Lahan Pertanian di Denpasar Terus Menyusut
Distan Pertahankan 900 Hektare Sawah Abadi
DENPASAR, NusaBali
Selama rentang waktu 2017–2022 lahan pertanian di Denpasar menyusut 538 hektare.
Penyusutan tersebut karena banyaknya alih fungsi lahan, dari kawasan hijau menjadi bangunan karena dijual oleh pemiliknya.
Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Pertanian Kota Denpasar Anak Agung Gede Bayu Brahmasta, Senin (13/3). Dikatakannya, tahun 2017 luas lahan pertanian di Kota Denpasar 2.409 ha, pada 2018 menjadi 2.170 ha.
Kemudian pada 2019 menjadi 1.958 ha, tetapi pada 2020 sempat tidak terjadi penyusutan karena pandemi Covid-19. Tahun 2021 seiring dengan pulihnya ekonomi, lahan pertanian kembali menyusut menjadi 1.915 dan pada 2022 lahan pertanian di Kota Denpasar tersisa 1.871 ha.
Adapun sebaran lahan pertanian yang masih tersisa hingga akhir 2022 yakni Kecamatan Denpasar Barat 195 ha, Kecamatan Denpasar Selatan 535 ha, Kecamatan Denpasar Timur seluas 562 ha, dan Kecamatan Denpasar Utara tersisa 579 ha.
Meskipun terus mengalami penyusutan, Dinas Pertanian Kota Denpasar berupaya menekan adanya alih fungsi lahan tersebut. Salah satunya dengan penetapan 900 ha sebagai sawah abadi atau yang diistilahkan dengan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) yang tersebar di empat kecamatan.
Sehingga 900 ha sawah abadi tersebut akan dilindungi oleh Distan Denpasar dan tetap dijadikan lahan pertanian.
Agung Brahmasta mengakui jika lahan pertanian termasuk sawah di Kota Denpasar terus mengalami penyempitan. Hal ini dikarenakan lahan sawah tersebut milik pribadi, sehingga alih fungsi lahan ini sulit dicegah. Namun menurutnya, langkah menekan alih fungsi lahan ini bisa dilakukan dengan penetapan lahan sawah abadi seluas 900 ha.
“Selain itu, kami berupaya juga agar dari sektor pertanian ini bisa mendapat penghasilan lebih, termasuk dengan memberikan bantuan kepada para petani,” jelasnya.
Pihaknya juga memberikan edukasi kepada petani terkait dengan pengolahan tanah, termasuk membantu menjaga PH tanah agar produktif dengan menambahkan kapur. “Dengan PH tanah meningkat maka harapannya bisa meningkatkan produktivitas. Selain itu kami juga menyiapkan alat pertanian berupa mesin sehingga biaya bisa ditekan hingga 60 persen,” ujarnya. *mis
1
Komentar