Cok Ace Khawatir Berhadapan
Tokoh Puri Agung Ubud yang mantan Bupati Gianyar 2008-2013, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace, menyatakan akan dilematis jika dirinya baru resmi dijadikan Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Bali pendamping Wayan Koster oleh PDIP saat pelaksanaan Pilgub Bali 2018 sudah mepet.
4 Tokoh Puri Ubud Diincar Parpol Non PDIP
GIANYAR, NusaBali
Sebab, saudaranya sesama dari Puri Agung Ubud juga dicalonkan parpol berbeda untuk maju sebagai Calon Bupati (Cabup) dalam Pilkada Gianyar 2018 yang digelar bersamaan dengan Pilgub Bali 2018.
Jika Cok Ace maju sebagai Cawagub Bali yang diusung PDIP, sementara saudaranya dari Puri Agung Ubud diusung koalisi parpol sebagai Cabup Gianyar, maka mereka otomatis akan saling berhadap-hadapan. Karenanya, dia berharap segera ada kepastian terkait pasangan Wayan Koster-Cok Ace dari PDIP, agar dukungan Puri Agung Ubud bisa fokus.
“Saya takutnya nanti antar figur dari Puri Agung Ubud dalam posisi mejadeng (berhadap-hadapan) antara Pilgub Bali 2018 dan Pilkada Gianyar 2018,” jelas Cok Ace saat ditemui NusaBali di sela menerima kunjungan Kapolda Bali Irjen Petrus Reinhard Golose di kediamannya, Puri Saren Agung Ubud, Kecamatan Ubud, Gianyar, Selasa (6/6).
Saat ini, ada 4 tokoh Puri Agung Ubud yang diincar menjadi kandidat Cabup Gianyar oleh koalisi parpol non PDIP yang dimotori Golkar-Demokrat-Gerindra untuk Pilkada Gianyar 2018. Mereka masing-masing Tjokorda Raka Kerthyasa alias Cok Ibah (politisi Golkar), Tjokorda Gede Asmara Putra Sukawati alias Cok Asmara (politisi Demokrat), Tjokorda Ngurah Suyadnya alias Cok Wah (kader Golkar), dan Tjokor-da Gede Raka Sukawati alias Cok De (seniman-akademisi).
Cok Ibah merupakan politisi senior Golkar yang anggota DPRD Bali Dapil Gianyar dua kali periode (2009-2014, 2014-2019) yang kini sekaligus menjadi Bendesa Adat Ubud. Sedangkan Cok Asmara politisi muda Demokrat yang anggota DPRD Bali Dapil Gianyar dua kali periode dan kini menjabat Ketua DPC Demokrat Gianyar 2016-2021. Sementara Cok De adalah akademisi-seniman yang kini dosen Fakultas Ekonomi Unud. Cok De---yang notabene adik kandung Cok Ace---dike-nal sebagai arsitek bade dan pratima, sekaligus seniman pendiri Museum Marketing 3.0 Ubud. Sebaliknya, Cok Wah adalah tokoh muda yang mantan anggota Fraksi Golkar DPRD Gianyar 2004-2009 dan kini menjadi Ketua Pecalang Desa Adat Ubud.
Sementara, Cok Ace yang digadang-gadang maju ke Pilgub Bali 2018 sebagai Caagub pendamping Wayan Koster (Ketua DPD PDIP Bali) adalah mantan Buati Ginyar 2008-2013 yang diusung koalisi parpol non PDIP. Saat ini, Cok Ace masih menjabat sebagai ketua BPD PHRI Bali. KBS (Koster Bali Satu) sudah sempat umumkan Cok Ace sebagai tandemnya menuju tarung Pilgub Bali 2018, Desember 2016 lalu.
Menurut Cok Ace, posisi saling berhadap-hadapan praktis tidak akan terelakkan jika Paket KBS-Ace benar-benar diusung PDIP di Pilgub Bali 2018, sementara salah satu di anntara Cok Ibah, Cok Asmara, Cok De, dan Cok Wah diusung koalisi parpol non PDIP di Pilkada Gianyar 2018. Cok Ace mengatakan, ketakutan dirinya soal berhadap-hadapan sesama tokoh Puri Agung Ubud ini bukanlah masalah menang atau kalah.
“Tapi, jangan sampai terjadi perpecahan di internal puri. Karena sesungguhnya puri bukan orang partai, namun jangan sampai karena keinginan partai, malah terjadi perpecahan,” jelas penyandang gelar Doktor Kajian Budaya Unud ini.
Bagi Cok Ace, Pilkada merupakan media untuk meningkatkan ruang pengabdian yang tidak boleh menjadi anomali yakni perpecahan ruang pengabdian itu sendiri. Sebagai orang puri, Cok Ace mengaku sudah punya ruang amat luas untuk mengabdikan diri kepada masyarakat, tanpa harus terjun ke ranah politik.
Cok Ace menyebutkan, kalangan parpol mencalonkan tokoh Puri Agung Ubud maju ke Pilkada Gianyar 2018, karena mereka tahu Paket KBS-Ace belum final diusung PDIP ke Pilgub Bali 2018. Cok Ace pun masih menunggu kepastian apakah Paket KBS-Ace jadi atau tidak. “Kondisi menunggu itu menimbulkan kegamangan terutama di kalangan sameton Puri Agung Ubud yang diinginkan maju ke Pilkada Gianyar 2018,” keluh Cok Ace.
Paket KBS-Ace untuk tarung Pilgub Bali 2018 sendiri sudah diumumkan saat perhelatan yang digelar PDIP di Wantilan Pura Samuan Tiga, Desa Pakraman Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, 19 Desember 2016 lalu. Pengumuman itu dilakukan bersamaan dengan deklarasi pasangan Made Agus Mahayastra-AA Gde Mayun (Paket Aman) yang akan diusung PDIP ke Pilkada Gianyar 2018. Ketika itu, Sekjen DPP PDIP Hasto Kristianto juga hadir.
Setelah 6 bulan berlalu, sampai sekarang Paket KBS-Ace belum ada kepastian jadi atau tidak. Paket KBS-Ace dalam posisi masih menggantung. “Itu sebabnya, saya belum berani memastikan apakah sameton Puri Agung Ubud akan bersatu untuk tarung Pilgub Bali 2018 atau untuk Pilkada Gianyar 2018,” tandas Cok Ace yang juga adik kandung Panglingsir Puri Agung Ubud, Tjokorda Gde Putra Sukawati alias Cok Putra. *lsa
GIANYAR, NusaBali
Sebab, saudaranya sesama dari Puri Agung Ubud juga dicalonkan parpol berbeda untuk maju sebagai Calon Bupati (Cabup) dalam Pilkada Gianyar 2018 yang digelar bersamaan dengan Pilgub Bali 2018.
Jika Cok Ace maju sebagai Cawagub Bali yang diusung PDIP, sementara saudaranya dari Puri Agung Ubud diusung koalisi parpol sebagai Cabup Gianyar, maka mereka otomatis akan saling berhadap-hadapan. Karenanya, dia berharap segera ada kepastian terkait pasangan Wayan Koster-Cok Ace dari PDIP, agar dukungan Puri Agung Ubud bisa fokus.
“Saya takutnya nanti antar figur dari Puri Agung Ubud dalam posisi mejadeng (berhadap-hadapan) antara Pilgub Bali 2018 dan Pilkada Gianyar 2018,” jelas Cok Ace saat ditemui NusaBali di sela menerima kunjungan Kapolda Bali Irjen Petrus Reinhard Golose di kediamannya, Puri Saren Agung Ubud, Kecamatan Ubud, Gianyar, Selasa (6/6).
Saat ini, ada 4 tokoh Puri Agung Ubud yang diincar menjadi kandidat Cabup Gianyar oleh koalisi parpol non PDIP yang dimotori Golkar-Demokrat-Gerindra untuk Pilkada Gianyar 2018. Mereka masing-masing Tjokorda Raka Kerthyasa alias Cok Ibah (politisi Golkar), Tjokorda Gede Asmara Putra Sukawati alias Cok Asmara (politisi Demokrat), Tjokorda Ngurah Suyadnya alias Cok Wah (kader Golkar), dan Tjokor-da Gede Raka Sukawati alias Cok De (seniman-akademisi).
Cok Ibah merupakan politisi senior Golkar yang anggota DPRD Bali Dapil Gianyar dua kali periode (2009-2014, 2014-2019) yang kini sekaligus menjadi Bendesa Adat Ubud. Sedangkan Cok Asmara politisi muda Demokrat yang anggota DPRD Bali Dapil Gianyar dua kali periode dan kini menjabat Ketua DPC Demokrat Gianyar 2016-2021. Sementara Cok De adalah akademisi-seniman yang kini dosen Fakultas Ekonomi Unud. Cok De---yang notabene adik kandung Cok Ace---dike-nal sebagai arsitek bade dan pratima, sekaligus seniman pendiri Museum Marketing 3.0 Ubud. Sebaliknya, Cok Wah adalah tokoh muda yang mantan anggota Fraksi Golkar DPRD Gianyar 2004-2009 dan kini menjadi Ketua Pecalang Desa Adat Ubud.
Sementara, Cok Ace yang digadang-gadang maju ke Pilgub Bali 2018 sebagai Caagub pendamping Wayan Koster (Ketua DPD PDIP Bali) adalah mantan Buati Ginyar 2008-2013 yang diusung koalisi parpol non PDIP. Saat ini, Cok Ace masih menjabat sebagai ketua BPD PHRI Bali. KBS (Koster Bali Satu) sudah sempat umumkan Cok Ace sebagai tandemnya menuju tarung Pilgub Bali 2018, Desember 2016 lalu.
Menurut Cok Ace, posisi saling berhadap-hadapan praktis tidak akan terelakkan jika Paket KBS-Ace benar-benar diusung PDIP di Pilgub Bali 2018, sementara salah satu di anntara Cok Ibah, Cok Asmara, Cok De, dan Cok Wah diusung koalisi parpol non PDIP di Pilkada Gianyar 2018. Cok Ace mengatakan, ketakutan dirinya soal berhadap-hadapan sesama tokoh Puri Agung Ubud ini bukanlah masalah menang atau kalah.
“Tapi, jangan sampai terjadi perpecahan di internal puri. Karena sesungguhnya puri bukan orang partai, namun jangan sampai karena keinginan partai, malah terjadi perpecahan,” jelas penyandang gelar Doktor Kajian Budaya Unud ini.
Bagi Cok Ace, Pilkada merupakan media untuk meningkatkan ruang pengabdian yang tidak boleh menjadi anomali yakni perpecahan ruang pengabdian itu sendiri. Sebagai orang puri, Cok Ace mengaku sudah punya ruang amat luas untuk mengabdikan diri kepada masyarakat, tanpa harus terjun ke ranah politik.
Cok Ace menyebutkan, kalangan parpol mencalonkan tokoh Puri Agung Ubud maju ke Pilkada Gianyar 2018, karena mereka tahu Paket KBS-Ace belum final diusung PDIP ke Pilgub Bali 2018. Cok Ace pun masih menunggu kepastian apakah Paket KBS-Ace jadi atau tidak. “Kondisi menunggu itu menimbulkan kegamangan terutama di kalangan sameton Puri Agung Ubud yang diinginkan maju ke Pilkada Gianyar 2018,” keluh Cok Ace.
Paket KBS-Ace untuk tarung Pilgub Bali 2018 sendiri sudah diumumkan saat perhelatan yang digelar PDIP di Wantilan Pura Samuan Tiga, Desa Pakraman Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, 19 Desember 2016 lalu. Pengumuman itu dilakukan bersamaan dengan deklarasi pasangan Made Agus Mahayastra-AA Gde Mayun (Paket Aman) yang akan diusung PDIP ke Pilkada Gianyar 2018. Ketika itu, Sekjen DPP PDIP Hasto Kristianto juga hadir.
Setelah 6 bulan berlalu, sampai sekarang Paket KBS-Ace belum ada kepastian jadi atau tidak. Paket KBS-Ace dalam posisi masih menggantung. “Itu sebabnya, saya belum berani memastikan apakah sameton Puri Agung Ubud akan bersatu untuk tarung Pilgub Bali 2018 atau untuk Pilkada Gianyar 2018,” tandas Cok Ace yang juga adik kandung Panglingsir Puri Agung Ubud, Tjokorda Gde Putra Sukawati alias Cok Putra. *lsa
Komentar