Kedelai Belum Berkembang di Gianyar
GIANYAR, NusaBali
Pertanian kacang kedelai belum berkembang di Kabupaten Gianyar. Padahal komoditas ini relatif potensial sebagai bahan baku tempe, kue hingga bahan makanan seperti kecap.
Berdasarkan data Dinas Pertanian Gianyar, rata-rata hasil kedelai pertanian di Gianyar hanya 27 ton per tahun. Angka tersebut jauh di bawah beras, yang rata-rata di angka 500.000 ton per tahun.
Minimnya hasil produksi kedelai ini menyebabkan kebutuhan kedelai selama ini didatangkan dari luar daerah. Plt Kabid Holtikultura dan Tanaman Pangan Dinas Pertanian Gianyar, Gusti Ayu Ririn mengungkapkan untuk masa tanam tahun 2023 ini, petani Gianyar belum ada yang terpantau menanam komoditi kedelai. Karena itu, otomatis pasokan kedelai lokal didatangkan dari luar Gianyar. Sedangkan kedelai untuk rebus, biasanya didatangkan dari Kabupaten Klungkung. "Ini komoditi kedelai, masih sangat minim produksinya, yang bahkan secara umun masih impor," jelas Gusti Ayu Ririn, Minggu (5/3).
Dia membenarkan rata-rata produksi kedelai per tahun hanya mencapai 27 ton. Gusti Ayu Ririn mengkalkulasi bahwa jumlah tersebut belum bisa memenuhi bahan baku kue, tempe, dan produk lain. "Hasil pertanian kedelai kita masih sangat kecil," ujar Gusti Ayu Ririn.
Menurut Gusti Ayu Ririn, selama ini kedelai hanya ditanam saat masa jeda padi. Namun dalam masa yang disebut masa itu, petani saat ini cenderung menanam jagung. "Sekarang ini hampir di seluruh kecamatan masa tanam padi. Kalau dalam masa jeda, biasanya petani lebih cenderung ke jagung, karena lebih mudah dijual," ujar Gusti Ayu Ririn. *nvi
Minimnya hasil produksi kedelai ini menyebabkan kebutuhan kedelai selama ini didatangkan dari luar daerah. Plt Kabid Holtikultura dan Tanaman Pangan Dinas Pertanian Gianyar, Gusti Ayu Ririn mengungkapkan untuk masa tanam tahun 2023 ini, petani Gianyar belum ada yang terpantau menanam komoditi kedelai. Karena itu, otomatis pasokan kedelai lokal didatangkan dari luar Gianyar. Sedangkan kedelai untuk rebus, biasanya didatangkan dari Kabupaten Klungkung. "Ini komoditi kedelai, masih sangat minim produksinya, yang bahkan secara umun masih impor," jelas Gusti Ayu Ririn, Minggu (5/3).
Dia membenarkan rata-rata produksi kedelai per tahun hanya mencapai 27 ton. Gusti Ayu Ririn mengkalkulasi bahwa jumlah tersebut belum bisa memenuhi bahan baku kue, tempe, dan produk lain. "Hasil pertanian kedelai kita masih sangat kecil," ujar Gusti Ayu Ririn.
Menurut Gusti Ayu Ririn, selama ini kedelai hanya ditanam saat masa jeda padi. Namun dalam masa yang disebut masa itu, petani saat ini cenderung menanam jagung. "Sekarang ini hampir di seluruh kecamatan masa tanam padi. Kalau dalam masa jeda, biasanya petani lebih cenderung ke jagung, karena lebih mudah dijual," ujar Gusti Ayu Ririn. *nvi
Komentar