Melihat dari Dekat Pura Sekar Taji di Wilayah Kecamatan Petang, Badung
Dipercaya Sebagai Tempat Berhias Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh
Luas area utama Pura Sekar Taji sekitar satu are saja dan tidak memiliki tembok panyengker, pura kecil bersejarah ini dikelilingi pepohonan dan pemandangan dataran tinggi di sekitarnya.
MANGUPURA, NusaBali
Pura Sekar Taji merupakan satu dari banyak pura di Kecamatan Petang, Badung yang berkaitan dengan Pura Luhur Dang Kahyangan Pucak Tedung dan perjalanan suci Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh. Pura ini berada tidak jauh dari Pura Pucak Tedung di wilayah Desa Sulangai/Desa Petang, Kecamatan Petang, Badung. Luas area utama Pura Sekar Taji sekitar satu are saja dan tidak memiliki panyengker (tembok) buatan. Pura kecil bersejarah ini dikelilingi pohon pegunungan dan pemandangan dataran tinggi di sekitarnya.
Di pura ini hanya terdapat satu padmasana dan sebuah bale piasan dengan area persembahyangan yang berumput. Sedangkan jalan menuju area utama pura cukup curam dan sangat berlumut tatkala musim hujan. Di balik sederhananya pura ini, suasana magis sangat terasa. Sebab, panyengker alaminya berupa pepohonan rindang dan menutupi langit.
Sedangkan pemandangan pegunungan yang begitu jelas terasa menambah khusyuk saat melakukan persembahyangan. Untuk pamedek (umat) yang tangkil (berkunjung) ke Pura Pucak Tedung, persembahyangan di Pura Sekar Taji terbilang wajib sebelum menuju ke pura utama. Sebab, urutan persembahyangan ini dapat dikatakan bentuk tapak tilas dari setiap jengkal langkah perjalanan Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh.
Bendesa Ageng Pura Pucak Tedung, IB Nata Manuaba,65, menuturkan sedikitnya ada tiga pura dan genah suci di kawasan Pura Pucak Tedung yang saling berkaitan. Pertama adalah Taman Beji, kemudian Pura Sekar Taji, dan terakhir Pura Pucak Tedung sendiri.
“Konon katanya, ketika Ida Danghyang Dwijendra (Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh) sampai di wilayah yang kita kenal sekarang ini, pertama Ida masucian (mandi) di Taman Beji, kemudian Ida maias (berhias), dan menuju ke area yang kini disebut Pura Pucak Tedung,” jelas pria yang akrab disapa Gusaji Rai ini dijumpai pada, Sabtu (18/2/2023).
Tempat berias inilah didirikan sebuah pura yang bernama Sekar Taji. Penjelasan ini dipertegas oleh Patajuh Desa Adat Sandakan, Desa Sulangai, Petang yang juga pangempon (pengurus) Pura Pucak Tedung. Patajuh IG Lanang Subamia,62, menyebut Pura Sekar Taji adalah tempat di mana Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh menyumpangkan bunga atau sekar sebelum melanjutkan perjalanannya.
“Sampai di sini (areal Pura Pucak Tedung), Ida nyumpangin bunga makanya ada Pura Sekar Taji. Kemudian di kawasan di mana Pura Pucak Tedung ini berdiri, Ida meninggalkan tedung (payung) sehingga didirikan Pura Pucak Tedung,” tutur Lanang yang juga pembina di Widya Sabha Badung, dijumpai pada Sabtu.
Jelas Lanang, Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh ini menurunkan lima klan brahmana yang ada saat ini di Bali. Selama perjalanan dari Pulau Jawa menuju Bali Dwipa ini, setiap langkahnya disucikan dengan pendirian pura atau palinggih (bangunan suci). Patajuh Desa Adat Sandakan kelahiran Desa Adat Kerta, Desa Petang ini menambahkan bahwa diperkirakan Pura Pucak Tedung ini berdiri pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong di Kerajaan Gelgel. Oleh karena itu, Pura Sekar Taji ini juga ditafsir berdiri sekitar abad ke-16 pada masa keemasan Kerajaan Gelgel.
Sebab, pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong ini pulalah, Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh didapuk sebagai penasihat agama kerajaan dan kedekatan antara keduanya terjalin. Di masa ini juga palinggih padmasana mulai diterapkan di tempat suci. Walaupun demikian, secara teritorial, Pura Pucak Tedung masuk ke dalam wilayah Kerajaan Mengwi. Oleh karena itulah, sejarah perjalanan Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh di wilayah kerajaan ini termasuk Pura Pucak Tedung dan pura lainnya tercatat dalam Babad Mengwi.
Hingga saat ini, tepatnya pada Tumpek Krulut atau Saniscara Kliwon Krulut, Sabtu (18/2/2023), Pura Sekar Taji masih masyhur didatangi pamedek serangkaian puncak pujawali di Pura Pucak Tedung. Sejalan dengan perjalanan Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh, pamedek tangkil terlebih dahulu ke pura ini sebelum ke Pura Pucak Tedung.
Bukan saja pamedek yang tangkil terlebih dahulu ke Pura Sekar Taji sebelum ke Pura Pucak Tedung. Patapakan atau palawatan (penggambaran) Ida Bhatara dari delapan desa adat pangempon Pura Pucak Tedung pun melakukan ritual yang sama. Palawatan Ida Bhatara terlebih dahulu melaksanakan ritual masucian di Taman Beji, kemudian ngias di Pura Sekar Taji. Setelah itu, baru kemudian ngeranjing (memasuki) Pura Pucak Tedung. *ol1
Di pura ini hanya terdapat satu padmasana dan sebuah bale piasan dengan area persembahyangan yang berumput. Sedangkan jalan menuju area utama pura cukup curam dan sangat berlumut tatkala musim hujan. Di balik sederhananya pura ini, suasana magis sangat terasa. Sebab, panyengker alaminya berupa pepohonan rindang dan menutupi langit.
Sedangkan pemandangan pegunungan yang begitu jelas terasa menambah khusyuk saat melakukan persembahyangan. Untuk pamedek (umat) yang tangkil (berkunjung) ke Pura Pucak Tedung, persembahyangan di Pura Sekar Taji terbilang wajib sebelum menuju ke pura utama. Sebab, urutan persembahyangan ini dapat dikatakan bentuk tapak tilas dari setiap jengkal langkah perjalanan Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh.
Bendesa Ageng Pura Pucak Tedung, IB Nata Manuaba,65, menuturkan sedikitnya ada tiga pura dan genah suci di kawasan Pura Pucak Tedung yang saling berkaitan. Pertama adalah Taman Beji, kemudian Pura Sekar Taji, dan terakhir Pura Pucak Tedung sendiri.
“Konon katanya, ketika Ida Danghyang Dwijendra (Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh) sampai di wilayah yang kita kenal sekarang ini, pertama Ida masucian (mandi) di Taman Beji, kemudian Ida maias (berhias), dan menuju ke area yang kini disebut Pura Pucak Tedung,” jelas pria yang akrab disapa Gusaji Rai ini dijumpai pada, Sabtu (18/2/2023).
Tempat berias inilah didirikan sebuah pura yang bernama Sekar Taji. Penjelasan ini dipertegas oleh Patajuh Desa Adat Sandakan, Desa Sulangai, Petang yang juga pangempon (pengurus) Pura Pucak Tedung. Patajuh IG Lanang Subamia,62, menyebut Pura Sekar Taji adalah tempat di mana Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh menyumpangkan bunga atau sekar sebelum melanjutkan perjalanannya.
“Sampai di sini (areal Pura Pucak Tedung), Ida nyumpangin bunga makanya ada Pura Sekar Taji. Kemudian di kawasan di mana Pura Pucak Tedung ini berdiri, Ida meninggalkan tedung (payung) sehingga didirikan Pura Pucak Tedung,” tutur Lanang yang juga pembina di Widya Sabha Badung, dijumpai pada Sabtu.
Jelas Lanang, Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh ini menurunkan lima klan brahmana yang ada saat ini di Bali. Selama perjalanan dari Pulau Jawa menuju Bali Dwipa ini, setiap langkahnya disucikan dengan pendirian pura atau palinggih (bangunan suci). Patajuh Desa Adat Sandakan kelahiran Desa Adat Kerta, Desa Petang ini menambahkan bahwa diperkirakan Pura Pucak Tedung ini berdiri pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong di Kerajaan Gelgel. Oleh karena itu, Pura Sekar Taji ini juga ditafsir berdiri sekitar abad ke-16 pada masa keemasan Kerajaan Gelgel.
Sebab, pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong ini pulalah, Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh didapuk sebagai penasihat agama kerajaan dan kedekatan antara keduanya terjalin. Di masa ini juga palinggih padmasana mulai diterapkan di tempat suci. Walaupun demikian, secara teritorial, Pura Pucak Tedung masuk ke dalam wilayah Kerajaan Mengwi. Oleh karena itulah, sejarah perjalanan Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh di wilayah kerajaan ini termasuk Pura Pucak Tedung dan pura lainnya tercatat dalam Babad Mengwi.
Hingga saat ini, tepatnya pada Tumpek Krulut atau Saniscara Kliwon Krulut, Sabtu (18/2/2023), Pura Sekar Taji masih masyhur didatangi pamedek serangkaian puncak pujawali di Pura Pucak Tedung. Sejalan dengan perjalanan Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh, pamedek tangkil terlebih dahulu ke pura ini sebelum ke Pura Pucak Tedung.
Bukan saja pamedek yang tangkil terlebih dahulu ke Pura Sekar Taji sebelum ke Pura Pucak Tedung. Patapakan atau palawatan (penggambaran) Ida Bhatara dari delapan desa adat pangempon Pura Pucak Tedung pun melakukan ritual yang sama. Palawatan Ida Bhatara terlebih dahulu melaksanakan ritual masucian di Taman Beji, kemudian ngias di Pura Sekar Taji. Setelah itu, baru kemudian ngeranjing (memasuki) Pura Pucak Tedung. *ol1
Komentar