Debit Air Menipis, Kayoman Pedawa dan Undiksha Gencarkan Reboisasi
SINGARAJA, NusaBali
Sebanyak 100 batang pohon kembali ditanam di hutan adat Desa Pedawa, Kecamatan Banjar Buleleng, Minggu (19/3) pagi kemarin.
Komunitas pecinta alam Kayoman Pedawa bersinergi dengan Prodi Pendidikan Bahasa Jepang Undiksha dan Universitas Iwate Jepang serta Asia Environmental Alliance, menanam jenis pohon yang bagus untuk resapan air. Reboisasi ini kembali digencarkan, karena debit air di sumber mata air gelunggang sudah mulai menipis.
Ketua Komunitas Kayoman Pedawa Putu Yuli Supriyandana menyebutkan, kawasan sumber air gelunggang merupakan salah satu sumber mata air yang ada di Pedawa. Selama ini dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sejak beberapa tahun terakhir, debit air yang keluar dari sumber mata air gelunggang mengecil. Hal ini pun sangat dirasakan saat musim kemarau.
“Di hutan adat ini sebenarnya banyak pohon tetapi sudah tua-tua. Namun di lahan penyangga milik pribadi masyarakat di sini yang diganti dengan tanaman produktif minim resapan. Dengan penanaman kembali harapannya bisa memulihkan debit air seperti semula meski perlu proses Panjang,” terang Yuli.
Jenis pohon yang ditanam di luasan hutan adat 50 are meliputi pohon beringin, pohon ara, pohon bunut, pohon bambu dan alpukat. Pohon-pohon yang telah ditanam ini pun kedepannya akan terus dipantau Komunitas Kayoman untuk memastikan dapat tumbuh subur sesuai harapan.
Sementara itu, Ketua Prodi Bahasa Jepang Undiksha Wayan Sadnyana mengatakan, gerakan menanam pohon dilakukan ini tidak lain untuk pelestarian sumber mata air. Selain juga mendukung program Sat Kerti Loka Bali yang dicetuskan Gubernur Bali. Sinergi pelestarian alam dan sumber mata air antara Pedawa dengan Undiksha ini akan dilakukan secara berkesinambungan.
“Kolaborasi ini akan kami lanjutkan setiap tahun, tentu dengan melibatkan banyak pihak atas dasar kesadaran pentingnya menjaga dan melestarikan alam, yang telah banyak memberikan manfaat bagi umat manusia. Khusus Pedawa isi alam dan air merupakan penunjang utama sarana prasarana adatnya,” terang Sadnyana.
Dalam kesempatan ini juga digandeng pihak internasional yang kebetulan sedang berada di Buleleng. Kolaborasi ini dinilai Sadnyana akan memberikan efek luar biasa kedepannya. Baik dalam membangun kemitraan dengan akademisi dan masyarakat, juga merancang strategi berkelanjutan untuk mewujudkan kecintaan pada lingkungan. Bonusnya dengan kerjasama internasional dapat mengenalkan pariwisata secara tidak langsung.*k23
1
Komentar