Keterampilan Nyurat Aksara Bali Jadi Tantangan
SINGARAJA, NusaBali
Sebanyak 15 orang siswa SD perwakilan 14 banjar adat yang bernaung di bawah Desa Adat Buleleng mengikuti lomba nyurat aksara Bali (menulis aksara Bali).
Lomba serangkaian peringatan Bulan Bahasa Bali ini diselenggarakan di wantilan Desa Adat Buleleng pada Minggu (19/2). Selain untuk pengenalan sejak dini, lomba dimaksudkan sebagai pelestarian aksara dan sastra Bali. Hanya saja dalam upaya pelestarian ini kerap kali ditemukan kesulitan, khususnya dalam keterampilan menulis.
Ketua Panitia Lomba Nyoman Sujana mengatakan lomba nyurat aksara Bali ini sudah sangat sering dilakukan, baik di tingkat kecamatan, kabupaten maupun provinsi. Nyurat aksara Bali juga telah diajarkan dan masuk dalam kurikulum pembelajaran dari jenjang SD, SMP, SMA/SMK hingga perguruan tinggi.
“Kalau minat anak-anak dan siswa belajar mengenal, membaca, mengalihaksarakan dari latin ke aksara Bali sudah cukup tinggi. Yang masih sulit pada keterampilan menulisnya, ini yang masih perlu ditingkatkan,” jelas Sujana yang juga seorang Penyuluh Bahasa Bali yang bertugas di Kecamatan Buleleng tersebut.
Di kegiatan yang sama, Desa Adat Buleleng juga menggelar lomba pidarta yang pesertanya kelian banjar adat. Ada 12 peserta lomba pidarta dari 14 banjar adat yang ada unjuk kebolehan. Menurut Sujana, lomba ini pertama kali digelar di Desa Adat Buleleng sejak lima tahun terakhir. Pertimbangannya, kelian banjar adat seringkali berhadapan dengan krama dan memimpin paruman maupun sebagai pangenter baos dalam upacara pernikahan. Tentu hal ini membutuhkan keterampilan berbahasa Bali yang mumpuni.
“Kalau lomba Pidarta Bahasa Bali ini tujuannya untuk membiasakan para kelian banjar adat untuk fasih menggunakan bahasa Bali. Sebab kebanyakan kegiatan yang diikuti ada pada ruang lingkup adat yang semestinya menggunakan Bahasa Bali,” terang dia.
Sementara itu Kelian Desa Adat Buleleng Nyoman Sutrisna mengatakan dalam upaya pelestarian bahasa dan sastra Bali, terus dilakukan evaluasi. Sejauh ini yang masih menjadi keluhan di lapangan terutama di satuan pendidikan yang berada di wewidangan Desa Adat Buleleng yakni masih sedikit guru di sekolah menggunakan Bahasa Bali dalam keseharian.
Mengatasi kendala tersebut, Desa Adat Buleleng membentuk paguyuban les Bahasa Bali yang disiapkan untuk siswa SD di wewidangan desa adat. Mereka akan dilatih dan dibina oleh guru Bahasa Bali atau Penyuluh Bahasa Bali yang bertugas. *k23
1
Komentar