KESEHATAN : Ginjal Kronis Sering Tanpa Gejala
Penyakit ginjal kronis tahap awal seringkali tidak menimbulkan gejala apapun. Dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal dan hipertensi dr Pringgodigdo Nugroho SpPD-KGH, FINASIM dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo, mengatakan sebenarnya kalau fungsi ginjal menurun sedikit itu pasien tidak merasakan gejala.
Bahkan, kasarnya fungsi ginjal menurun 25 persen itu tidak ada gejala. Alumnus FK Universitas Indonesia ini seperti dilansir dari antaranews, Sabtu (11/3/2023), menjelaskan dalam keadaan normal, daya cadang ginjal manusia adalah empat kali kebutuhan tubuh dalam melakukan ekskresi atau penyaringan racun.
Kemampuan itulah yang menyebabkan seseorang tidak mengalami keluhan apapun meskipun ginjalnya mengalami penurunan fungsi. Akibatnya, banyak pasien yang baru berobat ke dokter dan langsung didiagnosis menderita gagal ginjal.
"Mereka banyak yang bilang kalau selama ini merasa sehat-sehat saja, tapi, kenapa tiba-tiba gagal ginjal. Padahal, kalau gangguan kecil itu memang tidak ada keluhan, ketika masuk gagal ginjal baru muncul keluhan-keluhan yang membahayakan," kata Pringgo.
Untuk itu, Pringgo mengatakan perlu peningkatan kewaspadaan terhadap kondisi kesehatan ginjal, di antaranya dengan deteksi dini dan memahami faktor risiko gangguan ginjal.
Faktor risiko utama gangguan ginjal, menurut data dari Indonesian Renal Registry (IRR) sebagaimana dipaparkan Pringgo, adalah diabetes, hipertensi, peradangan ginjal, riwayat keluarga, dan gaya hidup yang tidak sehat.
Gangguan metabolisme karbohidrat pada diabetes membuat gula tidak bisa dimanfaatkan oleh sel-sel tubuh. Gula darah tinggi mengganggu organ tubuh lainnya, termasuk ginjal.
Gangguan ginjal itu ditandai dengan keberadaan albumin di urine, yang pada kondisi normal tidak ada. Salah satu ciri kandungan albumin tinggi adalah urine berbusa.
Deteksi dini gangguan ginjal dapat dilakukan dengan cek kesehatan di fasilitas kesehatan. Pemeriksaan bersifat penting dilakukan terutama jika memiliki salah satu atau lebih faktor risiko.
Pringgo melanjutkan, upaya lain yang dapat dilakukan untuk mencegah gangguan ginjal adalah menerapkan gaya hidup sehat dengan diet seimbang, termasuk minum air putih memang cukup.
"Memang minum merupakan salah satu komponen utama dalam menjaga kesehatan ginjal. Kata kuncinya adalah cukup. Kalau kurang minum, meningkatkan risiko infeksi saluran kemih dan batu ginjal, begitu juga kalau terlalu banyak akan berbahaya," katanya.
Ahli gizi dari PT Kalbe Farma Tbk Airin Levina SGz mengatakan, mencegah penyakit ginjal kronik dapat dilakukan dengan minum air putih yang cukup dan membatasi konsumsi gula, garam, serta lemak (GGL).
"Air putih harus cukup, minimal dua liter per hari atau setara dengan delapan gelas air minum. Tapi kalau sehari-harinya di lapangan, panas-panasan, maka harus ditambah karena ada cairan yang keluar dalam bentuk keringat," kata Airin, dilansir dari antaranews.
Untuk konsumsi gula, Airin mengatakan batas maksimalnya adalah 50 gram atau setara 4 hingga 5 sendok makan per hari.
"Tapi, waspadai juga hidden sugar. Kita makan fast food, soft drink, dan minuman lain termasuk kopi yang ditambah gula dan creamer, itu juga gula, harus dibatasi," ujarnya.
Sementara untuk garam, Airin mengatakan batasannya adalah satu sendok teh per hari. Konsumsi garam dalam waktu panjang dan berlebihan akan menyebabkan hipertensi yang merupakan salah satu pencetus penyakit ginjal kronik.
Sedangkan untuk lemak, pilihlah lemak yang baik untuk tubuh berupa lemak jenuh dan Omega 3, dan Omega 6.
Pencegahan penyakit ginjal kronik juga dapat dilakukan dengan mencukupi kebutuhan gizi secara seimbang mulai dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, hingga serat.
Di sisi lain, jika seseorang sudah mengalami gangguan ginjal tahap pra dialisis, maka dia harus berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter mengenai seberapa banyak kebutuhan air yang harus diminum.
"Kalau pra dialisis, ada yang airnya dibatasi, ada juga yang tidak perlu, tentunya kita lihat lagi kemampuan tubuhnya dan aktivitasnya seperti apa. Jadi harus konsultasi," katanya.
Orang yang mengalami gangguan ginjal kronik tahap pra dialisis maupun dialisis juga tetap harus membatasi gula, garam, dan lemak.
Terdapat perbedaan soal kebutuhan protein bagi orang sehat, pasien pra dialisis, dan pasien yang sedang menjalani dialisis.
"Kalau yang sehat butuh 0,8-1 gram protein per kilogram berat badan per saji, kalau pra dialisis 0,6-0,8 gram per kilogram berat badan per saji, kalau sudah dialisis butuh lebih banyak protein karena ada protein dalam darah yang terbuang selama proses cuci darah, ada yang mengatakan 1,2-1,5 gram per kilogram berat badan per hari," ujar Airin.
Begitu juga dengan kalori, Airin mengatakan harus disesuaikan dengan kebutuhan. *
Kemampuan itulah yang menyebabkan seseorang tidak mengalami keluhan apapun meskipun ginjalnya mengalami penurunan fungsi. Akibatnya, banyak pasien yang baru berobat ke dokter dan langsung didiagnosis menderita gagal ginjal.
"Mereka banyak yang bilang kalau selama ini merasa sehat-sehat saja, tapi, kenapa tiba-tiba gagal ginjal. Padahal, kalau gangguan kecil itu memang tidak ada keluhan, ketika masuk gagal ginjal baru muncul keluhan-keluhan yang membahayakan," kata Pringgo.
Untuk itu, Pringgo mengatakan perlu peningkatan kewaspadaan terhadap kondisi kesehatan ginjal, di antaranya dengan deteksi dini dan memahami faktor risiko gangguan ginjal.
Faktor risiko utama gangguan ginjal, menurut data dari Indonesian Renal Registry (IRR) sebagaimana dipaparkan Pringgo, adalah diabetes, hipertensi, peradangan ginjal, riwayat keluarga, dan gaya hidup yang tidak sehat.
Gangguan metabolisme karbohidrat pada diabetes membuat gula tidak bisa dimanfaatkan oleh sel-sel tubuh. Gula darah tinggi mengganggu organ tubuh lainnya, termasuk ginjal.
Gangguan ginjal itu ditandai dengan keberadaan albumin di urine, yang pada kondisi normal tidak ada. Salah satu ciri kandungan albumin tinggi adalah urine berbusa.
Deteksi dini gangguan ginjal dapat dilakukan dengan cek kesehatan di fasilitas kesehatan. Pemeriksaan bersifat penting dilakukan terutama jika memiliki salah satu atau lebih faktor risiko.
Pringgo melanjutkan, upaya lain yang dapat dilakukan untuk mencegah gangguan ginjal adalah menerapkan gaya hidup sehat dengan diet seimbang, termasuk minum air putih memang cukup.
"Memang minum merupakan salah satu komponen utama dalam menjaga kesehatan ginjal. Kata kuncinya adalah cukup. Kalau kurang minum, meningkatkan risiko infeksi saluran kemih dan batu ginjal, begitu juga kalau terlalu banyak akan berbahaya," katanya.
Ahli gizi dari PT Kalbe Farma Tbk Airin Levina SGz mengatakan, mencegah penyakit ginjal kronik dapat dilakukan dengan minum air putih yang cukup dan membatasi konsumsi gula, garam, serta lemak (GGL).
"Air putih harus cukup, minimal dua liter per hari atau setara dengan delapan gelas air minum. Tapi kalau sehari-harinya di lapangan, panas-panasan, maka harus ditambah karena ada cairan yang keluar dalam bentuk keringat," kata Airin, dilansir dari antaranews.
Untuk konsumsi gula, Airin mengatakan batas maksimalnya adalah 50 gram atau setara 4 hingga 5 sendok makan per hari.
"Tapi, waspadai juga hidden sugar. Kita makan fast food, soft drink, dan minuman lain termasuk kopi yang ditambah gula dan creamer, itu juga gula, harus dibatasi," ujarnya.
Sementara untuk garam, Airin mengatakan batasannya adalah satu sendok teh per hari. Konsumsi garam dalam waktu panjang dan berlebihan akan menyebabkan hipertensi yang merupakan salah satu pencetus penyakit ginjal kronik.
Sedangkan untuk lemak, pilihlah lemak yang baik untuk tubuh berupa lemak jenuh dan Omega 3, dan Omega 6.
Pencegahan penyakit ginjal kronik juga dapat dilakukan dengan mencukupi kebutuhan gizi secara seimbang mulai dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, hingga serat.
Di sisi lain, jika seseorang sudah mengalami gangguan ginjal tahap pra dialisis, maka dia harus berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter mengenai seberapa banyak kebutuhan air yang harus diminum.
"Kalau pra dialisis, ada yang airnya dibatasi, ada juga yang tidak perlu, tentunya kita lihat lagi kemampuan tubuhnya dan aktivitasnya seperti apa. Jadi harus konsultasi," katanya.
Orang yang mengalami gangguan ginjal kronik tahap pra dialisis maupun dialisis juga tetap harus membatasi gula, garam, dan lemak.
Terdapat perbedaan soal kebutuhan protein bagi orang sehat, pasien pra dialisis, dan pasien yang sedang menjalani dialisis.
"Kalau yang sehat butuh 0,8-1 gram protein per kilogram berat badan per saji, kalau pra dialisis 0,6-0,8 gram per kilogram berat badan per saji, kalau sudah dialisis butuh lebih banyak protein karena ada protein dalam darah yang terbuang selama proses cuci darah, ada yang mengatakan 1,2-1,5 gram per kilogram berat badan per hari," ujar Airin.
Begitu juga dengan kalori, Airin mengatakan harus disesuaikan dengan kebutuhan. *
1
Komentar