Uji Coba Salibu Tingkatkan Indeks Pertanaman
SINGARAJA, NusaBali
Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng mengujicobakan sistem penanaman padi Salin Ibu (Salibu).
Pola tanam ini dikenalkan untuk meningkatkan indeks pertanaman dan juga produktivitas padi. Petani bisa memanen padinya dalam satu kali tanam dengan pola tanam ini. Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta Jumat (24/2) menjelaskan, pola tanam Salibu ini sebenarnya sudah diujicobakan Distan di demplot. Hasilnya cukup bagus dan sangat efisien dari segi modal tanam dan pemeliharaan tanaman. Selain itu hasil panen yang dihasilkan juga tidak berbeda jauh dengan pola tanam biasanya.
Sumiarta menjelaskan dalam pola tanam Salibu, petani hanya perlu menanam padi satu kali. Namun tanaman padi tersebut bisa dipanen sebanyak dua kali. Pada masa panen pertama, petani hanya perlu menyisakan batang padi setinggi dua sentimeter. Lalu diairi dan diberikan nutrisi pupuk selama sepekan. Kemudian lahan dikeringkan untuk memaksimalkan pertumbuhan anakan baru.
“Pola tanam ini sebenarnya dari analisa usaha tani hampir sama dengan pola tanam biasa yang tiga bulan bisa panen. Tetapi lebih irit biaya karena tidak perlu bibit lagi, dari tenaga kerja juga lebih efisien dan juga meningkatkan indeks pertanaman,” jelas Sumiarta.
Menurutnya jika menggunakan pola tanam konvensional, indeks pertanaman padi di Buleleng hanya bisa rata-rata 2,7 kali dalam setahun. Sedangkan dengan pola Salibu bisa meningkat menjadi 3 kali. “Kalau Salibu ini kan tidak perlu menunggu pembibitan dan penyemaian bibit yang memakan waktu kurang lebih 15 hari, sehingga bisa lebih cepat panen,” imbuh dia.
Sedangkan dari sisi produktivitas, pola Salibu dalam satu hektare padi bisa menghasilkan 5 ton gabah. Jumlah tersebut tidak jauh berbeda dengan pola tanam biasa yang rata-rata dalam 1 hektare menghasilkan 6 ton gabah. Pola Salibu menurut Sumiarta juga bisa diterapkan pada seluruh varietas padi, mulai dari Inpari, Ciherang, dan IR64.
Uji coba pola Salibu tahun ini dilakukan di Subak Kekeran dan Subak Busungbiu di Kecamatan Busungbiu, Buleleng pada lahan seluas 1 hektare. Distan mengaku akan terus menyosialisasikan pola tanam ini kepada subak-subak yang ada di Buleleng.
“Kendalanya kalau di Bali petani belum biasa karena dari sisi spiritual petani meyakini tidak boleh memanen tanaman lebih dari sekali. Kelemahan pola tanam ini hanya di serangan burung saja, karena panen akan lebih cepat dengan pola tanam biasa,” terang pejabat asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng ini. *k23
1
Komentar