Tradisi Tek-Tekan Nangluk Merana Siap Digelar Desa Adat Kediri
TABANAN, NusaBali
Sempat vakum karena pandemi Covid-19, Desa Adat Kediri, Tabanan, kembali menggelar tradisi Tek-Tekan Nangluk Merana serangkaian Hari Raya Nyepi.
Tradisi bakal digelar empat hari melibatkan seluruh krama Kediri. Sebagai titik pentas Desa Adat Kediri bakal melaksanakan di depan kantor Dinas Perhubungan Tabanan di Jalan Wagimin, Kediri.
Tek-tekan akan digelar pada 17, 18, 19, 20 Maret dan khusus 21 Maret saat Pangerupukan. Sesuai sangkep (rapat) dengan seluruh prajuru di tujuh banjar, tradisi turun temurun ini dilakukan malam hari mulai pukul 19.30 Wita. Dalam pementasan ini, tujuh banjar itu dibagi dua kelompok.
Rinciannya, kelompok A terdiri dari Banjar Delod Puri, Banjar Pande, Banjar Tanjung Bungkak, dan Banjar Puseh. Kemudian kelompok B terdiri dari Banjar Panti, Banjar Jagasatru, dan Banjar Sema. Tiap kelompok ini akan pentas sebanyak dua kali.
Bendesa Adat Kediri Ida Bagus Ketut Arsana mengatakan tradisi kembali dilaksanakan berdasarkan aspirasi krama. Selain itu untuk menjalankan tradisi secara turun temurun. “Yang akan terlibat dalam tradisi selama empat hari ini adalah seluruh krama, baik anak-anak, ibu-ibu PKK hingga remaja,” ujarnya, Selasa (7/3).
Kata dia, titik pentas akan diselenggarakan di depan kantor Dinas Perhubungan. Mulanya pementasan dilaksanakan di depan Kantor Camat Kediri, namun sesuai pengalaman mengakibatkan lalulintas tambah krodit karena akan dilakukan penutupan jalan selama pementasan. “Untuk itu kami putuskan di depan kantor Dinas Perhubungan sehingga hanya menutup lalulintas ke timur saja, dan bisa dialihkan ke barat,” ujar Arsana.
Menurutnya sebelum menuju titik pentas, peserta tradisi tek-tekan akan mengelilingi banjarnya masing-masing lengkap dengan membawa kentongan, okokan (keroncongan sapi besar), seperangkat gambelan, tedung, dan lain-lainnya.
Tujuannya untuk mengusir merana (penyakit). Sebab radisi Tek-Tekan Nangkuk Merana adalah sebuah ritual sakral yang dipercaya Desa Adat Kediri untuk mengusir wabah penyakit atau hama. Setelah keliling di banjarnya masing-masing, kemudian menuju titik pementasan. “Kami sediakan waktu 15 menit tiap banjar untuk pentas membawakan kreativitas yang dibuat,” tegasnya.
Arsana menambahkan, setelah pementasan digelar selama empat hari, tradisi tek-tekan juga akan digelar saat Hari Pangerupukan. Namun mekanismenya berbeda. Saat Pangerupukan, yang akan ditampilkan hanya okokan saja tidak melibatkan anak-anak maupun ibu-ibu. “Saat Pangerupukan ini tujuh banjar terlibat titik kumpul di depan Puri Kediri kemudian menuju Catus Pata Kediri,” ucap Arsana.
Dia pun berharap dengan digelarnya tradisi Tek-Tekan Nangkluk Merana ini seluruh hama dan penyakit di wewidangan Desa Adat Kediri ternetralisir sehingga saat perayaan Nyepi menjadi harmonis aman dan tenteram. “Sebelum pentas, masing-masing banjar pada 15 dan 16 Maret melakukan pemanasan di wilayahnya masing-masing,” tambahnya.
Dengan digelar Tek-Tekan Nangkluk Merana itu, Desa Adat Kediri pada setiap perayaan Nyepi tidak membuat ogoh-ogoh. *des
Tek-tekan akan digelar pada 17, 18, 19, 20 Maret dan khusus 21 Maret saat Pangerupukan. Sesuai sangkep (rapat) dengan seluruh prajuru di tujuh banjar, tradisi turun temurun ini dilakukan malam hari mulai pukul 19.30 Wita. Dalam pementasan ini, tujuh banjar itu dibagi dua kelompok.
Rinciannya, kelompok A terdiri dari Banjar Delod Puri, Banjar Pande, Banjar Tanjung Bungkak, dan Banjar Puseh. Kemudian kelompok B terdiri dari Banjar Panti, Banjar Jagasatru, dan Banjar Sema. Tiap kelompok ini akan pentas sebanyak dua kali.
Bendesa Adat Kediri Ida Bagus Ketut Arsana mengatakan tradisi kembali dilaksanakan berdasarkan aspirasi krama. Selain itu untuk menjalankan tradisi secara turun temurun. “Yang akan terlibat dalam tradisi selama empat hari ini adalah seluruh krama, baik anak-anak, ibu-ibu PKK hingga remaja,” ujarnya, Selasa (7/3).
Kata dia, titik pentas akan diselenggarakan di depan kantor Dinas Perhubungan. Mulanya pementasan dilaksanakan di depan Kantor Camat Kediri, namun sesuai pengalaman mengakibatkan lalulintas tambah krodit karena akan dilakukan penutupan jalan selama pementasan. “Untuk itu kami putuskan di depan kantor Dinas Perhubungan sehingga hanya menutup lalulintas ke timur saja, dan bisa dialihkan ke barat,” ujar Arsana.
Menurutnya sebelum menuju titik pentas, peserta tradisi tek-tekan akan mengelilingi banjarnya masing-masing lengkap dengan membawa kentongan, okokan (keroncongan sapi besar), seperangkat gambelan, tedung, dan lain-lainnya.
Tujuannya untuk mengusir merana (penyakit). Sebab radisi Tek-Tekan Nangkuk Merana adalah sebuah ritual sakral yang dipercaya Desa Adat Kediri untuk mengusir wabah penyakit atau hama. Setelah keliling di banjarnya masing-masing, kemudian menuju titik pementasan. “Kami sediakan waktu 15 menit tiap banjar untuk pentas membawakan kreativitas yang dibuat,” tegasnya.
Arsana menambahkan, setelah pementasan digelar selama empat hari, tradisi tek-tekan juga akan digelar saat Hari Pangerupukan. Namun mekanismenya berbeda. Saat Pangerupukan, yang akan ditampilkan hanya okokan saja tidak melibatkan anak-anak maupun ibu-ibu. “Saat Pangerupukan ini tujuh banjar terlibat titik kumpul di depan Puri Kediri kemudian menuju Catus Pata Kediri,” ucap Arsana.
Dia pun berharap dengan digelarnya tradisi Tek-Tekan Nangkluk Merana ini seluruh hama dan penyakit di wewidangan Desa Adat Kediri ternetralisir sehingga saat perayaan Nyepi menjadi harmonis aman dan tenteram. “Sebelum pentas, masing-masing banjar pada 15 dan 16 Maret melakukan pemanasan di wilayahnya masing-masing,” tambahnya.
Dengan digelar Tek-Tekan Nangkluk Merana itu, Desa Adat Kediri pada setiap perayaan Nyepi tidak membuat ogoh-ogoh. *des
1
Komentar