Bangga Melepas Generasi Gemilang Indonesia
Wisuda dan Pembukaan Bali Sangga Dwipantara ISI Denpasar
DENPASAR, NusaBali
Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menggelar Wisuda Sarjana, Sarjana Terapan, Magister, dan Doktor ke-29 di Gedung Citta Kelangen Lantai 3 Kampus ISI Denpasar, Selasa (28/2).
Sebanyak 394 lulusan diinagurasi, yakni 320 gelar sarjana, 64 sarjana terapan, 3 magister, dan 7 doktor seni. Menyempurnakan acara wisuda juga digenapi dengan pembukaan Festival Nasional Bali Sangga Dwipantara III tahun 2023, dan orasi ilmiah dengan topik ‘Teguh Indonesia Berkepribadian’ oleh Dr Ir Hasto Kristiyanto, pidato Gubernur Bali yang juga Ketua Dewan Penyantun ISI Denpasar Dr Wayan Koster, dan sambutan Sekretaris Kementerian BUMN Susyanto SH MH mewakili Menteri BUMN Erick Thohir BA MBA.
Rektor ISI Denpasar, Prof Dr I Wayan ‘Kun’ Adnyana menjelaskan bahwa keseluruhan wisudawan sarjana dan sarjana terapan merupakan mahasiswa yang lulus Program Pembelajaran MBKM. “Generasi gemilang dengan praktik dan penerapan langsung pada Dunia Usaha-Dunia Industri (DUDI), serta pengalaman memasuki ekosistem seni dan desain yang sesungguhnya. Melibatkan 281mitra bereputasi dari kalangan DUDI, satuan pendidikan, studio maestro, sanggar seni, Desa/Kelurahan, dan Desa Adat. Mahasiswa bersama mentor dan dosen pembimbing berkolaborasi membangun visi yang sama, progresif dalam inovasi, kontekstual, dan berorientasi masa depan,” urai guru besar sejarah seni ini.
Sembari mengapresiasi kualitas lulusan ISI Denpasar, yang tidak saja cakap, kreatif, dan inovatif, mantan Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali ini menegaskan lulusan kampus seni kebanggaan Bali ini juga berkepribadian. “Dengan bangga kami melepas Generasi Gemilang Indonesia. Kayuh sauh kebhinekaan Indonesia dengan puspa ragam karya ciptamu. Mari dandani Indonesia Raya dengan kemahaindahan inovasi seni dan desain terbaru. Sejak tali toga dipindah ke sisi kanan, Kalian semua menjadi keluarga besar alumni kebanggaan ISI Denpasar,” sapa Prof Kun Adnyana disambut tepuk tangan seluruh wisudawan.
Sedangkan Dr Hasto Kristiyanto memiliki pandangan yang sama pada lulusan perguruan tinggi seni soal berkepribadian dalam kebudayaan. Doktor Geopolitik lulusan Universitas Pertahanan ini dengan menyitir pandangan Bung Karno, bahwa Indonesia yang berkepribadian dalam kebudayaan adalah garis ideologis untuk menghadirkan Indonesia yang bangga dengan karakternya, adat istiadatnya, dan kebudayaannya. Melalui revolusi mental, ditransformasikan menjadi sistem budaya sebagai bangsa besar; bangsa yang mewarnai peradaban dunia.
“Fakta empiris yang saya temukan, bahwa di Bali ini falsafah, sistem nilai, kultur, hingga tradisi masyarakatnya saling beresonansi, membikin alam ikut berbicara. Suasananya sangat khas, dimana seluruh karya seni berpadu. Hasilnya ciri-ciri kebudayaan tampil begitu menonjol. Kebudayaan menyajikan sistem nilai, tradisi, dan juga pengetahuan yang ikut memengaruhi perilaku masyarakatnya dalam keteraturan bersama. Mereka yang hadir di Bali dengan beragam budaya ikut meluruh, hingga cara berpikir, berbicara, dan perilaku dipengaruhi oleh magnet kultural Bali. Tanpa terasa proses inkulturasi dan akulturasi berjalan secara natural, saling melengkapi,” jelas Dr Hasto yang meraih predikat Summa Cumlaude Doktoral ini.
Sementara Gubernur Bali Dr Wayan Koster mengapresiasi capaian ISI Denpasar, baik kekaryaan, praktik pengetahuan, maupun perumusan wacana yang diciptakan. ISI Denpasar telah menghiasi medan seni nasional dan internasional, dan secara konsisten telah menjadikan upaya pemajuan seni budaya sebagai platform kelembagaan, yang secara organis terinternalisasi pada setiap pribadi civitas akademika. “Seiring upaya peningkatan kapasitas ISI Denpasar dalam peran pemajuan seni budaya dimaksud, saya selalu mengajak perguruan tinggi seni kebanggaan Bali ini untuk senantiasa bersinergi dengan Pemerintah Provinsi Bali,” terang mantan anggota DPR RI Dapil Bali ini.
Gubernur Bali juga menyambut baik penyelenggaraan Festival Bali Sangga Dwipantara III yang bertajuk Wahya-Waruna-Wasantara. “Mulia Samudera Nusantara, Bangun Indonesia Gemilang”, karena sejalan dengan visi pembangunan Bali yakni: Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru, khususnya dalam konteks kearifan lokal Segara Kerthi.
Sedangkan Sesmen BUMN Susyanto dalam sambutan yang disampaikan secara daring mengatakan melalui Festival Nasional Bali Sangga Dwipantara III yang diselenggarakan ISI Denpasar niscaya berkontribusi langsung dalam pembangunan industri kreatif. “Saya berharap agar keberadaan Festival Nasional Bali Sangga Dwipantara semakin menggema dengan partisipasi publik yang kian meluas, termasuk keikutsertaan aktif Badan Usaha Milik Negara,” ungkapnya.
Serangkaian pembukaan Bali Sangga Dwipantara juga dianugerahkan penghargaan Bali-Dwipantara Nata Kerthi Nugraha kepada I Wayan Pugeg (Maetro Seni Patung), Drs I Ketut Pradnya (Pendiri Museum Arsitektur Wiswakarma), Happy Salma (Artist dan Maesenas Seni), Hartanto (Penyair), I Gusti Ngurah Adi Putra (Komposer), I Gusti Ngurah Suweka SST MSi (Seniman Seni Pertunjukan), dan Drs I Made Yasana MErg (Seniman Lukis)
Bali Sangga Dwipantara III Tahun 2023 menghadirkan sebelas program unggulan, yaitu; 1) Bali-Dwipantara Widya (Mimbar Talenta Nusantara); 2) Bali-Dwipantara Adirupa (Pameran Seni Rupa Indonesia); 3) Bali-Dwipantara Adinatya (Pagelaran Virtual Nasional); 4) Bali-Dwipantara Kanti (Inisiatif Braya Nusantara); 5) Bali-Dwipantara Waskita (Seminar Republik Seni Nusantara), 6) Bali-Dwipantara Krama (Tutur Laku Nusantara); 7) Bali-Dwipantara Yatra (Sastra Desa Nusantara); 8) Bali-Dwipantara Diatmika (Mimbar Maestro Nusantara); 9) Bali-Dwipantara Karma (Nemu Gelang Nusantara); 10) Bali-Dwipantara Bhakti (Umah Bersama Nusantara); dan 11) Bali-Dwipantara Nata Kerthi Nugraha (Penghargaan).
Pada acara pembukaan serangkaian wisuda kemarin dipersembahkan tayangan film bisu Bali-Dwipantara Bhakti (Umah Bersama Nusantara) bertajuk: Sindhu-Wastu-Sadhu, yang melibatkan maestro, seniman, akademisi, dan pekerja kreatif Indonesia. Pameran Bali-Dwipantara Adirupa yang berlangsung di Nata-Citta Art Space (N-CAS). *
1
Komentar