Pangayah Bangun 3 Sanggar Tawang
Karya Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Besakih
AMLAPURA, NusaBali
Pangayah Karya Agung Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Besakih, telah membangun tiga palinggih Sanggar Tawang di Pura Penataran Agung Besakih, Banjar Besakih Kangin, Desa Besakih, Kecamatan Rendang,
Karangasem, Jumat (24/3).
Puncak Karya pada Purnama Kadasa, Buda Umanis Prangbakat, Rabu (5/4). Ketiga Sanggar Tawang itu, dua buah untuk Linggih Banten Catur Rebah dan satu Sanggar Tawang untuk Banten Catur Niri. Pembangunan palinggih Sanggar Tawang itu dibawah koordinasi Ketua Panitia I Karya Agung Ida
Bhatara Turun Kabeh I Gusti Mangku Jana.
I Gusti Mangku Jana mengatakan, membangun dua Palinggih Sanggar Tawang untuk ngalinggihang Banten Catur Rebah, di dekat palinggih Padma Tiga dan dekat palinggih Bale Peselang.
Palinggih Sanggar Tawang untuk linggih Banten Catur Rebah itu, menurut I Gusti Mangku Jana, Banten Catur jadi satu kemasan. Di dalamnya lengkap berisi banten warna hitam, warna merah, warna kuning, dan loreng.
Beda dengan banten Catur Niri, kemasannya terpisah, juga terdiri dari empat warna. ”Banten Catur Niri kemasannya terpisah, dan tempatnya menyendiri, banten warna merah, terpisah dengan warna hitam, putih dan loreng,” katanya.
Tetapi makna Banten Catur itu, menurut I Gusti Mangku Jana, sama saja, yakni lambang kemahakuasaan Tuhan yang lebih lazim dengan istilah Cadu Sakti. Yakni Tuhan sebagai Yang Maha Kuasa, Tuhan Yang Maha Kerja, Tuhan Yang Maha Ada, dan Tuhan Yang Maha Tahu.
Adanya banten catur dapat diartikan dalam pelaksanaan Karya Agung Ida Bhatara Turun Kabeh, pertanda hadirkan Tuhan, merestui dan memberkati. Banten catur itu sebagai lambang hadirnya Ida Sang Hyang Widhi, di mana masing-masing Banten Catur lengkap dengan empat kemasan dengan warna berbeda.
Dia menjelaskan warna putih sebagai lambang manifestasi Tuhan sebagai Dewa Iswara, warna merah sebagai lambang Dewa Brahma, hitam sebagai lambang Dewa Wisnu, dan gabungan keempatnya sebagai lambang Dewa Siwa. “Itulah sebabnya di setiap Karya Agung Ida Bhatara Turun Kabeh, wajib ada banten catur, kalinggihang di sanggar tawang,” jelas pamangku di Pura Penataran Agung Besakih, tersebut.
Rangkaian Karya Agung Ida Bhatara Turun Kabeh diawali pemasangan busana palinggih pada Saniscara Kliwon Uye, Sabtu (25/3), nuur Ida Bhatara Tirtha lan nedunang Ida Bhatara Redite Pon Prangbakat, Minggu (2/4), melasti ke Mata Air Toya Sah di Banjar Susut, Desa Muncan, Kecamatan Selat, Soma Wage Prangbakat, Senin (3/3), mapepada wewalungan lan memben Anggara Kliwon Prangbakat, Selasa (4/4), selanjutnya ngaturang banten panganyar bergilir tiap kabupaten se-Bali dan nyineb Buda Paing Wayang, Rabu (26/4). Prawartaka Karya Jro Mangku Widiartha juga mengatakan, seluruh tahapan Karya Agung Ida Bhatara Turun Kabeh, telah berjalan sesuai dudonan (tahapan). ”Hanya saja pangayah di Pura Pasucian, untuk menata jajan banten belum memulai,” katanya.*k16
I Gusti Mangku Jana mengatakan, membangun dua Palinggih Sanggar Tawang untuk ngalinggihang Banten Catur Rebah, di dekat palinggih Padma Tiga dan dekat palinggih Bale Peselang.
Palinggih Sanggar Tawang untuk linggih Banten Catur Rebah itu, menurut I Gusti Mangku Jana, Banten Catur jadi satu kemasan. Di dalamnya lengkap berisi banten warna hitam, warna merah, warna kuning, dan loreng.
Beda dengan banten Catur Niri, kemasannya terpisah, juga terdiri dari empat warna. ”Banten Catur Niri kemasannya terpisah, dan tempatnya menyendiri, banten warna merah, terpisah dengan warna hitam, putih dan loreng,” katanya.
Tetapi makna Banten Catur itu, menurut I Gusti Mangku Jana, sama saja, yakni lambang kemahakuasaan Tuhan yang lebih lazim dengan istilah Cadu Sakti. Yakni Tuhan sebagai Yang Maha Kuasa, Tuhan Yang Maha Kerja, Tuhan Yang Maha Ada, dan Tuhan Yang Maha Tahu.
Adanya banten catur dapat diartikan dalam pelaksanaan Karya Agung Ida Bhatara Turun Kabeh, pertanda hadirkan Tuhan, merestui dan memberkati. Banten catur itu sebagai lambang hadirnya Ida Sang Hyang Widhi, di mana masing-masing Banten Catur lengkap dengan empat kemasan dengan warna berbeda.
Dia menjelaskan warna putih sebagai lambang manifestasi Tuhan sebagai Dewa Iswara, warna merah sebagai lambang Dewa Brahma, hitam sebagai lambang Dewa Wisnu, dan gabungan keempatnya sebagai lambang Dewa Siwa. “Itulah sebabnya di setiap Karya Agung Ida Bhatara Turun Kabeh, wajib ada banten catur, kalinggihang di sanggar tawang,” jelas pamangku di Pura Penataran Agung Besakih, tersebut.
Rangkaian Karya Agung Ida Bhatara Turun Kabeh diawali pemasangan busana palinggih pada Saniscara Kliwon Uye, Sabtu (25/3), nuur Ida Bhatara Tirtha lan nedunang Ida Bhatara Redite Pon Prangbakat, Minggu (2/4), melasti ke Mata Air Toya Sah di Banjar Susut, Desa Muncan, Kecamatan Selat, Soma Wage Prangbakat, Senin (3/3), mapepada wewalungan lan memben Anggara Kliwon Prangbakat, Selasa (4/4), selanjutnya ngaturang banten panganyar bergilir tiap kabupaten se-Bali dan nyineb Buda Paing Wayang, Rabu (26/4). Prawartaka Karya Jro Mangku Widiartha juga mengatakan, seluruh tahapan Karya Agung Ida Bhatara Turun Kabeh, telah berjalan sesuai dudonan (tahapan). ”Hanya saja pangayah di Pura Pasucian, untuk menata jajan banten belum memulai,” katanya.*k16
1
Komentar