Lagi, Badung Adijayanti Debat Mabasa Bali
DENPASAR, NusaBali.com – Duta Kabupaten Badung dalam wimbakara Debat Mabasa Bali serangkaian Bulan Bahasa Bali V Tahun 2023 berhasil menyabet adijayanti pada Senin (20/2/2023) di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Bali Denpasar.
Wakil Badung terdiri dari tiga siswi SMA Negeri 1 Kuta Utara (Sakura) yang sebelumnya memenangkan ajang yang sama di tingkat kabupaten. Ni Luh Gede Ganinda Prameiswary, 16, Ni Putu Manda Tefania Bhakti, 17, dan Ni Putu Devi Arista Wulandari, 17 adalah wakil Badung tahun ini.
Ganinda dan kawan-kawan berhasil melanjutkan warisan juara dari wakil Badung sebelumnya yang juga senior mereka di Sakura. Wakil Badung berhasil menyisihkan tujuh wakil dari kabupaten/kota lainnya dengan mengumpulkan nilai sebesar 693,4 poin.
Sementara itu, dua juara lainnya yakni Buleleng mampu mengoleksi nilai sejumlah 682,3 poin dan Klungkung sebesar 679,4 poin. Dengan demikian jarak perolehan nilai Badung dengan dua wakil kabupaten lainnya berselisih belasan poin.
Perwakilan dewan juri lomba, IG Lanang Subamia, 62, menuturkan ada tiga aspek dominan yang dinilai pada saat peserta tampil. Tiga aspek tersebut adalah argumentasi dengan bobot 30 persen. Kemudian ada gaya bahasa dengan bobot paling besar yakni 60 persen dan strategi berbobot 30 persen.
“Wimbakara kali ini sudah ada peningkatan dari tahun sebelumnya karena jumlah peserta itu ada delapan dibanding tahun sebelumnya dengan tujuh peserta,” tutur Lanang ketika dijumpai di sela-sela acara.
Praktisi budaya yang juga Patajuh Desa Adat Sandakan, Desa Sulangai, Petang ini membeberkan, secara umum peserta sudah menampilkan yang terbaik. Namun, memang orang yang tidak terbiasa menggunakan Bahasa Bali akan kentara dan sulit membiasakan diri.
Apalagi konteksnya berlomba, lebih-lebih berdebat membahas topik rumit dan spesifik. Tentu, jelas Lanang, sulit untuk tampil berbahasa Bali dengan pangus (apik) bagi yang baru latihan mendalami Bahasa Bali hanya untuk lomba.
Sementara itu, Ganinda dan kawan-kawan selaku wakil Badung mengaku senang dan bangga menyabet adijayanti meneruskan perjuangan senior mereka pada tahun sebelumnya. Ganinda, Manda, dan Devi hanya melakukan pelatihan intensif selama dua minggu sejak berlomba di kabupaten pada awal Februari lalu.
“Senang dan besyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena sudah diberikan berkat dan kesempatan memeroleh adijayanti di lomba Debat Mabasa Bali ini,” ungkap Devi salah satu anggota wakil Badung yang kini duduk di bangku kelas XII.
Wakil Badung berhasil mengoleksi nilai tertinggi setelah berhadapan dengan wakil Kabupaten Gianyar. Mengingat sistem yang digunakan dalam lomba ini adalah berbasis poin maka pemenang langsung ditentukan dari nilai tertinggi dalam sekali penampilan.
“Tadi kami mendapat mosi Acara G20 Pamahayu Segara. Kami berperan sebagai tim kontra berhadapan dengan wakil Gianyar,” ujar Ganinda, pembicara pertama dari Duta Badung.
Jelas siswi kelas XI IPS ini, kartu truf wakil Badung ada pada gaya Bahasa Bali yang digunakan. Sebab, pada saat berargumentasi, Ganinda dan kawan-kawan menyisipkan Bahasa Sanskerta dan kosa kata arkais (jarang digunakan atau kuno) namun membawa nilai lebih.
Siasat ini sengaja dilakukan sebab bobot tertinggi dalam kriteria lomba adalah gaya bahasa. Di lain sisi, kosa kata arkais ini bisa mengecoh konsentrasi lawan yang mencoba mencerna makna kosa kata tersebut.
“Misalnya, ‘tan bina kadi buntek, apetek rikang latek’ yang artinya tan sakadi delek sane mengkeb di beten endute (tidak seperti ikan yang bersembunyi di bawah lumpur). Baris pertama itu Bahasa Sanskerta, yang kedua itu bahasa penjelasannya,” beber Manda yang menekuni seni membaca sloka.
Sementara itu, pembina wimbakara Debat Mabasa Bali Badung, I Made Widana, 58, menyebut latihan intensif menjadi kunci kemenangan anak didiknya. Jelas Sekretaris Widya Sabha Badung ini, selama dua minggu itu wakil Badung diperkaya perbendaharaan katanya.
Maka tidak heran, gaya bahasa yang digunakan jauh lebih variatif dari duta kabupaten/kota yang lain. Imbuh Widana, perbendaharaan kata menjadi titik awal untuk membuat anak didiknya itu lebih alami pada saat berargumentasi dan tidak terlihat sebagai peserta yang dicetak dalam semalam.
“Kuncinya tentu latihan yang intensif dibarengi dengan memperkaya perbendaharaan kata. Selain itu, kaderisasi di Badung berjalan dengan baik karena pemenang tahun lalu juga terlibat melatih dan berbagi strategi dengan juniornya,” sebut Widana.
Berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, pemenang wimbakara Bulan Bahasa Bali dari Kabupaten Badung khususnya dalam bidang ini diganjar bonus sebesar Rp 5 juta. Kata Kepala Bidang Sejarah Disbud Badung Ni Nyoman Indrawati, 48, pencapaian ini adalah awal prestasi yang baik bagi Badung.
“Untuk bonus akan coba kami usulkan, belum dapat dipastikan berapa. Tetapi dari tahun sebelumnya itu Debat Mabasa Bali dapat Rp 5 juta,” tandas Indrawati. *rat
Komentar