Dipasupati Wangsuhan Keris Ki Baru Semang
SINGARAJA, NusaBali
Proyek anjung pandang di rest area shortcut titik 5-6 dengan Patung Ki Barak Panji Sakti yang dibopong Panji Landung dipelaspas tepat pada Tilem Sasih Kawulu, Soma Paing Merakih, Senin (20/2) pagi.
Patung setinggi 6,6 meter ini pun dipasupati dengan wangsuhan Keris Ki Baru Semang peninggalan Raja Buleleng I Gusti Panji Sakti. Selain itu juga tirta dari 4 pura besar di Buleleng yang memiliki kaitan sejarah dengan Raja Panji Sakti. Seluruh rangkaian upacara pecaruan dan melaspas di wewidangan Desa Adat Amerta Sari, Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada, Buleleng ini dipuput oleh dua Sulinggih Siwa-Buda, yakni Ida Pedanda Gede Putra Kemenuh dari Griya Sangket Roma Harsana, Kelurahan/Kecamatan Sukasada selaku Pedanda Siwa dan Ida Pedanda Wayan Demung dari Griya Demung Budakeling, Karangasem sebagai Pedanda Buda.
Manggala Utama Trah Tunggal Ki Barak Panji Sakti, Anak Agung Wiranata Kusuma ditemui di lokasi mengatakan sebelum upacara melaspas dilaksanakan jajaran Puri Buleleng sudah melaksanakan piuning. Ritual ngewangsuh Keris Ki Baru Semang sebagai salah satu peninggalan Raja Panji Sakti sudah dilakukan.
Selain itu juga memohon tirta dari Pura Bukit Sinunggal di Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Pura Segara Penimbangan di Desa Baktiseraga, Kecamatan Buleleng, Pura Pajenengan Panji Sakti di Desa Panji, Kecamatan Sukasada dan Pura Yeh Ketipat di Desa Wanagiri, Kecamatan Sukasada, Buleleng. Di samping juga tirta dari Pura Kahyangan Tiga di Desa Adat Amerta Sari, Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. “Ritual khusus sudah kami lakukan untuk upacara Pasupati hari ini (kemarin). Patung tidak sekedar patung, tetapi ini kita sakralkan dan stanakan di sini, harapannya dapat memberi dampak positif untuk Buleleng,” ucap Wiranata Kusuma yang juga purnawirawan Polri ini.
Menurutnya dengan adanya Patung I Gusti Panji Sakti dan Panji Landung ini akan sangat membantu dalam edukasi sejarah pembentukan Buleleng di masa lalu. Terutama saat masa pemerintahan Raja Panji Sakti yang memiliki kekuasaan hingga ke Blambangan, Jawa Timur.
“Bagaimanapun monumen ini sangat diidam-idamkan masyarakat Buleleng. Hal terpenting nanti masyarakat Buleleng dan Bali memahami sejarah Buleleng. Masyarakat Buleleng harus menghargai ini karena kita tidak boleh melupakan sejarah,” imbuh dia.
Sementara itu upacara melaspas juga dihadiri Gubernur Bali Wayan Koster. Di akhir acara dilakukan penandatanganan batu prasasti. Gubernur Koster menjelaskan, proyek anjung pandang ini muncul bersamaan dengan dimulainya proyek shortcut titik 7A, 7B, 7C, dan 8 di tahun 2021-2022. Awalnya hanya dirancang pembangunan rest area titik shortcut 5-6. Namun karena ada lahan kosong seluas 25 are, Pemprov Bali mengusulkan agar rest area diisi dengan patung.
“Usulannya saat itu macam-macam. Salah satu yang mendorong Patung Raja Ki Barak Panji Sakti saat itu yakni Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana. Akhirnya setelah dikonsultasikan ke puri dipilih yang seperti sekarang. Saat Raja Panji Sakti diasingkan dan berjalan dari Gelgel, Klungkung ke Buleleng pada usia 12 tahun. Lalu digendong Panji Landung yang meramalkan kejayaan dan daerah kekuasaan Panji Sakti,” jelas Gubernur asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini.
Setelah dipelaspas dan dibuka untuk umum Gubernur Koster akan berkoordinasi dan meminta Menteri PUPR RI untuk menghibahkan anjung pandang ini sebagai aset Pemkab Buleleng. Sehingga anjung pandang kebanggaan Buleleng yang dibangun dengan anggaran Rp 4,5 miliar ini dapat dimanfaatkan dan dipelihara dengan baik.
“Ini nanti dijaga dengan baik, jangan main-main, harus dipelihara dengan baik. Patung ini dibuat untuk memuliakan Beliau (Panji Sakti) yang pernah memimpin Buleleng,” tegas Gubernur Koster. Di tempat yang sama seniman penggarap patung, Komang Agus Parinata asal Singapadu, Gianyar, mengatakan patung monumental ini digarapnya bersama 7 orang seniman lainnya. Patung setinggi 6,6 meter ini dikerjakan dengan bahan fiberglass resin penuh. Termasuk pewarnaan khusus sehingga patung tampak sangat hidup.
“Total waktu pengerjaan 5 bulan, tidak ada kendala berarti. Hanya saat pemasangan yang semestinya bisa selesai dalam dua minggu karena kendala cuaca jadi sebulan,” sebut Parinata. Dia pun mengaku terharu bisa menyelesaikan patung monumental yang sangat ikonik di Kabupaten Buleleng. Parinata pun mengakui selama pengerjaan patung, bagian tersulit yang dikerjakannya pada wajah Raja Panji Sakti. Selain meniru miniatur arca yang didapatkannya dari Puri Buleleng, dia juga harus menyesuaikan detail ekspresi yang cocok untuk menguatkan karakter.
Seniman owner Ningrat Bengkel Seni ini pun menyebut baru mengambil tawaran mengerjakan patung di kali ketiganya. “Tawaran pertama dan kedua tidak saya hiraukan karena belum sreg, saat tawaran ketiga baru saya terima entah kenapa mungkin karena saya yang dipercayakan. Saat nangkil ke Puri Buleleng itu auranya sudah beda akhirnya saya bulatkan tekad dan bisa selesaikan,” terang seniman patung ini.
Senin kemarin Gubernur Bali Wayan Koster juga menghadiri Upacara Pemelaspasan Pembangunan Jalan Shortcut Singaraja-Mengwitani Titik 7A, 7B, 7C dan Titik 8 di Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng bersama Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Timur-Bali, Kadis PUPR Bali Nusakti Yasa Wedha, Kadis Kominfos Bali Gede Pramana, dan Kajari Buleleng I Putu Gede Astawa.
“Saat saya dilantik menjadi Gubernur Bali, dalam waktu satu bulan saya langsung merancang pembangunan Jalan Shorcut Singaraja-Mengwitani dan menyampaikannya kepada Menteri PUPR RI, Bapak Basuki Hadimuljono dengan memberikan jawaban dukungan sesuai arahan Presiden Republik Indonesia, Bapak Ir Joko Widodo, pasca saya menghadap Bapak Presiden RI pada tanggal 22 April 2019. Astungkara, di tahun 2025 paling lambat Titik 11 dan 12 sudah bisa dibangun oleh Kementerian PUPR RI,” ujar Gubernur Koster. *k23
Komentar