Pura Luhur Srijong, Jejak Perjalanan Spiritual Dang Hyang Dwijendra hingga Kebo Iwa
TABANAN, NusaBali.com – Sebuah pura berdiri di Pantai Soka, Kabupaten Tabanan. Pura Luhur Srijong ini punya kaitan erat dengan perjalanan spiritual Dang Hyang Dwijendra yang bergelar Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh dan juga tokoh legenda dari Pulau Dewata, Kebo Iwa.
Pura yang berdirinya disebut-sebut satu masa Pura Rambut Siwi di Jembrana dan Pura Tanah Lot di Tabanan, yakni pada abad ke-16.
Lokasi pura terletak di Banjar Batulumbang, Selemadeg, Tabanan. Di tepi jalur utama jalan nasional Denpasar - Gilimanuk. Jika dari Kota Denpasar ditempuh 1 jam 45 menit, dengan jarak ditempuh kurang lebih 46 km.
Pura ini terbagi atas 4 area yakni Pura Luhur Srijong sendiri, ada Beji Pingit dengan keunikan Goa Kelelawar, ada Pura Ratu Gede Kebo Iwa, dan Pura Melanting. Di areal pura terdiri atas Tri Mandala, di Madya Mandala ada lumbung padi (jineng), karena keberadaan subak yang juga nyungsung pura ini.
Sedangkan di Utama Mandala terdapat Meru tumpang 3, stana Ida Bhatara Pranda Sakti Wawu Rauh. Pura ini berkaitan erat dengan Pura Luhur Uluwatu, Tanah Lot, Rambut Siwi dan termasuk Pura Kahyangan di Bali.
“Piodalan di pura ini setiap 6 bulan sekali jatuhnya Buda Umanis Parangbakat,” terang Jero Mangku Made Suata, Mangku Gede Pura Luhur Srijong saat ditemui Senin (13/3/2023).
Hal menarik yang bisa kita saksikan di Pura Luhur Srijong, saat kita turun ke area Beji Pingit, maka di selatan pura kita lihat muara, dengan bongkahan batu karang besar yang terkait cerita legenda ‘Payuk Kebo Iwa.’ Kemudian saat berjalan di atas bebatuan tepi pantai menuju Beji, ada Palinggih Ratu Niang Sakti.
Di sebelahnya ada goa penuh kelelawar. Kelelawar di goa ini berjumlah puluhan ribu yang terdiri atas tiga jenis yakni jempiit, lelawah dan balongan. Pada hari-hari tertentu, kelelawar ini keluar dari goa, dan melakukan perjalanan hingga menimbulkan barisan yang sangat panjang.
Selanjutnya di bagian bawah ada payogan Ida Ratu Pantai Selatan, ada payogan Ida Naga Antaboga, ada payogan Ida Ratu Lingsir. Tempat ini pun sangat dikeramatkan.
“Pamedek biasanya ramai bersembahyang pada hari hari tertentu seperti Purnama, tilem, galungan, Kuningan dan hari- hari suci lainnya,” kata Jero Mangku Made Suata. *m04
Berita ini merupakan hasil liputan Handika Adhi Putra, mahasiswa Praktek Kerja Lapangan di NusaBali.com
1
Komentar