang Pupuk Bersubsidi, pemerintah pusat hanya mengeluarkan 3 jenis pupuk, yakni, pupuk Urea, NPK dan NPK Formula Khusus saja. Selain itu distribusi pupuk subsidi hanya diperuntukkan untuk 9 komoditas utama kebutuhan pokok.
Kepala Dinas Pertanian Kabupatrn Buleleng Made Sumiarta, Kamis (16/2) mengakui bahwa tahun ini pemerintah pusat tidak mnggelontor pupuk organik bersubdi. Hal tersebut dikarenakan adanya perubahan aturan dan regulasi. Data terakhir pada tahun 2022 lalu Buleleng masih menerima bantuan pupuk organik padat sebanyak 93 ton.
"Memang kami sedang mengupayakan budidaya tanaman sehat dengan mengurangi pupuk kimia dan mengganti sebagian dengan pupuk organik. Selain memproduksi tanaman sehat juga untuk perbaikan struktur tanah pertanian yang sudah terlalu banyak terpapar kimia," terang Sumiarta.
Beruntung di tengah distopnya bantuan pupuk organik dari pusat, bantuan yang sama digantikan oleh Pemprov Bali tahun ini. Namun bantuan yang akan diberikan berbentuk pupuk cair. Rencananya untuk Kabupaten Buleleng bantuan pupuk cair diusulkan untuk 8.000 hektare sawah produktif. Satu hektare sawah yang ditanami padi akan mendapatkan 4 liter pupuk caik.
"Pemenuhan pupuk organik ini juga nanti kami akan coba fasilitasi melalui simantri. Jadi simantri-simantri yang memelihara ternak sapi ini yang akan mengelola kotoran hewan ternak menjadi pupuk organik dan kembali didistribusikan kepada petani. Pendampingan akan lebih dimasifkan lagi agar petani yang juga memelihara sapi bisa membuat pupuk organik secara mandiri, " imbuh dia.
Sejauh ini lahan organik penuh di Buleleng baru dikembangkan di dua subak yang menanam varietas padi khusus. Seperti 50 hektar di Subak Cengana, Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada dengan varietas padi Bali dan Subak Munduk di Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Buleleng seluas 70 hektare dengan varietas padi beras merah.
Sedangkan lahan-lahan lainnya, masih dalam proses pengalihan secara bertahap. Lahan-lahan tersebut masih memakai pupuk kimia namun jumlahnya mulai dikurangi. Seperti pada lahan sawah 1 hektare yang dalam satu kali panen menghabiskan 250 kilogram pupuk kimia sekarang hanya 150 kilogram. Sedangkan kekurangannya dipenuhi oleh pupuk organik.
"Peralihan dari kimia ke organik ini harus bertahap. Karena prosesnya low starter untuk hasil maksimal. Tetapi yang sudah rutin pakai organik dengan kombinasi kimia sudah mulai ada hasil. Produktivitas padinya naik sekitar 20 persen," papar dia. *k23
1
Komentar