Perlu Rp 450 Juta, Paguyuban Sameton Pinggan Ikut Galang Dana
Setelah event ‘Pantura Pinggan Adventure Trail’ empat bulan lalu, kembali akan digelar ‘Police Adventure Trail’, 18 Juni 2017 nanti, sebagai bagian upaya galang dana untuk Jembatan Tanggun Titi
Krama Desa Pakraman Pinggan Berjibaku Bangun Kembali Jembatan Menuju Pura Dalem Balingkang
BANGLI, NusBali
Krama Desa Pakraman Pinggan, Kecamatan Kintamani, Bangli tengah melaksanakan pembangunan skala besar terkait keberadaan Pura Dalem Balingkang. Selain membangun kembali jembatan menuju Pura Dalem Balingkang, juga memperlebar natar (halaman) Pura Tanggun Titi, yang berada di atas Beji Pura Dalem Balingkang. Paguyuban Sameton Pinggan Perantauan pun ikut bahu membahu galang dana pembangunan jembatan dan natar Pura Tanggun Titi, yang menelan biaya lebih dari Rp 450 juta ini.
Pembangunan kembali jembatan dan natar Pura Tanggun Titi menuju Pura Dalem Balingkang sudah dikerjakan selama hampir 5 bulan, sejak Februari 2017 lalu. Saat ini, pe-ngerjaan sudah memasuki tahap finishing. Jembatan menuju Pura Dalem Balingkang, yang oleh krama setempat disebut Jembatan Tanggun Titi, ini membentang arah utara-selatan pada ketinggian sekitar 25 meter dari dasar sungai yang mengelilingi Pura Dalem Balingkang.
Dalam pembangunan kembali kali ini, Jembatan Tanggun Titi bukan hanya ditambah panjangnya, namun juga lebih ditinggikan dan diperlebar. Semula, Jembatan Tanggun Titi yang dibangun sekitar tahun 1980 memiliki panjang 17 meter dengan lebar 1,5 meter. Pasca dibangun kembali kali ini, panjangnya bertambah menjadi sekiktar 22 meter, sementara lebarnya bertambah jadi 3 meter.
Panjang jembatan beton ini bertambah, karena tingginya juga dinaikkan sekitar 1,5 meter dari semula. Penambahan tinggi jembatan dilakukan sedemikian rupa, dengan cara menu-mpuk material baru di atas jembatan sebelumnya. “Selama penggarapan jembatan baru, dibuat titian darurat dari bambu di sebelah barat jembatan permanen sebelumnya,” jelas Kepala Desa (Perbekal) Pinggan, I Ketut Janji, 49, kepada NusaBali, beberapa waktu lalu.
Sedangkan natar Pura Tanggun Titi yang berada di hulu (utara bagian atas ujung Jembatan Tanggun Titi) juga diperluas dengan penyangga beton. Panjangnya tetap sekitar 50 meter, namun lebarnya ditambah kisaran 2 meter. Tepi selatan natar yang diperlebar ini berada di atas tebing sungai, dengan diberi pengaman berupa tembok dan besi.
Menurut Ketua Panitia Pembangunan Desa Pakraman Pinggan, Jro Guru Made Oka, 46, dana yang diperlukan untuk pembangunan kembali Jembatan Tanggun Titi dan natar Pura Tanggun Titi ini mencapai lebih dari Rp 450 juta. Dana sebesar itu merupakan swadaya dari krama Desa Pakraman Pinggan, termasuk juga dana punia.
Hingga saat ini, pihak Desa Pakraman Pinggan masih berupaya menggalang dana agar Jembatan Tanggun Titi dan natar Pura Tanggun Titi tuntas. “Kita harapkan banyak yang terketuk mapunia, karena jembatan ini dibangun untuk kelancaran umat sedharma yang tangkil ke Pura Dalem Balingkang, yang merupaan Pura Kahyangan Jagat,” jelas Jro Guru Oka.
Sementara, Paguyuban Sameton Pinggan Perantauan juga ikut aktif bantu menggalang dana untuk pembangunan Jembatan Tanggun Titi ini. Salah satunya, jadi motor penggerak Desa Pakraman Pinggan menggelar kegiatan otomotif off road. Bahkan, off road ini dua kali diselenggarakan. Pertama, 12 Februari 2017 lalu. Kemudian, kegiatan serupa dengan skala lebih besar akan digelar 18 Juni 2017 mendatang.
Dalam off road pertama bertajuk ‘Pantura Pinggan Adventure Trail’, 12 Februari 2017 lalu, Paguyuban Sameton Pinggan Perantauan dan Desa Pakraman Pinggan menggandeng Club Ghost Tracker sebagai event organizer. Ada 800 peserta dari seluruh Bali ikut meramaikan off road mengelilingi wilayah Desa Pinggan---sisi utara berbatasan langsung dengan desa-desa wilayah Kecamatan Tejakula, Buleleng seperti Desa Sambirenteng, desa Geretek, Desa Tembok), sisi barat berbatasan dengan Desa Sukawana (Kecamatan Kintamani, Bangli), sisi selatan berbatasan dengan Desa Songan (Kecamatan Kintamani, Bangli), dan sisi timur berbatasan dengan Desa Belandingan (Kecamatan Kintamani, Bangli.
Sedangkanoff road kedua bertajuk ‘Police Adventure Trail (PAT)’, 18 Juni 2017 nanti, digelar Polda Bali. Start dan finish PAT nanti akan dilakukan di Jaba Pura Bale Agung Desa Pakraman Pinggan. Kegiatan PAT bakal dimulai sejak pagi pukul 08.00 Wita. Ada pengundian hadian 1 unit Trail KLK, 1 unit Mini Trail, 1 unit Mobil Aki, serta puluhan door prize. “Kita harapkan dari kegiatan PAT nanti bisa dapat pemasukan untuk punia Jembatan Tanggun Titi,” ujar salah satu pentolan Paguyuban Sameton Pinggan Perantauan, Made Rimben, 40.
Jembatan Tanggun Titi sendiri dulunya merupakan titian yang terbuat dari bambu. Barulah sekitar tahun 1980, dibangun jembatan permanen dari beton dengan panjang 17 meter dan lebar 1,5 meter. Berdasarkan cerita yang diwarisi secara turun temurun dari para tetua, ketika era kerajaan, tidak ada titian menuju Pura Dalem Balingkang. Yang ada hanya titian kayu yang hanya dipasang saat-saat tertentu. Ketiga keluarga kerajaan telah masuk ke istana yang kini bernama Pura Dalem Balingkang, titian kayu itu ditarik ke dalam, sehingga orang luar tidak mungkin bisa masuk.
Sekadar dicatat, Pura Dalem Balingkang memiliki luas areal sekitar 16 hektare, yang dilingkari tukad (sungai) cukup dalam. Pura Dalem Balingkang persis seperti benteng. Maklum, Pura Dalem Balingkang merupakan salah satu pura tua warisan zaman Raja Sri Aji Jaya Pangus, penguasa Bali Dwipa yang beristrikan putri China, Kang Cing We.
Istana Kerajaan Bali Dwipa di zaman Raja Sri Aji Jaya Pangus berada di puri yang sekarang menjadi Pura Dalem Balingkang. Di Pura Dalem Balingkang pula tempat berdirinya Palinggih Ratu Ayu Subandar, yang dibangun sebagai stana dan memuliakan Kang Cing We. Sedangkan beji di bawah Jembatan Tanggun Titi dan Pura Tanggun Titi, dulunya merupakan permandian keluarga istana. Raja Sri Aji Jaya Pangus sendiri berkuasa di Bali jauh sebelum pemerintahan Raja Udayana.
Karya Pujawali Pura Dalem Balingkang dilaksanakan setahun sekali dengan puncaknya pada Purnamaning Kalima. Puncak karya pujawali ditandai dengan prosesi ritual Mapepada, yang secara turun temurun harus dipuput oleh Jero Kubayan Kiwa dari Desa Pakraman Sukawana, Kecamatan Kintamani. Jero Kubayan Kiwa pula yang nuek (menusuk) Kebo bertanduk emas, hewan kurban berupa kerbau yang oleh krama setempat disebut Jero Gede, saat upacara Mapepada.
Prosesi Mapepada dengan ritual mengarak Kebo bertanduk emas mengelilingi pura tiga kali putaran. Prosesi Mapepada biasanya melibatkan krama pangempon, krama penyung-sung, dan krama banua Pura Dalem Balingkang, yang berasal dari berbagai kabupaten berbeda. Misalnya, krama Desa Pakraman Pinggan (Kecamatan Kintamani, Bangli), Desa Pakraman Siakin (Kecamatan Kintamani, Bangli), Desa Pakraman Sambirenteng (Kecamatan Tejakula, Buleleng), Desa Pakraman Les-Penuktukan (Kecamatan Tejakula, Buleleng), dan Desa Pakraman Petak (Kecamatan Gianyar). *nar
Komentar