Tabanan Dinobatkan sebagai Kabupaten dengan Indeks Ketahanan Pangan Terbaik
Raih Penghargaan Tingkat Nasional
TABANAN, NusaBali
Keberhasilan
Pemkab Tabanan meningkatkan ketahanan pangan wilayah, berbuah
penghargaan tingkat nasional. Kepala Badan Pangan Nasional memberikan
anugerah ‘Kabupaten dengan Indeks Ketahanan Pangan Terbaik I Tahun 2022’
dengan Indeks Ketahanan Pangan (IKP) sebesar 92,20.
Piagam penghargaan tersebut diterima langsung Kadis Ketahanan Pangan Kabupaten Tabanan Ni Dewa Ayu Putu Sri Widyanti di IPB International Convention Center Bogor, Jawa Barat, Selasa (28/2).
Bupati Tabanan Komang Gede Sanjaya mengucap syukur atas penghargaan tersebut. Sebab, selama dua tahun memimpin Tabanan, Tabanan masih tetap bisa mempertahankan ketahanan pangan terbaik se-Indonesia. Hal ini adalah salah satu bukti, bahwa semua komponen masyarakat Tabanan bergerak dan mampu mempertahankan ketahanan serta kedaulatan pangannya. "Ini juga menjadi indikator bahwa dari segi pangan, Tabanan memang layak untuk menjadi lumbung pangannya Bali," ujarnya.
Bupati Sanjaya berharap penghargaan ini menjadikan Pemkab Tabanan untuk bekerja lebih serius, tulus dan fokus ke depannya. Karena masalah ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan ekonomi, kesehatan dan pembangunan manusia di Tabanan guna menuju Tabanan Era Baru yang Aman Unggul Madani (AUM).
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Ni Dewa Ayu Putu Sri Widyanti menyatakan, Tabanan berhasil meraih kembali sekaligus mempertahankan peringkat ketahanan pangan terbaik I dengan IKP 92,20. Jumlah IKP ini meningkat dari tahun sebelumnya di tahun 2021 mencapai 90,17. "Angka 92,20 merupakan komposit dari 3 aspek penting ketahanan pangan," katanya.
Menurut dia, penghargaan didapat berkat kerja bersama, kolaborasi lintas sektoral yang ada di Kabupaten Tabanan. Ada beberapa indikator yang digunakan sebagai tolak ukur komposit atau kondisi ketahanan pangan di suatu wilayah atau daerah dan nilai tersebut menunjukkan capaian ketahanan pangan serta gizi di wilayah atau daerah. "Ada 3 indikator pertama ketersediaan pangan, keterjangkauan pangan dan pemanfaatan pangan," tegasnya.
Dijelaskan dari aspek ketersediaan pangan ada satu indikator yaitu rasio konsumsi normatif terhadap produksi beras, jagung, ubi jalar, ubi kayu, sagu, dan stok beras pemerintah. Dari aspek keterjangkauan pangan adalah presentase penduduk dibawah garis kemiskinan, presentase rumah tangga dengan pengeluaran untuk pangan lebih dari 65 persen terhadap total pengeluaran dan presentase rumah tangga tanpa aliran listrik.
Dan indikator dari aspek pemanfaatan pangan diantaranya, rata-rata perempuan bersekolah di atas 15 tahun, presentase rumah tangga tanpa akses air bersih, rasio jumlah penduduk per tenaga kesehatan terhadap tingkat kepadatan penduduk, persentase balita stunting serta angka harapan hidup pada saat lahir. "Itulah indikator-indikator yang dipakai untuk menentukan indek ketahanan pangan di suatu wilayah atau daerah. Sudah barang tentu, ini adalah sukses kita bersama," ungkap Sri Widyanti. *des
Komentar