Regulasi Wisata Lumba-Lumba Masih Disempurnakan
SINGARAJA, NusaBali
Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng masih menggodok standar operasional prosedur (SOP) dan tata kelola wisata menonton lumba-lumba di Pantai Lovina, Buleleng.
Draft aturan tersebut dibahas bersama dengan sejumlah instansi mulai dari Pos SAR Buleleng, Balawista Buleleng, PHRI Buleleng, hingga Badan Pengelola Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Provinsi Bali.
Kepala Dinas Pariwisata Buleleng, Gede Dody Sukma Oktiva Askara menyampaikan, yang masih perlu disempurnakan atau disusun yakni pada bagian syarat dan kode etik wisatawan dalam menikmati wisata lumba-lumba. Maka dari itu, langkah berikutnya Dispar akan segera bertemu dengan kelompok penyedia jasa wisata.
"Kami akan coba sempurnakan lagi sedikit setelah itu kita akan coba adakan pertemuan dengan para perwakilan kelompok wisata watching dolphin di seputaran Lovina," jelasnya, dikonfirmasi Rabu (22/2).
Dody menjelaskan, teknis keselamatan tertuang dalam SOP tata kelola wisata lumba-lumba yang dibahas dengan Pos SAR Buleleng. Aturan tersebut yakni perahu yang dipakai harus memiliki sejumlah peralatan pertolongan pertama seperti lampu, peluit, life jacket sesuai jumlah penumpang dan operator perahu, tali, pelampung atau ban.
"Rencana ke depan, setelah kelompok operator penyedia jasa dibentuk kami akan menggelar pelatihan keselamatan. Ini juga penting untuk meningkatkan kapasitas atau kemampuan operator watching dolphin," ujar Dody.
Sesuai rekomendasi Badan Pengelola Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Bali, seluruh operator perahu wajib mematikan mesin saat berada di jarak 25 meter dengan lumba-lumba. Operator juta dilarang memotong arus pergerakan lumba-lumba. Sehingga wisatawan hanya boleh menonton dari arah samping atau belakang lumba-lumba, bukan dari depan. Hal ini untuk menjaga keberlangsungan eksosistem lumba-lumba.
"Poin-poin penting itu tertuang dalam aturan tata kelola watching dolphin ini, untuk aturan lainnya juga ada dan terus disempurnakan saat bertemu bersama kelompok operator perahu atau nelayan nanti," imbuh Dody.
Sementara itu soal tarif Kadis Dody menyampaikan masih belum menentukan berapa, akan tetapi dirinya memberikan gambaran harga terendah di kisaran Rp 75 ribu per wisatawan. "Tarif bawah rencananya dari komunikasi awal Rp 75 ribu di low season, high season Rp 100 ribu. Kalau travel agent atau pihak hotel yang menjual tergantung mereka," pungkasnya. *mz
Komentar