Distributor dan Pengecer Beras Disidak
Solusi menstabilkan harga dengan beras SPHP sudah berhasil, namun saat ini pasokan beras SPHP di distributor dan pedagang eceran sedang kosong.
SINGARAJA, NusaBali
Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Kabupaten Buleleng melakukan inspeksi mendadak (sidak) kepada distributor dan pengecer beras di sejumlah pasar tradisional yang ada di Buleleng. Pengecekan dilakukan karena harga beras di pasaran masih tinggi.
Pengecekan ketersediaan pasokan beras ini dilakukan sejak Selasa (7/3) dan Rabu (8/3) kemarin. Dari 1 distributor dan 13 pengecer beras di pasar tradisional, ketersediaan dan pasokan beras masih stabil. Namun beras Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) keluaran Badan Usaha Logistik (Bulog) sedang kosong. SPHP ini sempat menurunkan harga beras di pasaran, karena harga untuk satu sak isian 5 kilogram hanya Rp 47.000.
Sedangkan kondisi harga beras saat ini untuk kualitas medium berkisar Rp 11.000 per kilogramnya. Harga ini pun masih di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 10.000. Bahkan kenaikan harga beras premium lebih parah. Dari HET Rp 12.000 per kilogram, kini harga di pasaran Rp 13.500.
Kepala DKPP Buleleng I Gede Putra Aryana ditemui di ruang kerjanya usai pemantauan mengatakan solusi pemerintah untuk menstabilkan harga dengan beras SPHP dinilai sudah berhasil. Hanya saja saat ini pasokan beras SPHP di distributor dan pedagang eceran sedang kosong.
“Pasokan beras SPHP sedang kosong saat ini. Terakhir kuota Bulog untuk Buleleng sebanyak 3,2 ton. Beras SPHP ini cukup efektif menurunkan harga beras, tetapi saat ini karena sedang kosong, harga kembali naik,” terang Putra Aryana.
Menurutnya kenaikan harga beras ini karena pasokan beras lokal Buleleng sedang kosong. Petani padi di Buleleng baru akan memasuki panen raya pada akhir Maret hingga awal April mendatang, sehingga saat ini beras-beras yang beredar di masyarakat saat ini rata-rata didatangkan dari luar Bali.
Kendala lain yang dialami Buleleng dalam penyiapan beras secara konsisten dari petani lokal, karena masih kurangnya mesin pengering padi. Sehingga gabah-gabah petani saat musim panen raya tidak bisa terserap maksimal di penyosohan-penyosohan beras di Buleleng. Sebagian gabah masih dibeli oleh pengepul luar Buleleng.
Terkait dengan kondisi tersebut, DKPP mengaku akan segera mendatangi rumah-rumah penyosohan beras di Buleleng. “Segera nanti kami akan turun ke penyosohan-penyosohan beras, mengecek kondisi di lapangan, apakah masih ada gabah keluar dan dibeli pengepul luar. Karena beberapa kasus terkadang selain keterbatasan mesin pengering di penyosohan, padi-padi petani sudah dipajeg (perjanjian jual beli di awal tanam) oleh pengepul-pengepul,” ungkap mantan Camat Busungbiu ini. *k23
Pengecekan ketersediaan pasokan beras ini dilakukan sejak Selasa (7/3) dan Rabu (8/3) kemarin. Dari 1 distributor dan 13 pengecer beras di pasar tradisional, ketersediaan dan pasokan beras masih stabil. Namun beras Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) keluaran Badan Usaha Logistik (Bulog) sedang kosong. SPHP ini sempat menurunkan harga beras di pasaran, karena harga untuk satu sak isian 5 kilogram hanya Rp 47.000.
Sedangkan kondisi harga beras saat ini untuk kualitas medium berkisar Rp 11.000 per kilogramnya. Harga ini pun masih di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 10.000. Bahkan kenaikan harga beras premium lebih parah. Dari HET Rp 12.000 per kilogram, kini harga di pasaran Rp 13.500.
Kepala DKPP Buleleng I Gede Putra Aryana ditemui di ruang kerjanya usai pemantauan mengatakan solusi pemerintah untuk menstabilkan harga dengan beras SPHP dinilai sudah berhasil. Hanya saja saat ini pasokan beras SPHP di distributor dan pedagang eceran sedang kosong.
“Pasokan beras SPHP sedang kosong saat ini. Terakhir kuota Bulog untuk Buleleng sebanyak 3,2 ton. Beras SPHP ini cukup efektif menurunkan harga beras, tetapi saat ini karena sedang kosong, harga kembali naik,” terang Putra Aryana.
Menurutnya kenaikan harga beras ini karena pasokan beras lokal Buleleng sedang kosong. Petani padi di Buleleng baru akan memasuki panen raya pada akhir Maret hingga awal April mendatang, sehingga saat ini beras-beras yang beredar di masyarakat saat ini rata-rata didatangkan dari luar Bali.
Kendala lain yang dialami Buleleng dalam penyiapan beras secara konsisten dari petani lokal, karena masih kurangnya mesin pengering padi. Sehingga gabah-gabah petani saat musim panen raya tidak bisa terserap maksimal di penyosohan-penyosohan beras di Buleleng. Sebagian gabah masih dibeli oleh pengepul luar Buleleng.
Terkait dengan kondisi tersebut, DKPP mengaku akan segera mendatangi rumah-rumah penyosohan beras di Buleleng. “Segera nanti kami akan turun ke penyosohan-penyosohan beras, mengecek kondisi di lapangan, apakah masih ada gabah keluar dan dibeli pengepul luar. Karena beberapa kasus terkadang selain keterbatasan mesin pengering di penyosohan, padi-padi petani sudah dipajeg (perjanjian jual beli di awal tanam) oleh pengepul-pengepul,” ungkap mantan Camat Busungbiu ini. *k23
1
Komentar