Polisi Didesak Ungkap Kasus Pembuangan Bayi
DENPASAR, NusaBali
Penemuan bayi yang diduga sengaja dibuang orangtuanya kembali terjadi di Bali. Kali ini mayat bayi ditemukan mengambang di saluran irigasi subak di kawasan Penatih, Denpasar Timur, Kota Denpasar, Rabu (1/3).
Banyak pihak prihatin dan mengingatkan membuang bayi ataupun orok adalah termasuk pembunuhan keji. Ketua Komisi Penyelenggara Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Provinsi Bali, Ni Luh Gede Yastini mendorong agar setiap kasus pembuangan bayi atau orok pelakunya bisa segera ditemukan dan dihukum sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku. "Tentu kita selalu berharap bahwa setiap kasus pembuangan bayi bisa didapat pelakunya. Kepolisian nanti bisa menelusuri siapa yang melahirkan, mungkin nanti bisa ditelusuri yang melakukan pembuangan," ujar Yastini saat dihubungi NusaBali, Kamis (2/3).
Menurut pengamatan Yastini, kasus penemuan mayat bayi terakhir di kawasan Penatih, Denpasar Timur merupakan kasus penemuan orok atau bayi kedua pada tahun ini. Dia mengaku prihatin banyak kasus pembuangan bayi atau orok yang belum terungkap selama ini. Dalam catatannya selama tahun 2022 telah terjadi 12 kasus pembuangan bayi atau orok yang sebagian belum terungkap kasusnya.
Masyarakat juga diharapkan bisa membantu pihak kepolisian dengan memperhatikan orang-orang di lingkungan mereka yang barangkali pernah hamil, namun kemudian tidak jelas kelahiran anaknya. "Dalam artian siapa yang mencurigakan tiba-tiba ada orang yang sebelumnya hamil kok tiba-tiba tidak jelas anaknya," ujarnya.
Lebih jauh Yastini mengajak masyarakat melihat kasus pembuangan bayi ataupun orok sebagai kejahatan kemanusiaan yang tidak kalah seriusnya dibanding pelecehan seksual terhadap anak yang selama ini kerap lebih jadi atensi masyarakat. "Mari kita memberikan respon yang sama, karena keduanya sama-sama membunuh kemanusiaan," ujar Yastini.
Terpisah, apa yang dilakukan Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara yang turun dan mendoakan mayat bayi sejalan dengan pandangan psikiater senior sekaligus praktisi meditasi Prof Dr Luh Ketut Suryani SpKJ. Menurut Prof Suryani pembuangan bayi atau orok berpotensi mengganggu kejiwaan orangtua dari bayi yang dibuang tersebut.
"Itu manusia bukan benda. Begitu ada pertemuan sperma dan sel telur itu sudah ada roh, kalau sudah ada roh itu manusia,” tekan Prof Suryani. Menurutnya roh bayi yang dibuang tersebut masih akan tetap hidup dan akan terus mengingatkan orangtuanya bahwa dirinya tetap ada. Ia menambahkan gangguan jiwa kerap dialami orangtua yang menggugurkan kandungan ataupun membuang bayi yang dilahirkannya.
"Setelah kami selidiki ternyata roh-roh inilah yang mengganggu membuat gangguan jiwa. Jadi orang Bali harus tetap ingat bahwa janin itu satu haripun dibuat kemudian digugurkan itu membunuh anak menurut konsep Bali, karena kita percaya ada spirit roh atau atma," ungkap pendiri Suryani Institute for Mental Health (SIMH) ini.
Prof Suryani pun meminta orangtua yang pernah keguguran atau dengan sengaja menggugurkan kandungan tidak melupakan anak yang digugurkan. Tidak perlu melakukan ritual mahal cukup dengan meditasi hening memanggil jiwa sang anak, mendoakan, dan tidak melupakannya. "Sekarang kita sudah memandang kesehatan itu mind, body, dan spirit dulu kan cuma mind, body saja," tutupnya.
Seperti diberitakan warga di seputaran irigasi subak Jalan Padma Gang XI, Kelurahan Penatih, Kecamatan Denpasar Timur, Denpasar, Rabu (1/3) pukul 07.00 Wita, mendadak heboh. Salah seorang warga I Made Sudiana menemukan mayat bayi mengapung di saluran irigasi. Mayat yang sudah membusuk itu ditemukan secara tak sengaja oleh Made Sudiana yang seorang pensiunan PNS saat membuang air cucian piring. Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara yang kebetulan lewat TKP pun sempat berhenti dan menghatur banten pejatian untuk mendoakan bayi tersebut. *cr78
Komentar