Bulan Bahasa Bali Sibanggede Ingatkan Pentingnya Bahasa Ibu
MANGUPURA, NusaBali.com – Kegiatan Bulan Bahasa Bali yang digelar Desa Adat Sibanggede, Kecamatan Abiansemal, Badung pada Sabtu (25/2/2023) menjadi momentum peringatan pentingnya Bahasa Bali sebagai bahasa ibu.
Bendesa Adat Sibanggede Nyoman Surianta, 40, menuturkan bahwa keberadaan Bulan Bahasa Bali tidak terlepas dari skandal sebuah ajang pageant beberapa tahun silam. Kata Surianta, salah satu peserta dalam ajang tersebut sangat fasih dalam beberapa bahasa asing.
“Kalau dilihat dari kemampuan bahasanya itu, peserta ini adalah calon juara. Tetapi begitu Gubernur Bali saat itu Bapak Mangku Pastika melemparkan pertanyaan dengan Bahasa Bali alus, peserta ini pura-pura tidak mendengar. Ketahuan lantas di sana,” tutur Surianta ketika dijumpai di sela acara.
Kejadian tersebut menjadi tamparan keras bahwa orang Bali memang harus menguasai dunia lewat penguasaan bahasa asing. Akan tetapi, akar kebudayaan Bali yakni aksara, bahasa, dan sastranya jangan sampai ditinggalkan.
Surianta selaku pamucuk (petinggi) adat di Desa Sibanggede mendorong semua lapisan masyarakat terlibat dalam kegiatan Bulan Bahasa Bali program Pemprov Bali ini. Oleh karena itu, wimbakara (lomba) penguatan aksara, bahasa, dan sastra Bali ini diikuti mulai dari siswa SD hingga kelian adat.
Perbekel Desa Sibanggede I Wayan Darmika, 59, menegaskan bahwa Bahasa Bali harus diperlakukan sebagai bahasa ibu setiap insan Desa Sibanggede. Darmika berharap semangat Bahasa Bali tidak hanya ada satu tahun sekali tetapi setiap hari.
“Dalam kegiatan sehari-hari, Bahasa Bali harus jadi prioritas untuk digunakan termasuk di ranah adat dan dinas. Tanpa mengesampingkan pentingnya penguasaan bahasa lain,” ujar Darmika dijumpai dalam kesempatan yang sama.
Diimbuhkan tokoh masyarakat Desa Sibanggede yang juga anggota Komisi II DPRD Badung I Nyoman Gede Wiradana, guru rupaka atau orangtua berperan penting terhadap kaajegan (tegaknya) Bahasa Bali. Sebab, bahasa pertama anak-anak ditentukan oleh perspektif orangtua.
Wiradana mengaku kebanyakan anak-anak generasi sekarang kileng-kileng (bingung) apabila diajak berkomunikasi dengan Bahasa Bali alus. Mengingat sudah didukung penuh oleh Pemprov Bali dan Pemkab Badung, Wiradana mengingatkan bahwa ranah dinas sekalipun wajib berbahasa Bali pada saat forum.
“Sekalipun berpakaian dinas, pada saat forum wajib menggunakan Bahasa Bali setiap waktu-waktu yang sudah disepakati kecuali ada tamu nasional. Begitu juga dengan para yowana (pemuda) pada saat maparuman (rapat) wajib menggunakan Bahasa Bali,” kata Wiradana dijumpai dalam kesempatan yang sama.
Jelas Wiradana, pelaksanaan Bulan Bahasa Bali ini merupakan salah satu inovasi penguatan aksara, bahasa, dan sastra Bali. Ini terlihat dari peserta yang lengkap dari anak-anak SD hingga prajuru adat perwakilan banjar.
Peserta Bulan Bahasa Bali di Desa Adat Sibanggede ini terlibat dalam lima wimbakara. Nyurat (menulis) aksara Bali untuk SD, nyurat lontar untuk SMP, ngwacen (membaca) lontar untuk yowana dan SMA, mastua Bali untuk krama (warga) istri, dan pidarta untuk kelian adat.
Penyuluh Bahasa Bali Desa Sibanggede Luh Purnami, 31, menyebut total peserta yang mengikuti lomba sebanyak 40 peserta dari 12 banjar adat. Kata Purnami, antusiasme krama sudah termasuk bagus meskipun belum semua banjar adat mengirimkan perwakilannya.
“Dari tahun ke tahun potensi penguatan aksara, bahasa, dan sastra Bali di Desa Sibanggede sudah baik terutama di satu wimbakara seperti nyurat aksara karena mereka memiliki kelompok belajar di SD,” papar Purnami ketika dijumpai dalam kesempatan yang sama.
Wanita kelahiran Sibanggede asal Desa Penarungan, Mengwi ini berharap semakin banyak generasi penerus terlibat dalam pelestarian Bahasa Bali. Dengan demikian, nantinya Bahasa Bali tetap digunakan sehari-hari di masa depan. *rat
Komentar