Ujian Sekolah di SLB Dilaksanakan Variatif
DENPASAR, NusaBali
Sebagaimana sekolah reguler, siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) akan segera mengikuti ujian sekolah (US) sebagai salah satu kriteria penilaian kelulusan.
Pihak sekolah untuk anak berkebutuhan khusus ini menyiapkan ujian secara variatif melihat kondisi keterbatasan masing-masing siswanya.
Kepala Sekolah SLB Negeri 1 Denpasar Drs I Ketut Sumartawan MPhil SNE, menyampaikan US tahun ini rencananya dilangsungkan mulai 27 Maret hingga 5 April 2023. US akan diikuti oleh siswa kelas VI SDLB, siswa kelas VIII SMPLB, dan siswa kelas XII SMALB.
“Lantaran Covid sudah jauh melandai, US rencananya akan kami langsungkan secara luring,” kata Sumartawan kepada NusaBali, Minggu (12/3).
Dengan US secara luring pelaksanaan ujian diharapkan dapat berjalan lebih optimal. Sumartawan mengatakan, di sekolahnya ada dua jenis keterbatasan yang dimiliki siswanya yakni disabilitas netra dan disabilitas grahita (mental). Fleksibilitas harus diterapkan agar proses ujian dapat berlangsung dengan lancar.
Selama pandemi lalu, US sempat dilakukan secara daring, dalam artian soal dikirim secara online ke masing-masing siswa dan dikerjakan di rumah. Sebagian lagi soal diambil perwakilan siswa di sekolah untuk kemudian dikerjakan oleh siswa di rumah.
Anak-anak tuna netra umumnya sudah dibekali dengan smartphone yang didesain khusus untuk penyandang disabilitas netra. Karena itu selama pandemic, US dapat dikerjakan secara daring oleh siswa difabel netra.
“Kalau anak-anak tuna netra sempat dikirimi soal lewat google form dan dikerjakan lewat smartphone,” ujar Sumartawan yang juga Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SLB se-Bali.
Sumartawan menceritakan, tantangan paling sulit umumnya terjadi pada anak disabilitas intelektual. Pendampingan dari guru jadi keharusan untuk membimbing siswa menjawab soal ujian, karena kadang-kadang siswa mengalami kendala memahami soal.
Dikatakannya, untuk mendapat kelulusan siswa setidaknya memang harus mengikuti US. Meskipun demikian kelulusan mereka tetap berdasarkan proses belajar selama ini di sekolah.
Sumartawan mengungkapkan, meskipun memiliki keterbatasan para siswa difabel tetap memiliki semangat melanjutkan pendidikannya hingga perguruan tinggi. Hal itu umumnya dilakukan para siswa dengan disabilitas netra. Setelah lulus kuliah mereka dapat meniti karier sebagai guru di SLB. “Kalau tahun lalu, yang tuna netra (lulus SMALB) hampir semuanya kuliah,” ungkap Sumartawan. *cr78
Komentar