Pengunjung Meningkat, Dunia Usaha Belum Pulih
Mal dan Restoran Bertumbangan
JAKARTA, NusaBali
Fenomena mal-mal sepi bak kuburan hingga banyak jaringan restoran tutup kini sedang melanda Indonesia.
Seperti jaringan restoran Warunk Upnormal hingga Fish & Co yang 'kompak' menutup sejumlah gerai sejak akhir tahun 2022. Bahkan Fish & Co harus tumbang dan tutup total.
Kedua restoran ini padahal dulu viral dan selalu ramai pengunjung. Tak jarang pemandangan orang mengantre untuk bisa nongkrong di Warunk Upnormal. Apa pemicu tumbangnya bisnis restoran yang dulu viral ini?
Sekjen Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengungkapkan, saat ini bisnis restoran menghadapi situasi rumit. Sebab, peningkatan traffic tidak serta merta diikuti kenaikan pendapatan. Padahal, biaya operasional yang harus ditanggung semakin naik seiring dengan meningkatnya traffic.
Akibatnya, usaha restoran kemudian bisa jadi gulung tikar hingga menutup gerainya.
"Bahwa peningkatan traffic yang ada terjadi saat ini, juga diiringi dengan peningkatan biaya operasional. Masalah energinya (listrik dan air), (biaya) dari perizinan, belum lagi terkait masalah upah minimum juga kan meningkat semua itu. Nah itu dari sisi pendapatan belum bisa dikatakan (meningkat)," kata Maulana kepada CNBC Indonesia, dikutip Sabtu (18/2).
Permasalahan lainnya, maraknya aktivitas sosial dan ekonomi setelah pembatasan ketat di era pandemi Covid-19, ternyata belum diikuti pemulihan usaha. Sementara, pengusaha harus membayar kewajiban di bank meski masih dalam kondisi babak belur.
"Semua pihak melihat kan traffic-nya meningkat, berarti sudah terjadi pemulihan padahal kejadian 2020-2021 dan sampai berkembang ke tahun 2022 terhadap kewajiban perbankan itu juga cukup besar. Banyak kewajiban di dalam situ (pendapatan) yang termasuk untuk kewajiban perbankan mereka yang mereka punya tanggungan di sana," ujarnya.
Hal serupa juga terjadi di bisnis pusat perbelanjaan yang kini berdarah-darah, terutama sejak pandemi Covid-19. Seperti yang diungkapkan Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) Panangian Simanungkalit.
Fenomena mal sepi pengunjung terjadi akibat efek domino pandemi Covid-19 yang beberapa tahun ke belakang telah memukul keras bisnis ritel modern, khususnya pusat perbelanjaan. Disertai keluarnya para tenant yang tak sanggup lagi membayar biaya sewa yang mahal. "Tarif tetap tinggi walaupun pengunjung semakin sepi, misalnya karena Covid-19," kata Panangian.
Selain itu, Panangian menuturkan, fenomena mal sepi pengunjung sebenarnya merupakan suatu permasalahan yang sangat kompleks, dan sulit untuk dibuktikan mana yang sudah terlebih dahulu ada.
"Seperti telor sama ayam. Memang itu biasa terjadi pada beberapa pusat perbelanjaan tertentu yang sudah lama beroperasi. Penyebabnya kompleks," ujarnya.
Ia mengatakan, mal-mal tersebut mulai ditinggalkan oleh pengunjung karena kehadiran pesaing baru yang lebih memiliki daya tarik. *
Komentar