Tumpek Krulut, Puncak Karya di Pura Pucak Tedung
MANGUPURA, NusaBali
Puncak pujawali di Pura Luhur Dang Kahyangan Pucak Tedung, Kecamatan Petang, Badung jatuh pada Rahina Tumpek Krulut atau Saniscara Kliwon Krulut, Sabtu (18/2).
Pujawali kali ini dilakukan dengan menyelenggarakan karya Wraspati Kalpa Mapadudusan Alit Madasar Caru Panca Rupa. Menariknya, pada saat hari panyineban, selain dipuput oleh sulinggih, pujawali di Pura Pucak tedung juga akan dipuput oleh arca siwakrana duwe pura. Siwakrana merupakan perlengkapan dan aksesoris yang digunakan oleh sulinggih ketika memimpin upacara, di dalamnya termasuk pegandan, genta, dan ketu. Hampir di setiap pura yang memiliki hubungan dengan perjalanan suci Dang Hyang Nirartha, memiliki arca ini.
Para pangempon Pura Pucak Tedung, yakni delapan desa adat di Kecamatan Petang, yakni, Desa Adat Sulangai, Batulantang, Sandakan, Angantiga, Kerta, Lipah, Munduk Damping, dan Petang sangat antusias mengikuti rangkaian karya. Begitu juga umat Hindu dari wilayah lain di Bali juga turut nangkil menghaturkan sembah bakti.
Pertama-tama, mereka mengawali persembahyangan di Pura Sekar Taji yang tidak jauh dari Pura Pucak Tedung. Kemudian pamedek melakukan persembahyangan sekitar pukul 12.00 Wita. Puncak pujawali kemudian ditutup prosesi murwadaksina diikuti beberapa pratima yang bersthana di Pura Pucak Tedung.
Bendesa Ageng Pura Pucak Tedung IB Nata Manuaba, menjelaskan pujawali Padudusan Alit kali ini menggunakan Caru Panca Rupa (Tawur). Pelaksanaan Caru Panca Rupa tersebut sudah dilaksanakan pada Buda Paing Krulut, Rabu (15/2).
Pelaksanaan Tawur Caru Panca Rupa menggunakan dasar lima jenis ayam sesuai lima penjuru arah mata angin. Aci dasar ini dilengkapi bebek belang kalung, itik bulu sikep, asu bang bungkem, angsa, kambing, dan babi. Tawur ini didukung pula ritual Rsi Gana.
“Khususnya di Pura Dang Kahyangan, yang namanya pujawali jelih, pasti mapadudusan agung. Namun karena situasi dan kondisi, itu (padudusan agung) dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan dan dukungan,” ungkap Nata Manuaba.
Meskipun pujawali kali ini berupa karya padudusan alit, namun Nata Manuaba menegaskan bahwa yang terpenting adalah seberapa agung ketulusan pamedek untuk tangkil. "Yang terpenting seberapa ikhlas panjak pangempon Pura Pucak Tedung melaksanakan setiap ritual serangkaian pujawali ini hingga tuntas," katanya.
Diungkapkan, rangkaian pujawali sejatinya sudah berlangsung sejak Redite Paing Pahang, Minggu (5/2) lalu diawali prosesi matur piuning. Kemudian Wraspati Umanis Pahang, Kamis (9/2) Ngulapin Tetangunan, Sukra Pahing Pahang, Jumat (10/2) Ngunggahang Sunari dan Mawinten.
Selanjutnya, nunas tirta kahyangan dari Pura Pucak Mangu dan Pura Luhur Pucak Bon di Kecamatan Petang, juga Pura Luhur Uluwatu di Kecamatan Kuta Selatan dilakukan pada Redite Wage Klurut, Minggu (12/2). Pada Soma Kliwon Krulut, Senin (13/2) Mapapada, Buda Paing Krulut, Rabu (15/2) Macaru Panca Rupa (Tawur), Sukra Wage Krulut, Jumat (17/2) Melasti dan Mendak Agung, serta saat Tumpek Krulut menjadi puncak pujawali.
Ditambahkan oleh Manggala Prawartaka Karya IGN Dwi Caya Kusuma, secara keseluruhan, puncak pujawali sudah berjalan dengan baik. Setelah puncak karya, Pujawali ini akan nyejer sampai lima hari ke depan. Sehingga penyineban akan dilaksanakan pada Wraspati Kliwon Merakih, Kamis (23/2) malam mendatang. Setiap harinya, ritual panganyaran akan dipimpin oleh sulinggih berbeda dan puluhan paemangku pura kahyangan tiga juga turut ngayah melayani umat. *ind
1
Komentar