Rekayasa Padi Merah Munduk Terhambat
Dengan dibubarkannya lembaga Batan, proses pengujian rekayasan beras merah akan dilanjutkan secara personal.
SINGARAJA, NusaBali
Program rekayasa genetik padi beras merah Munduk terancam gagal. Pasalnya Badan Tenaga Atom Nasional (Batan) yang memfasilitasi program rekayasa genetik ini sudah dibubarkan pemerintah pusat di tengah proses pengujian.
Rekayasa genetik padi beras merah Munduk yang dikembangkan petani Desa Munduk, Kecamatan Banjar Buleleng diinisiasi Dinas Pertanian untuk mendapatkan produktivitas yang lebih tinggi. Selain itu juga akan cocok di tanam di daerah lain wilayah Buleleng dengan masa panen yang lebih singkat.
Penelitian dan pengujian padi beras merah Munduk ini pun dimulai sejak tahun 2019 silam. Dinas Pertanian dan Batan bekerjasama melakukan pengujian dengan menanam benih padi merah yang sudah mendapat perlakuan khusus dari Batan. Terakhir penanaman dalam proses pengujian baru berjalan di tahap keempat dari total enam tahapan yang harus dilakukan.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng I Made Sumiarta Minggu (5/3) kemarin menerangkan proses pengujian rekayasa genetik padi beras merah Munduk masih menyisakan dua periode tanam lagi. Hingga akhirnya dievaluasi apakah dinyatakan berhasil dan dirilis bibitnya atau malah gagal.
“Memang kerjasama dengan Batan terputus karena lembaganya sudah tidak ada. Tetapi program rekayasa genetik ini masih kami lanjutkan dengan bimbingan tetap dilakukan secara personal. Setelah 6 periode pengujian tuntas akan dilihat kembali dan dievaluasi. Kalau masih seperti dulu belum bisa dilepas menjadi varietas,” terang Sumiarta.
Sebelumnya varietas ini hanya bisa hidup subur dengan rasa nasi yang harum setelah dimasak di kawasan Desa Munduk dan sekitarnya. Empat tahun terakhir dengan teknologi pertanian rekayasa genetik, benih beras merah ini disesuaikan untuk dapat dikembangkan di daerah lain Kabupaten Buleleng. Terutama di daerah dataran tinggi dengan suplai air irigasi stabil, seperti Subak Cengana, Subak Sambangan di Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada.
Sumiarta menambahkan, dalam program rekayasa genetik ini masih menunggu dua kali pengujian lanjutan. Sehingga ke depannya benih yang dikembangkan dan dipatenkan adalah benih yang terbaik dari enam kali pengujian yang telah dilakukan. *k23
Rekayasa genetik padi beras merah Munduk yang dikembangkan petani Desa Munduk, Kecamatan Banjar Buleleng diinisiasi Dinas Pertanian untuk mendapatkan produktivitas yang lebih tinggi. Selain itu juga akan cocok di tanam di daerah lain wilayah Buleleng dengan masa panen yang lebih singkat.
Penelitian dan pengujian padi beras merah Munduk ini pun dimulai sejak tahun 2019 silam. Dinas Pertanian dan Batan bekerjasama melakukan pengujian dengan menanam benih padi merah yang sudah mendapat perlakuan khusus dari Batan. Terakhir penanaman dalam proses pengujian baru berjalan di tahap keempat dari total enam tahapan yang harus dilakukan.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng I Made Sumiarta Minggu (5/3) kemarin menerangkan proses pengujian rekayasa genetik padi beras merah Munduk masih menyisakan dua periode tanam lagi. Hingga akhirnya dievaluasi apakah dinyatakan berhasil dan dirilis bibitnya atau malah gagal.
“Memang kerjasama dengan Batan terputus karena lembaganya sudah tidak ada. Tetapi program rekayasa genetik ini masih kami lanjutkan dengan bimbingan tetap dilakukan secara personal. Setelah 6 periode pengujian tuntas akan dilihat kembali dan dievaluasi. Kalau masih seperti dulu belum bisa dilepas menjadi varietas,” terang Sumiarta.
Sebelumnya varietas ini hanya bisa hidup subur dengan rasa nasi yang harum setelah dimasak di kawasan Desa Munduk dan sekitarnya. Empat tahun terakhir dengan teknologi pertanian rekayasa genetik, benih beras merah ini disesuaikan untuk dapat dikembangkan di daerah lain Kabupaten Buleleng. Terutama di daerah dataran tinggi dengan suplai air irigasi stabil, seperti Subak Cengana, Subak Sambangan di Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada.
Sumiarta menambahkan, dalam program rekayasa genetik ini masih menunggu dua kali pengujian lanjutan. Sehingga ke depannya benih yang dikembangkan dan dipatenkan adalah benih yang terbaik dari enam kali pengujian yang telah dilakukan. *k23
Komentar