Balai Bahasa Wajibkan Guru dan Siswa Tulis Cerita Anak
AMLAPURA, NusaBali
Balai Bahasa Provinsi Bali menggelar bimtek penulisan cerita anak dengan mengundang guru dan siswa.
Semua peserta bimtek wajib membuat karya tulis cerita anak. Lanjut, semua karya tulis tersebut dipresentasikan, untuk dapat penyempurnaan dari peserta lain. Pemateri Benny Ramdhani yang memandu bimtek tersebut di Aula Kantor Kementerian Agama Karangasem Jalan Untung Surapati Amlapura, Kamis (2/3).
Benny memaparkan seluruh peserta yang menulis cerita anak dibagi beberapa jenjang. Jenjang A, cerita anak untuk pembaca pemula 0 - 7 tahun, jenjang karya cerita anak B-1 untuk pembaca awal umur 6 - 8 tahun, B-2 untuk umur 7-9 tahun, B-3 untuk umur 8-10 tahun, C untuk pembaca umur 10-12 tahun, dan seterusnya.
Semua peserta bimtek, jelas dia, bebas menulis cerita anak sesuai jenjang yang tersedia. Ketentuan dalam menulis cerita anak, misalnya untuk jenjang B-1, tiap kalimat maksimal terdiri dari 5 kata, cerita yang tertulis 16-20 halaman. Jenjang B-2 tiap kalimat maksimal 7 kata, total cerita anak 20-24 halaman.
"Nanti karya cerita anak dibukukan, terbagi dua bahasa, bahasa Indonesia dan bahasa Bali. Buku tersebut juga nantinya berisikan ilustrator guna menambah daya tarik anak-anak untuk membaca," katanya.
Koordinator Bimtek dari Balai Bahasa Provinsi Bali Nyoman Sutrisna juga mengatakan, nanti semua karya cerita anak akan dibukukan. “Tentu, setelah kami terjemahkan ke Bahasa Bali. Dalam buku itu kami sertakan ilustrasi, gambar-gambar dalam cerita menyesuaikan dengan isi cerita," jelas Nyoman Sutrisna.
Kata dia, kegiatan ini baru pertama. Sebelumnya, Balai Bahasa Provinsi Bali menggelar sayembara penulisan cerita anak, dan kali ini mengundang guru, siswa dan peserta umum, untuk ikut berkarya.
Kasek SMPN 2 Abang Dr I Wayan Sarya MPd mengaku ikut bimtek agar memahami teknis penulisan cerita anak. Dia mengaku selama ini hanya terbiasa menulis karya ilmiah. "Menulis cerita anak kan beda dengan karya ilmiah. Cerita anak, agar ceritanya merakyat, gampang dimengerti dengan bahasa sangat sederhana, dan menarik minat baca," katanya.
Guru SMAN Bebandem Ni Wayan Adnyani juga mengaku, menulis cerita anak berjudul Gelung Rejang. Gelung ini, jelas dia, identik dengan anak-anak yang mulai ngayah ngarejang. Setidaknya anak-anak tertarik membaca, ingin tahu gelung rejang itu, cara membuatnya, dan kapan penggunaannya. "Saya menulis cerita anak untuk jenjang B-1, pembaca pemula," tambah Adnyani.*k16
Komentar