'Guna Sangara'. Perjuangan dan Pembuktian ST Yowana Werdhi
DENPASAR, NusaBali.com – ST Yowana Werdhi, Banjar Batanbuah, Kesiman, Denpasar Timur, mengukir prestasi sebagai salah satu nominasi terbaik dalam Lomba Ogoh-Ogoh di Kota Denpasar dan sempat melakukan parade pada Kasanga Festival 2023 di kawasan Catur Muka Denpasar pada Sabtu (18/3/2023).
“Kami merasa bangga karena tahun ini berhasil menembus nominasi ke-3 di tingkat Kecamatan Denpasar Timur,” ungkap Aditya Dananjaya, Ketua ST Yowana Werdhi, Minggu (19/3/2023).
Kebanggaan juga dirasakan karena menjadi salah satu dari 12 ogoh-ogoh terbaik se-Kota Denpasar yang tampil pada Kasanga Festival 2023.
Perjuangan membawa ogoh-ogoh ini ke Lapangan Puputan juga tak mudah, lantaran ogoh-ogoh tidak menerapkan sistem knock down atau bongkar pasang.
Ogoh-ogoh yang diarsiteki anggota ST Yowana Werdhi bernama Ade Sawal ini awalnya diplot Rp 15 juta, namun dalam perkembangannnya membengkak menjadi Rp 18 juta.
Proses pembuatan ogoh-ogoh yang dilaksanakan di Bale Banjar Batanbuah Jalan Sulatri, Desa Kesiman Petilan ini pun tak berjalan mulus. Tangan ogoh-ogoh sempat patah akibat adanya perusakan oleh oknum tak bertanggung jawab.
Astungkara karya ini berhasil dirampungkan sebelum tim penilaian Kota Denpasar bekerja pada 9 Maret lalu. “Semoga generasi ST yang baru mampu berkarya dan berkembang agar menjadi bibit yang produktif dan tidak mengandalkan satu atau dua orang saja yang bekerja,” harap Aditya.
Ogoh-ogoh Guna Sangara ini mengisahkan sosok raja yang diliputi oleh sifat ego, sombong, serakah, angkuh, mementingkan diri sendiri, di tengah keadaan rakyatnya yang menderita (sengsara).
Dalam ogoh-ogoh ini terdapat dua karakter yang dimana karakter raja sebagai tokoh utama yang menonjol, dan di belakang raja terdapat sosok Bhuta Kala yang bercabang mengeluarkan wujud raksasa kecil dan membawa topeng yang terbuat dari pis bolong (uang kepeng).
Topeng yang terbuat dari pis bolong melambangkan keadaan ekonomi raja sangatlah kaya, sebaliknya rakyat miskin. Lalu adanya dacin (alat timbangan) dengan ukuran besar dan kecil melambangkan ketidakadilan (berat sebelah). Sosok raksasa mengambarkan sifat buruk sang raja. *m03
Berita ini merupakan hasil liputan Ngurah Arya Dinata, mahasiswa Praktek Kerja Lapangan di NusaBali.com
Komentar