Tuna 'Raja' Ekspor Perikanan Bali
Pada 2022, nilai ekspor tuna capai Rp 1,2 T dari total nilai ekspor perikanan Rp 1,9 T
DENPASAR,NusaBali
Nilai ekspor produk perikanan Bali tahun 2022 sebesar Rp 1,9 triliun, meningkat dibanding tahun 2021 sebesar Rp1,8 triliun. Ekspor tersebut berasal dari 9 komoditas perikanan, yakni tuna, cumi-cumi dan kakap. Selanjutnya kerapu, sarden, marlin, pedang dan udang serta lobster.
Dari ke -9 komoditas tersebut, tuna yang menjadi andalan dengan nilai ekspor paling besar, yakni 1,2 triliun pada tahun 2022 mengalami kenaikan dari Rp 1,1 triliun pada 2021.
Kepala Bidang Produksi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali, I Putu Wiwa Wirawan menyampaikan Selasa (28/2).
“Ya, memang tuna yang masih nilai ekspornya paling besar,” jelasnya.
Tuna yang diekspor dari Bali, berasal tangkapan nelayan dari beberapa wilayah perairan di Indonesia. Antara lain wilayah perairan Indonesia kawasan timur, seperti perairan Nusa Tenggara dan sekitarnya.
Kapal-kapal penangkap ikan khususnya tuna, kata Wiwa Wirawan banyak yang berangkat dari Pelabuhan Benoa. Demikian juga setelah balik, kapal-kapal ikan banyak yang bongkar muat ikan di Pelabuhan Benoa. Tidak hanya itu, pengirimannya dalam rangka eskpor juga via Pelabuhan Benoa.
“Karena itulah ekspornya tercatat di Bali,” jelas Wiwa, pejabat asal Kabupaten Bangli ini. Walaupun kata dia, tuna tersebut banyak diperoleh dari perairan laut lepas Bali.
Wiwa Wirawan juga menjelaskan tuna merupakan salah satu dari tiga komoditas yang nilai ekspornya tumbuh positif dari Sembilan komoditas perikanan. Selain tuna, nilai ekspornya yang juga bertambah adalah kakap dan ekspor ikan pedang. Sedang enam komoditas ekspor perikanan lainnya, mengalami penurunan nilai ekspor.
Lanjut Wiwa Wirawan secara keseluruhan volume ekspor produk perikanan Bali pada tahun 2022 menurun dibanding dengan volume ekspor tahun 2021.
Pada 2021 volume ekspor 908.428 ekor dan 23,129 ton. Sedangkan pada 2022, 815.58 ekor dan 22,659 ton. Namun nilai ekspor mengalami peningkatan dari Rp1,8 triliun pada 2022 naik menjadi Rp1,9 triliun pada 2022.
“Bahan baku menurun, harganya yang naik,” jelas Wiwa Wirawan.
Covid-19 diperkirakan Wiwa Wirawan berkontribusi terhadap penurunan volume ekspor produk perikanan Bali tahun 2022. Masyarakat di negara tujuan tentu memprioritaskan kebutuhan yang lebih urgent, dibanding mengimpor produk perikanan.
“Permintaan negara buyer menurun karena dampak ekonomi (sulit) global,” terang Wiwa Wirawan. Untuk diketahui negara tujuan dan unggulan ekspor perikanan Bali adalah tuna banyak diekspor ke Amerika Serikat, Thailand dan Australia.
Sementara untuk kakap, negara tujuan ekspor Australia, USA dan Taiwan. Sarden ke Kongo, Timor Leste dan Ghana. Kemudian lobster ekspornya ke Hongkong, Australia dan Singapura. Cumi-cumi diekspor ke China, Taiwan dan Vietnam. Untuk ikan kerapu; Hongkong , Taiwan dan Austraia. Sedang ikan marlin banyak diekspor ke Jepang, Taiwan dan USA. Ikan pedang ke USA, Italia dan Australia. Serta udang diekspor banyak ke Australia, USA dan Jerman. *K17.
Dari ke -9 komoditas tersebut, tuna yang menjadi andalan dengan nilai ekspor paling besar, yakni 1,2 triliun pada tahun 2022 mengalami kenaikan dari Rp 1,1 triliun pada 2021.
Kepala Bidang Produksi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali, I Putu Wiwa Wirawan menyampaikan Selasa (28/2).
“Ya, memang tuna yang masih nilai ekspornya paling besar,” jelasnya.
Tuna yang diekspor dari Bali, berasal tangkapan nelayan dari beberapa wilayah perairan di Indonesia. Antara lain wilayah perairan Indonesia kawasan timur, seperti perairan Nusa Tenggara dan sekitarnya.
Kapal-kapal penangkap ikan khususnya tuna, kata Wiwa Wirawan banyak yang berangkat dari Pelabuhan Benoa. Demikian juga setelah balik, kapal-kapal ikan banyak yang bongkar muat ikan di Pelabuhan Benoa. Tidak hanya itu, pengirimannya dalam rangka eskpor juga via Pelabuhan Benoa.
“Karena itulah ekspornya tercatat di Bali,” jelas Wiwa, pejabat asal Kabupaten Bangli ini. Walaupun kata dia, tuna tersebut banyak diperoleh dari perairan laut lepas Bali.
Wiwa Wirawan juga menjelaskan tuna merupakan salah satu dari tiga komoditas yang nilai ekspornya tumbuh positif dari Sembilan komoditas perikanan. Selain tuna, nilai ekspornya yang juga bertambah adalah kakap dan ekspor ikan pedang. Sedang enam komoditas ekspor perikanan lainnya, mengalami penurunan nilai ekspor.
Lanjut Wiwa Wirawan secara keseluruhan volume ekspor produk perikanan Bali pada tahun 2022 menurun dibanding dengan volume ekspor tahun 2021.
Pada 2021 volume ekspor 908.428 ekor dan 23,129 ton. Sedangkan pada 2022, 815.58 ekor dan 22,659 ton. Namun nilai ekspor mengalami peningkatan dari Rp1,8 triliun pada 2022 naik menjadi Rp1,9 triliun pada 2022.
“Bahan baku menurun, harganya yang naik,” jelas Wiwa Wirawan.
Covid-19 diperkirakan Wiwa Wirawan berkontribusi terhadap penurunan volume ekspor produk perikanan Bali tahun 2022. Masyarakat di negara tujuan tentu memprioritaskan kebutuhan yang lebih urgent, dibanding mengimpor produk perikanan.
“Permintaan negara buyer menurun karena dampak ekonomi (sulit) global,” terang Wiwa Wirawan. Untuk diketahui negara tujuan dan unggulan ekspor perikanan Bali adalah tuna banyak diekspor ke Amerika Serikat, Thailand dan Australia.
Sementara untuk kakap, negara tujuan ekspor Australia, USA dan Taiwan. Sarden ke Kongo, Timor Leste dan Ghana. Kemudian lobster ekspornya ke Hongkong, Australia dan Singapura. Cumi-cumi diekspor ke China, Taiwan dan Vietnam. Untuk ikan kerapu; Hongkong , Taiwan dan Austraia. Sedang ikan marlin banyak diekspor ke Jepang, Taiwan dan USA. Ikan pedang ke USA, Italia dan Australia. Serta udang diekspor banyak ke Australia, USA dan Jerman. *K17.
Komentar