Pemulihan Mulai Terlihat, Namun Belum Optimal
Desa Wisata Mulai Menggeliat Pasca Dibukanya Kembali Pariwisata Bali
Dinas Pariwisata Provinsi Bali terus melakukan pembinaan terhadap desa wisata di Bali yang kini tercatat 230 desa wisata dengan karakteristik masing-masing.
DENPASAR, NusaBali
Kondisi desa wisata (Dewi) di Bali mulai membaik pasca pandemi Covid-19. Dalam arti kunjungan wisatawan, baik wisatawan mancanegara (Wisman) maupun wisatawan domestik (Wisdom) sudah mulai ada. Hanya saja suasananya belum seramai seperti saat sebelum pandemi. Penataan desa wisata pun terus dilakukan baik oleh pengelola maupun pemerintah.
“Secara umum sudah mulai mengalami pemulihan. Namun belum optimal seperti sebelum pandemi,” ungkap I Nengah Sudana, Ketua Forkom Dewi Kabupaten Karangasem saat dihubungi, Jumat (10/3). Dia mencontohkan Desa Wisata Dukuh Penaban di Kecamatan/Kabupaten Karangasem, di mana Sudana sebagai pengelolanya. Sampai dengan Februari lalu, Dukuh Penaban baru dikunjungi 346 wisatawan, baik wisdom maupun domestik. “Masih belum banyak,” ujarnya.
Sedang secara keseluruhan, sejak 2018 lalu hingga Februari 2023, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Dukuh Penaban mencapai 23.000 orang lebih. “Jadi suasananya memang masih belum optimal. Namun sudah memulai pemulihan,” ucap Sudana. Selain wisata budaya, wisata alam di antaranya pendakian ke Gunung Agung merupakan sisi lain daya tarik wisata di Karangasem.
“Ini juga menjadi daya tarik,” kata Sudana. Selain itu, Desa Wisata Sidemen, juga sudah mulai menggeliat. Sedang desa wisata yang sudah kondang adalah Desa Wisata Tenganan Pegringisingan. Pemulihan wisata desa juga terlihat di Kabupaten Jembrana. Sebelum pandemi Covid-19 (2018-2019), diperkirakan sekitar 300.000 wisatawan per tahun yang berwisata ke kabupaten paling ujung barat Bali ini. Wisatawan itu baik domestik maupun wisatawan mancanegara.
“Tentunya termasuk berkunjung desa-desa wisata yang ada,” ujar Ketua Forkom Dewi Kabupaten Jembrana I Gusti Ngurah Agus Andi Mulyawan. Sedang setelah pariwisata Bali dibuka pasca pandemi mulai Maret 2022 lalu, diperkirakan 100 wisatawan berwisata ke Jembrana. Tentumya termasuk ke desa wisata yang ada.
“Kami di Jembrana sementara ada 7 desa wisata,” ungkapnya. Pada saat pandemi, giat pariwisata desa di Kabupaten Jembrana tidak henti sama sekali. “Aktivitas seperti surfing kadang ada,” ungkap Ngurah Andi, sapaan I Gusti Ngurah Agus Andi Mulyawan.
Hal itu karena pantai-pantai di Jembrana dikenal cocok untuk olahraga surfing. Kawasan pantai tersebut diantaranya Pantai Pengeragoan, Air Kuning, Madewi dan lainnya.
Dengan program-program Bupati I Nengah Tamba, antara lain dengan memperbanyak even-even nasional maupun internasional, akan memperbanyak jumlah kunjungan wisatawan ke desa wisata di Bali, termasuk ke desa-desa wisata di Gumi ‘Makepung’ Jembrana.
Terpisah Kabid Destinasi Pariwisata Dinas Pariwisata Bali, Ida Bagus Adi Laksana yang akrab disapa Gus Adi menyampaikan Dinas Pariwisata terus melakukan pembinaan terhadap desa wisata yang ada. “Terutama yang berkaitan dengan kelembagaan dan tata kelolanya,” ujarnya dihubungi terpisah.
Untuk seluruh Bali tercatat 230 desa wisata. Salah satu syarat penetapan suatu desa menjadi ‘desa wisata’, karena memang desa bersangkutan kerap dikunjungi wisatawan. “Sekarang tentu sudah ada kunjungan, setelah pariwisata membaik,” jelasnya. Namun dibenarkan belum optimal. Ada yang sudah ramai, namun ada juga desa wisata yang masih minim kunjungan wisatawannya.
Dihubungi terpisah, Ketua Forkom Dewi Bali I Made Mendra Astawa mengapresiasi upaya-upaya yang dilakukan Forkom Dewi Kabupaten/Kota dengan dukungan Pemkab/Pemkot masing-masing. Usaha dan upaya tersebut antara lain saling mengenal dan mendalami potensi masing-masing desa wisata dan standar yang diterapkan, sehingga ada perbaikan, sebagaimana dilakukan Forkom Dewi Karangasem. Termasuk bekerja dengan stakeholder dan pihak terkait seperti Asita, PHRI dan lainnya. “Harapannya tentu kunjungan wisatawan meningkat,” ucap Mendra Astawa.
Demikian juga contohnya di Jembrana. Sepengetahuannya, Pemkab Jembrana melalui Dinas Pariwisata sangat men-support desa wisata sebagai bagian dari potensi pariwisata Jembrana dengan karakteristiknya. “Tiyang pikir, hal ini tidak lepas dari visi dan misi Pak Bupati (Bupati Jembrana, I Nengah Tamba),” ucap Mendra Astawa. Dia pun melihat bahwa saat ini kunjungan ke desa wisata di Bali makin menggeliat pasca dibukanya pariwisata Bali setelah berlalunya hantaman pandemi Covid-19. *k17
“Secara umum sudah mulai mengalami pemulihan. Namun belum optimal seperti sebelum pandemi,” ungkap I Nengah Sudana, Ketua Forkom Dewi Kabupaten Karangasem saat dihubungi, Jumat (10/3). Dia mencontohkan Desa Wisata Dukuh Penaban di Kecamatan/Kabupaten Karangasem, di mana Sudana sebagai pengelolanya. Sampai dengan Februari lalu, Dukuh Penaban baru dikunjungi 346 wisatawan, baik wisdom maupun domestik. “Masih belum banyak,” ujarnya.
Sedang secara keseluruhan, sejak 2018 lalu hingga Februari 2023, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Dukuh Penaban mencapai 23.000 orang lebih. “Jadi suasananya memang masih belum optimal. Namun sudah memulai pemulihan,” ucap Sudana. Selain wisata budaya, wisata alam di antaranya pendakian ke Gunung Agung merupakan sisi lain daya tarik wisata di Karangasem.
“Ini juga menjadi daya tarik,” kata Sudana. Selain itu, Desa Wisata Sidemen, juga sudah mulai menggeliat. Sedang desa wisata yang sudah kondang adalah Desa Wisata Tenganan Pegringisingan. Pemulihan wisata desa juga terlihat di Kabupaten Jembrana. Sebelum pandemi Covid-19 (2018-2019), diperkirakan sekitar 300.000 wisatawan per tahun yang berwisata ke kabupaten paling ujung barat Bali ini. Wisatawan itu baik domestik maupun wisatawan mancanegara.
“Tentunya termasuk berkunjung desa-desa wisata yang ada,” ujar Ketua Forkom Dewi Kabupaten Jembrana I Gusti Ngurah Agus Andi Mulyawan. Sedang setelah pariwisata Bali dibuka pasca pandemi mulai Maret 2022 lalu, diperkirakan 100 wisatawan berwisata ke Jembrana. Tentumya termasuk ke desa wisata yang ada.
“Kami di Jembrana sementara ada 7 desa wisata,” ungkapnya. Pada saat pandemi, giat pariwisata desa di Kabupaten Jembrana tidak henti sama sekali. “Aktivitas seperti surfing kadang ada,” ungkap Ngurah Andi, sapaan I Gusti Ngurah Agus Andi Mulyawan.
Hal itu karena pantai-pantai di Jembrana dikenal cocok untuk olahraga surfing. Kawasan pantai tersebut diantaranya Pantai Pengeragoan, Air Kuning, Madewi dan lainnya.
Dengan program-program Bupati I Nengah Tamba, antara lain dengan memperbanyak even-even nasional maupun internasional, akan memperbanyak jumlah kunjungan wisatawan ke desa wisata di Bali, termasuk ke desa-desa wisata di Gumi ‘Makepung’ Jembrana.
Terpisah Kabid Destinasi Pariwisata Dinas Pariwisata Bali, Ida Bagus Adi Laksana yang akrab disapa Gus Adi menyampaikan Dinas Pariwisata terus melakukan pembinaan terhadap desa wisata yang ada. “Terutama yang berkaitan dengan kelembagaan dan tata kelolanya,” ujarnya dihubungi terpisah.
Untuk seluruh Bali tercatat 230 desa wisata. Salah satu syarat penetapan suatu desa menjadi ‘desa wisata’, karena memang desa bersangkutan kerap dikunjungi wisatawan. “Sekarang tentu sudah ada kunjungan, setelah pariwisata membaik,” jelasnya. Namun dibenarkan belum optimal. Ada yang sudah ramai, namun ada juga desa wisata yang masih minim kunjungan wisatawannya.
Dihubungi terpisah, Ketua Forkom Dewi Bali I Made Mendra Astawa mengapresiasi upaya-upaya yang dilakukan Forkom Dewi Kabupaten/Kota dengan dukungan Pemkab/Pemkot masing-masing. Usaha dan upaya tersebut antara lain saling mengenal dan mendalami potensi masing-masing desa wisata dan standar yang diterapkan, sehingga ada perbaikan, sebagaimana dilakukan Forkom Dewi Karangasem. Termasuk bekerja dengan stakeholder dan pihak terkait seperti Asita, PHRI dan lainnya. “Harapannya tentu kunjungan wisatawan meningkat,” ucap Mendra Astawa.
Demikian juga contohnya di Jembrana. Sepengetahuannya, Pemkab Jembrana melalui Dinas Pariwisata sangat men-support desa wisata sebagai bagian dari potensi pariwisata Jembrana dengan karakteristiknya. “Tiyang pikir, hal ini tidak lepas dari visi dan misi Pak Bupati (Bupati Jembrana, I Nengah Tamba),” ucap Mendra Astawa. Dia pun melihat bahwa saat ini kunjungan ke desa wisata di Bali makin menggeliat pasca dibukanya pariwisata Bali setelah berlalunya hantaman pandemi Covid-19. *k17
Komentar